Sep 23, 2016

Bagaimana Cara Gue Ngulik Nyari Hotel


Salah satu pertanyaan yang gue sebelin—selain “Kok gendutan?” atau “Kok tambah jerawatan?”—adalah, “La, gue mau ke (sebutkan kota yang mainstream untuk liburan, misalnya Bali atau Singapura). Enaknya nginep di mana, ya?”

Seb, seb, seb, sebel.

Kesebelan ini dipicu satu hal utama—karena gue orangnya sangat seneng ngulik.

Waktu kecil, kalo gue butuh suatu jawaban atas sebuah rasa penasaran—yang seringkali nggak penting—gue akan membongkar segala buku, koran, dan ensiklopedia yang ada di rumah, untuk cari jawabannya.

(Alhasil, pas kelas 6 SD, gue jadi paham bahwa berhubungan seks itu adalah penis masuk vagina. Makasih, lho, ensiklopedia kesehatan mamake! Lengkap dengan diagramnya pula! *merinding*)

Selain itu, sebagai seorang introvert sejati, gue nggak suka bertanya. Memang betul kata pepatah, malas bertanya, sesat di jalan. Tapi berhubung gue orangnya shy-shy cat, gue lebih senang cari jawaban hasil ngulik sendiri.

Pas kuliah, skill ngulik gue semakin terasah, karena gue sering harus riset untuk bikin esai atau makalah. Akibatnya, makalah gue bisa setebel buku telepon, karena isinya information overload (lantas makalah gue pun dikasih nilai E). Nguliknya bablas, sis!

Sampe sekarang, skill ngulik gue masih terus diasah. Mulai dari dengan ngulik kehidupan artis, ngulik kehidupan mantannya mantan (mantanception!), ngulik calon sekolah anak, ngulik seputar kehamilan, sampai—tentu saja—ngulik serba-serbi travelling.

Alhasil, setiap kali travelling, gue jarang sekali nanya rekomendasi tempat ke orang lain. Entah saat travelling ke destinasi yang sangat mainstream, maupun ke destinasi yang antah berantah bagi gue, seperti Hanoi, Siam Reap, Praha, atau Kopenhagen. Buat apa? Internet is SO reliable and SO full information, lho. Kayaknya tips jalan-jalan ke bulan sampe jalan-jalan ke masa lalu pun ada, deh.

Makanya, kalo ada orang nanya pertanyaan “Enaknya nginep di mana, ya?” atau “Enaknya main ke mana, ya?” Ingin rasanya kumenjerit, “Bok, Google. Google segera!” Hahaha, bukannya sok, ya. But if I could solely rely on internet for travelling back in early 2000s, anyone can do it TODAY.

Lagian pertanyaan model begitu terlalu luas. Kebutuhan nginepnya seperti apa? Budgetnya berapa? Pergi bareng siapa? Agenda jalan-jalannya apa? Perlu berapa kamar? Pengennya hotel, villa, Airbnb, atau apa? Maunya di daerah mana? Perginya kapan? Peak season atau off season?

Sebaliknya, kalo ada orang nanya, “La, gue mau ke xxx tanggal xxx, maunya nginep di daerah xxx, bareng keluarga xxx orang. Gue berusaha cari hotel dengan bujet xxx, tapi nggak nemu. Elo punya referensi nggak?” Nhaaa, baru deh dengan senang hati gue bantu, sebisa mungkin.

***

Hakekat dari post ini adalah, kali ini, gue mau coba sharing metode untuk cari hotel. Ihiy.

Dalam meriset, ada banyak sekali metode dan logaritma yang bisa dilakukan, tapi kali ini, gue mau sharing metode yang paling biasa gue lakukan. Semoga pembaca yang budiman terbantu, ya!

1. Buka situs booking hotel, seperti booking.com, agoda.com, traveloka.com, dan sejenisnya. 


Kalo lagi rajin, gue bisa buka 2-3 situs booking sekaligus, untuk membandingkan harga. Oya, sepengalaman gue, harga traveloka.com dan agoda.com paling oke untuk hotel domestik dan seputar Asia. Sementara harga booking.com oke untuk hotel luar Asia, misalnya Eropa.

Ini adalah pengamatan by feeling aja, so correct me if I’m wrong, yes!

Selanjutnya, gue pake contoh booking.com. Pura-puranya mau ke Singapura.

2. Masukkan kota destinasi, dan tanggal kepergian.

Trus, jreeeng, lihat hasilnya. Ada hotel apa aja yang available di tanggal keberangkatan tersebut.


3. Filter hasilnya.

Biasanya, gue memfilter hasil-hasil hotelnya berdasarkan harga per malamnya.

Misalnya, bujet per malam gue antara Rp700.000-Rp1.5000.000, maka gue tick deh box bujet tersebut. Alhasil, hotel-hotel di luar bujet tersebut nggak bakal ditampilkan.


Setelah itu, gue akan mengurutkan hotel-hotel yang muncul berdasarkan urutan review. Maka hotel yang review-nya paling bagus akan berada di urutan pertama, dan hotel yang review-nya paling busuk akan berada di urutan paling bawah.


By the way, ini terserah, kok! Kalo lo mau mengurutkan hotel-hotelnya berdasarkan harga (hotel termahal ditaro di urutan pertama, dan hotel termurah ditaro di urutan paling bawah), silahkan. Sesuai preferensi dan kebutuhan aja.

4. Setelah itu, gue akan buka sekitar SEPULUH laman hotel teratas, atau yang sesuai dengan pilihan gue, in random order.

Bukanya sekaligus ya, di sepuluh tab yang berbeda. Jadi bukan buka satu-satu.


Wow, kerajinan, much? Hahaha, tapi memang biasanya itu yang gue lakukan—buka sekitar sepuluh laman hotel yang tampaknya paling menarik, dari daftar hotel hasil filteran tersebut. Kadang lebih dikit, kadang kurang dikit.

5. Nah, kalo udah, gue akan buka Tripdvisor di tab atau window baru. Kemudian gue buka laman review SEPULUH hotel tersebut.

Lagi-lagi, bukanya sekaligus ya, di sepuluh tab yang berbeda. Bukan buka satu-satu.


Sampe sini, jangan overwhelmed, ya!

6. Urutkan tab laman hotel tersebut, sesuai ranking-nya di Tripadvisor.

Misalnya, menurut Tripadvisor…

Hotel A ranking-nya adalah “#30 in #150 hotel in Singapore”
Hotel B ranking-nya adalah “#25 in #150 hotel in Singapore”
Hotel C ranking-nya adalah “#14 in #150 hotel in Singapore”
Hotel D ranking-nya adalah “#89 in #150 hotel in Singapore”
Hotel E ranking-nya adalah “#70 in #150 hotel in Singapore”

Maka gue akan mengurutkan tab laman hotelnya menjadi: hotel C, hotel B, hotel A, hotel E, hotel D

Nggak ada tujuan yang signifikan banget dari langkah ini, cuma untuk “merapihkan” perspektif aja, kok. Bisa di skip, sih.

7. Selanjutnya gue akan teliti kesepuluh hotel yang udah gue buka di Tripadvisor tersebut, lalu gue sisihkan sesuai prioritas.

Misalnya, kalo gue butuh hotel yang berada di tengah kota / dekat akses tempat wisata, maka akan gue singkirkan hotel-hotel yang lokasinya agak jauh, meski kamarnya oke.

Atau, kalo gue butuh hotel yang kamarnya luas dan fasilitasnya lengkap—misalnya, karena bawa anak-anak / bayi—gue akan utamakan hotel yang kamarnya luas, meski lokasinya nggak ideal.

Oya, soal luas kamar, booking.com biasanya memberikan info ini secara konsisten. Di situs satu hotel (di booking.com), klik tipe kamarnya, maka ada info lebih detil tentang kamar tersebut, termasuk luas kamarnya berapa meter persegi.

Jangan lupa, luas kamar itu termasuk kamar mandinya, ya!

8. Dari situ, biasanya pilihan hotelnya sudah mulai mengerucut. Misalnya, dari 10 hotel jadi 6 hotel.


Kemudian gue mulai teliti ke-6 hotel ini dengan teliti.

Dua hal yang sangat gue teliti adalah:

a. Foto-foto kamar hotelnya.

Jangan pernah percaya dengan foto di website hotel, atau situs booking. Pokoknya, jangan percaya dengan apapun foto dari manajemen hotel, deh. Soalnya foto-foto tersebut hampir selalu “menipu” persepsi kita.

Bukannya mereka berbohong, ya, tapi ada 1001 hal yang bisa membuat sebuah kamar hotel terlihat lebih bagus dan lebih luas daripada kenyataan yang sebenarnya akan kita rasakan.

Misalnya, angle pemotretan, cahaya, kualitas kamera, hasil editing, dan sebagainya. Semua bisa dimainkan, sis. Yah, ibaratnya seperti membandingkan foto-foto selfie kita di Instagram, dengan wajah asli kita di cermin, pas baru bangun tidur, hihihi.

Jadi, gue nggak pernah mencermati foto-foto hotel hasil jepretan manajemen hotel yang bersangkutan.

Instead, gue selalu mencermati foto-foto hasil jepretan turis, yang ada di Tripadvisor. Semakin jelek kamera yang digunakan, semakin baik, karena hasilnya semakin “real” dan nggak membuat gue berekspektasi tinggi.

Sebaliknya, kalo ada hotel yang difoto pake kamera hape aja tetap bisa bikin gue naksir, berarti hotelnya emang kece bingits.

Jadi saat mencermati foto-foto hotel di Tripadvisor, gue justru sengaja nyari foto yang busuk-busuk. Bahkan banyak turis yang sering memotret “kebusukan” kamar hotel tersebut. Misalnya, stop kontaknya somplak, handuknya dekil banget, dan sepreinya robek. Do not look away from those photos. Look at it. Face it! #galak


Selain itu, perhatikan tanggal fotonya. Kalo bisa, perhatikan foto-foto yang baru-baru aja. Ada hotel yang lima tahun lalu masih kinclong, tapi sekarang udah dekil. Sebaliknya, ada hotel yang lima tahun lalu masih jadul dan gelap, tapi sekarang udah direnovasi dan jadi kece.

b. Ulasan para turisnya

Pastinya lah, ya!

Membaca review, tuh, harus dilakukan dengan teliti, ada “seninya”, dan tergantung sikonnya.

Contohnya, ada banyak hotel di Ubud yang mendapat skor tinggi dan review penuh puja-puji dari para turis bule. Pujiannya selangit banget, deh. Padahal hotelnya sendiri cuma berbentuk gubuk derita yang menghadap sawah, dan minim fasilitas.

Jangan heran kalo hotel tersebut dipuji para bule, karena memang hotel seperti itulah yang mereka cari. Pengalaman eksotis di sawah, tanpa wi-fi! Nooooo….

Nah, kalo elo seperti gue—mending nginep di hotel kelas Amaris yang “standar aja”, daripada mandi pake gayung di toilet kayu jongkok pas liburan—maka jangan terlalu kemakan dan cepat terpesona dengan ulasan-ulasan indah tersebut. Perhatiin foto-fotonya juga!

Walaupun dalam beberapa kasus, yang terjadi malah sebaliknya. Kadang ada hotel yang dikomplen banget sama turis bule, karena berbagai macam hal. Ya sempit lah, jorok lah, dan sebagainya. Padahal pas kita rasakan sendiri, biasa-biasa aja tuh!

Ternyata ya jelas aja hotelnya dibilang sempit. Soalnya yang me-review adalah bule-bule Belanda yang ukuran badannya raksasa. Sementara kalo untuk ukuran orang Asia, kamar hotelnya baik-baik aja, kok.

Trus, pantes juga hotelnya dibilang jorok, karena bule nggak terbiasa liat cicak di kamar mereka. Sementara mungkin kita lebih biasa, ya. 1-2 cicak doang, masih merem, lah. Asal jangan tau-tau ada kadal buang hajat!

Kemampuan membaca “hal-hal tersirat” dalam ulasan begini hanya bisa didapat dengan sering-sering latihan, alias sering-sering  membandingkan review sebuah hotel dengan bentuk aslinya. Dengan kata lain, mau nggak mau, kita harus punya jam terbang travel planning dan travelling yang cukup banyak dulu untuk “fasih” membaca review.

Misalnya, karena sering baca review, gue jadi paham bahwa salah satu turis yang kritikannya paling pedas adalah turis asal India. At least, berdasarkan pengamatan gue di Tripadvisor, mereka hobi komplen untuk hal-hal kecil yang sebenernya nggak penting.

Alhasil, kalo gue baca review jelek yang ditulis oleh seorang India, gue nggak akan terlalu musingin.

Kita juga harus punya kemampuan “mengukur” yang bagus.

Misalnya, ada reviewer yang bilang, jarak hotel A di Singapura ke stasiun MRT terdekat cuma 10 menit jalan kaki. Kayaknya cincai, ya? Padahal jalan kaki 10-15 menit, tuh, bisa 1-1.5 kilometer, lho. Lumayan juga buat betis-betis manja anak Jakarta.

Belum lagi kalo harus sambil bawa anak, dan tiap hari harus bolak-balik stasiun MRT itu karena padat acara. Di bawah terik matahari pula.

Kita juga harus jeli. Contohnya, gue pernah nginep di sebuah hotel yang airnya kamar mandinya bau banget. Kayak bau got, gitu. Pas review hotelnya gue baca ulang, memang ada beberapa reviewer yang menyebutkan isu air bau ini, tapi nggak gue perhatikan, karena gue lebih fokus ke hal-hal lain dalam review hotel tersebut (luas kamarnya, kebersihannya, dll). Jadinya poin air bau itu kelewatan, deh :( Padahal mengganggu banget.

Last but not least, kalo ada sebuah hotel yang review-nya baguuuus sekali, gue tetap akan nyari review negatifnya (di Tripadvisor, kita bisa klik opsi untuk menampilkan review-review jelek—yang diberi rating 1-2 bintang—terlebih dahulu). Tujuannya supaya gue tau, apa masalah-masalah yang kemungkinan bakal gue temukan di hotel ini? Apakah staf yang jutek? Suasana bising di luar kamar?


Setelah menelaah finalis-finalis hotel lewat foto-foto dan review-nya sampe juling, pasti akan ketemu, deh, 2-3 kandidat utama, yang dirasa sreg jadi hotel pilihan kita.

***

Akhir kata, dengan metode seintens ini, Alhamdulillah gue hampir nggak pernah kecewa pilih hotel, meskipun di destinasi yang sangat asing sekalipun. Sesuai ekspektasi lah, for better or worse. Tanpa nanya-nanya! Bisa sombong nih, yeee.

Tapi tentunya, ini adalah metode gue pribadi. Mungkin ada yang bisa kasih masukan metode yang lebih praktis dan akurat? Silahkan banget komen di bawah, ya :D

PS. Jangan tanya dulu soal Airbnb, because that is a whole different game to play with! :D

(image is from from travelandleisure.com)

33 comments:

desirats said...

Wah, nggak nyangka ternyata introvert juga nih. Sama kak aku kalo penasaran sama sesuatu pasti nyarinya sampe ke akar-akarnya. Sama kaya pas mau backpacker an gitu, nyari info mulai Dari tiket, penginapan, transport disana padahal jadi berangkat belum tentu 😂
Btw, tipsnya boleh juga tuh di praktekin buat travelling.

Anonymous said...

Wah sama bgt gw juga kalo ngereview hotel percis begini padahal sih travelling jarang2 hehe kalo boleh nambain soal review gw juga cek review jelek terakir kapan? Apa kurang dari 3 bulan terakir apa udah 6 bulan yg lalu, trus balik lg soal kebutuhan kadang dari 10 review terakir ada 1 yg kayanya jelekin ni hotel abis2an dari check in sampe check out salaaah aja, tapi reviewer yg lain g ada yg komen brarti anggep aja dia lagi sial, atau ada yg review soal bising tapi kita g masalah yawda masih bisa masuk list, atau ada yg bilang staff nya jutek yawda gpp jutekin balik aja yg penting kriteria yg lain terpenuhi, jd balik lagi emang yg penting buat kita apa sama 1 lagi feeling, suka ada 1 hotel yg dari awal browsing bikin gw 'kayanya ini aja deh' biasanya sih feeling so good

Ricca said...

Jadi inget pengalaman terakhir, lokasi lumayan ok, kebersihan kenyamanan ok, harga ok banget. Ternyata oh ternyata... Sebelahnya rumah duka 😂😂😂
Btw, nice info. Gue jg bisa buka belasan tab sekaligus pas cari hotel, tp ga sedetail itu sih. Bole dicoba lain kali.
Thanks for sharing ya 😘

doena said...

selain dari tripadvisisor, gue juga bahagia banget kalo ada yang ngereview detail hotel incaran di blog.

yang poin jalan kaki 10 menit bener banget nih, pernah pengalaman waktu nginep di singapur. ternyata jaraknya bikin kaki gempor.

prin_theth said...

Di Singapura? Apakah hotelnya Aqueen Lavender? :) *PERNAH*

Ricca said...

Bingo..! 😂

Lia Harahap said...

Makanya suka baca tulisanmu,mbak. Infonya banyak, detail, dan rata-rata hal baru.

Teruskan ya kebiasaan menguliknya hihihihi

Meutia Nurul Wahyuningsih said...

Hai kak Lei, salam kenal. Aku Tia.
Aaah seneng banget baca ini, persissss bgt caranya kalo aku lg cari2 hotel (tp minus bagian ngurutin tab sih hihi) pdhl jarang traveling juga, tp justru krn jarang jd niat bgt biar gak eman :D
Biasanya kalo udah dapet pilihannya, aku suka iseng lg cari di google pake keyword "menginap di hotel X" kan bakal terhubung tu ke blog2 yg cerita pengalaman liburannya. Biar lbh ayem hati aja supaya yakin pilihannya udah tepat :D hehe

Unknown said...

Sekalian review cara airbnb mba! makasih banyak sekali, belum berani coba airbnb soalnya

yunipattina said...

Hai Kak Lei...
duuh ini ungkapan hati gue banget juga niih, paling KZL sih kalo udah nanya nginep dimana dan gue jawab eeh orangnya bilang: yaaah itu mah mahal bangeet, atau yaah itu jauh bangeet dari A, rasanyaa pengeen bilaang yaudah siss cari ndiri ajaah kalo gituu...
Btw gue juga suka pilih hotel ngerefer ke Tripadvisor biasanya gue cari 10 hotel terbaik diwilayah tsb, cuma yah itu 2x kejadian ngikutin trip advisor berujung dengan nginep dihotel yang bule banget... yang berujung dengan komentar: yaelaaah tauk gitu gue nginep di ibis atau holiday inn ajah..

Naomi said...

Eh, ini sama persis yang gue lakukan. Penting banget cari foto asli jepretan para turis. Kalau tetap kece, udah jadi nilai plus lah. Makanya selalu buka Tripadvisor kalau lagi ngulik hotel.

Winkthink said...

Ahaha..bener. Review kudu dicek sapa yang review.
Aku pernah tu, naksir 1 hotel tapi ada review jelek banget lumayan detail soal staff dan pilihan makanannya. Padahal hotel bintang 5. Saking udah naksir, saya klik deh reviewer itu dan saya cek review dia yang lain untuk hotel-hotel lain (kebetulan kali ini kebangsaan Amerika). Melihat dia memang hobi nyela dan saya menangkap hawa sok dari reviewnya (gue biasa tinggal di chain hotel ini, ini bukan standar hotel bintang 5-kek gitulah nada-nadanya), saya pilih abaikan. Betul ternyata, hotelnya oke banget, staffnya baik dan ramah. Jadi, karena review pasti subjektip, kudu adil liat subjek yang kasih review siapa :)
Jurus 10 tab belum pernah nih, coba ah untuk ngulik-ngulik berikut. Trims!

Jane Reggievia said...

Wah pantes ilmu nguliknya sampe bisa nemu private villa kece pas ke Lombok waktu itu hihi

Bukan ahli ngulik, tapi boleh nih ilmunya dipelajari buat trip mendatang. Thank youu, Mbak Lei!

therookiebubu said...

wottttt rumah duka?..aku pernah nginep disitu jg krn promo hotelquickly ho mennnn 😂 #silentreaderlgsgnyamber

btw aku paling suka pake metode subsidi silang, 3mlm di hotel low budget yg terkece, 1mlm di hotel fancy biar bs tau"an aja 😂 go lokal pun gue kyk gt, biar bocah tahan banting jg. dan karenanya sortiran hotel searching gue selalu based on lowest price & highest price trus ambil yg masuk budget total 😅 liburan seminggu doang, googling dan milih hotel bisa begadang 1bln ga kelar" 😂😂😂

kriww said...

Sekalian review cara airbnb mba! makasih banyak sekali, belum berani coba airbnb soalnya (2)

Azelia Trifiana said...

Sama banget haha! Rasanya ga afdol kalo belum buka belasan tabs untuk review beberapa shortlisted hotel yang akan dituju! Plus lagi, respon si hotel di kolom comment menananggapi review negatif juga jadi nilai tersendiri! Legaa kalo nemu sendiri tuh, kepuasan tersendiriii! Daripada nanya orang yang besar kemungkinan beda preferensi karena tiap orang subjektif cara mereka menikmati liburan. AirBNB juga seruuu hihi, harus hati2 sama foto yang dipasang. Syukur deh berkat metode ini beberapa kali puas banget! Dan berujung pada..ditanya orang: nginep di mana enaknya? .....

diNadYa said...

Aduh Lei, ini menyuarakan isi hati banaget deh. Asli setiap ada yang nanya hal-hal di atas tentang liburan atau bahkan postingan di Path atau Instagram yang jelas2 ada tag lokasinya tuh asa pengen gue marahin: "klik tag lokasinya! Coba Google sendiri!" :))

Sejauh ini apa yang lo lakukan juga gue kerjain setiap mau liburan. Anyway mau nambahin selain lewat Trip Advisor, gue juga suka random search review di Google karena ada orang2 yang nggak ngasih review di TA, tapi langsung nulis di blognya dan lengkap panjang banget reviewnya. Jadi bisa dijadiin patokan juga. :)

Anonymous said...

Nulis tentang pilkada DKI dong mba Lei, pasti seru banget bahasannya.. plisss

acha said...

sama nih mbak, aku hobi ngulik terutama ngulik hotel kalo mau liburan hehehe.. mirip2 juga sih cara nyarinya, cuma aku biasanya setelah dapet 3 kandidat aku liat street viewnya, supaya tau lingkungannya seperti apa. malah kadang kalo di bilang 5 menit dari stasiun, aku kurang percaya jadi biasanya aku buka street view, trus pura2 jalan deh dari stasiun ke hotel. kalo ga nyampe2 ya berarti jauh ahahha

prin_theth said...

Hehe iya, biasanya aku juga pakai Google Map pas survei hotel, untuk memperkirakan jarak hotelnya seberapa jauh dari a) transportasi b) fasilitas dasar (tempat makan, minimarket) c) tempat-tempat wisata incaran kita :)

prin_theth said...

Hahaha jangan deh, kalo soal politik aku kebanyakan ra mudengnya :D

prin_theth said...

Iya banget ya Nad :) Hahaha. Plis jangan budayakan dikit-dikit nanya, dikit-dikit nanya kalo bisa survei sendiri dulu! *kok anaknya emosiyan*

prin_theth said...

Hahahaha, menyusul ya kakak...

prin_theth said...

Sama-sama Jane! Eh, kamu udah lahiran belum ya??

prin_theth said...

Iya, bener rumah duka bangeeet :) Selalu dilewatin setiap abis jalan keluar, dan pada suatu pagi yang cerah, aku kebangun karena ada suara nyanyi-nyanyian memorial service (ngelayat) di sebelah :D

prin_theth said...

Halo Meutia, salam kenal juga :) Mungkin bisa juga pake keyword bahasa Inggris, karena bisa aja ada perspektif dari turis luar negeri (kalo untuk hotel domestik). Kalo untuk hotel luar negeri, pastinya lebih baik search dalam bhs Inggris lah ya :D

Anindita Tanaya said...

Yawla kakk ini postnya A-K-U B-A-N-G-E-T! hahaha.
sebagai anak yang super mandiri dan rasanya enggan banget minta bantuin orang lain selama Google masih mampu, I lay on my life to Google. Semua ku-google. Sampe teman-temanku yang nanya suatu gosip arteis, 1 menit kemudian ku kembali dengan capscreen google, dan mereka pun makin malas menggoogle berita :)))

Soal travelling pun! Ku bisa spend a month ngulik2 hotel yang pas, sampe berantem sama temen. Semua website hotel dan tripadvisor kupantengin, karena ranking adalah junjungan dan tauladanku. Harus nginep di top rank! Walopun ada yang missed juga hiks.
Jurus view pakai Google view & map harus dicoba nih next time aku travelling ;)

Jane Reggievia said...

Udah, Mbak Lei :D

Unknown said...

Wahh hobinya sama *toss* malah menurut gue ngulik-ngulik hotel untuk traveling itu punya keasyikan tersendiri lho, esp kalo udah gw google earth dan pake kamera yang 360 derajat itu mbak. Bikin jadi ngebayangin lingkungan tempat nginep gimana nantinya, dan jadi makin excited pengen cepet-cepet kesana hehehe.
Trus gw juga hobi isi TripAdvisor sepulang traveling karena merasa berhutang budi untuk yang review-reviewnya bermanfaat. Saking hobi isi TripAdvisor, gw jadi sering berantem sama suami supaya gak berantakin kasur dulu sebelum gw foto :D

Unknown said...

Gw sama persis kalo cari hotel kayak begini lei.. kadang sampe pusing sendiri karena tab yang dibuka banyak. hahaha..
Dan mesti dibukain satu2 street view-nya. jadi bisa liat disekitar penginapan ada apa aja & pas sampe di destinasi nyari hotelnya juga gak susah2 amat.
kadang pun gw juga suka search by "places" di instagram. (walaupun hasilnya sedikit)
liatin street view juga berlaku buat gw liat2in tempat2 yang bakal dikunjungin, biar gak nyasar2 amat / biar gak perlu nanya2 orang. :D

atchoo said...

Hi, Lai! Udah lama gak mampir ke blog lo dan akhirnya gue jadi ngubek2 tulisan lama. Thank you for this post, really helpful :)

(ps: gue belum kesampean juga ke Disneyland Tokyo. Sedih huhuhu)

prin_theth said...

Sama-sama Ayu! Semoga membantu yah. Kenapa blm kesampean yuu? Sekarang banyak banget 'kan ya, kesempatan ke Jepang. Makin banyak pilihannya, sampe bingung gue hehe

atchoo said...

Terakhir ke sana belum ada waktunya, soalnya kan ke sana harus seharian penuh huhu. But I'll try next time :)

Post a Comment