Dec 24, 2015

Soal Branding dan Menjadi "Influencer" Mediocre


Di wiken Natal ini, gue tetiba pengen ngemeng tentang dua hal yang kayaknya nggak nyambung, tapi sebenernya berhubungan. Here goes.
***

Cerita #1:

Di Surabaya, sempet ada program bernama Tatarupa. Tujuan dari program ini adalah membuat produk-produk UKM (Usaha Kecil Menengah) di Surabaya agar lebih menjual dari segi desain dan marketing.


Pasti pada sadar juga ‘kan, bahwa meskipun produk-produk lokal sebenernya banyak yang oke—terutama makanan dan cemilan—tetapi kemasan ataupun branding-nya banyak yang nggak kece. Wajar dong, ya. Pengusaha seblak kering rumahan dari Cirebon mana lah punya ilmu desain komunikasi visual?

Padahal kalau misalnya nama merk atau logo produk-produk lokal ini diubah sedikiiit aja, pasti bakal lebih modern dan menjual. Keripik Ma'icih aja tampil lebih kece, ‘kan, setelah di rebranding?

Nah, tujuan program Tatarupa ini adalah memberikan brand awareness kepada para pengusaha UKM, lewat workshop dan mentoring. Dengan rebranding, harapannya aneka kreasi cemilan lokal kita jadi lebih prestis dan well-known. Nggak cuma cemilan, sih, tapi juga berbagai produk UKM lokal lainnya.

Semoga kesadaran branding ini semakin meluas di kalangan UKM Indonesia, sehingga packaging produk lokal bisa jadi lebih oke dan nggak “ngasal”. Bisa jadi ide CSR buat perusahaan desain komunikasi visual, nih!

***

Cerita #2:

Beberapa bulan lalu, ada ajang yang namanya Influence Asia 2015. Gue sama sekali nggak terlibat, sih, cuma ada banyak selebriti social media yang ikut serta dalam event ini.


Sejak desas-desusnya wara-wiri di social media feed gue, gue penasaran. Kok kayaknya banyak selebgram, bloggers, dan Youtubers beken pada ikutan acara Influence Asia 2015 ini? Ajang apose indang?

Setelah kepo-kepo dikit, ternyata Influence Asia 2015 adalah semacam awarding event alias acara penghargaan. Penyelenggaranya berbasis di Singapura, skalanya Asia Tenggara (Singapura, Filipina, Indonesia, Thailand, Malaysia) dan event-nya tampak gede-gedean. Semua finalisnya diinepin di Pan Pacific Singapore dengan bintang tamu sekelas Raissa, Girls Generation dan Jay Park.

Tapi pertanyaan gue, mereka ngasih penghargaan buat siapa? Selebriti social media? Srysly?

Dan setelah gue kulik, ternyata bener, lho. Influence Asia 2015 adalah sebuah social media awards show, alias ajang penghargaan untuk para social media personalities, dari kelima negara Asia Tenggara tersebut.

Saking tergelitiknya, gue sampe ngulik website Influence Asia 2015 ini untuk cari tau siapa aja juri-jurinya, para finalisnya, dan apa kriteria pemenangnya.

Dan pada intinya, pemenang Influence Asia 2015 hampir murni ditentukan oleh jumlah followers, volume engagement mereka dengan para followers, dan engagement mereka dengan perusahaan-perusahaan besar dalam satu tahun terakhir. Jadi para finalis dihitung berapa kali kerjasama dengan brand, berapa kali di-endorse, dsb dalam setahun. Semakin besar jumlahnya, semakin besar kans si finalis untuk menang. KKGTD. Kira-kira gitu, deh. Attitude dan kreativitas para finalis juga dinilai, sih, tapi bobotnya nggak terlalu besar.

Pikiran pertama gue, wow, hari gini, social media personalities diperlakukan kayak komoditi banget, ya. Nowadays, everything really is about money and numbers.

Kemudian, gue perhatikan satu-satu para finalis dan pemenang yang dari Indonesia. And I am so very sorry to say, none of them feels inspiring nor influential to me.

Sebenernya, belakangan gue merasa bosyen dengan scene (“skena”, kalo kata Mas Hasief :D) social media Indonesia. Have you notice selebgrams, bloggers, and Youtubers nowadays? They all look the same. Semua selebgram dan blogger menampilkan gaya fotografi yang sama, produk yang sama, penampilan yang sama, tempat-tempat yang sama, topik yang sama. Semua Youtubers menampilkan humor yang sama.

Sebagai catatan, gue samaaaa sekali nggak punya ketidaksukaan pribadi terhadap satupun influencer maupun social media personalities seperti Diana Rikasari, Sasyachi, Uchita Pohan, Evita Nuh, Bena Kribo, Kevin Anggara, Clarine Clay, Claradevi, Sonia Eryka, apalagi Keenan Pearce, yaaa… (haaai, Keenan *kedip ganjen*). Sama sekali enggak. Tapi gue merasa ada yang salah kalo social media personalities seperti mereka dielu-elukan, diberi penghargaan resmi, dan dikasih label “inspiring”, karena—sekali lagi mohon maaf banget, ya—gue nggak merasa influencer Indonesia ada yang benar-benar inspiring. Rata-rata mediocre aja.

Sure, some social media personalities have admirable trait, misalnya, Diana Rikasari yang pede, unik dan pekerja keras, atau Evita Nuh yang seorang deep thinker. Beberapa dari mereka juga punya karya yang nyata. But the rest of them are just fun to watch. Sebatas itu aja! Yaaa, paling banter mereka “menginspirasi” followers-nya untuk beli produk anu, liburan ke situ, atau meniru gaya Instagram feed mereka. Tapi selebihnya, lagi-lagi, they are mostly just fun to watch.

Ya, nggak apa-apa, sih. Tapi gue jadi merasa ada sebuah kekosongan dan kehampaan (MATEEEK…)

Trus, gue khawatir, dengan adanya social media awards show seperti Influence Asia 2015 ini, beberapa influencer ada yang merasa dirinya benar-benar membawa sebuah perubahan dan merasa cukup “berprestasi”. No, man. No. Mediocre is still the word.

Kita ambil contoh Ria Miranda, yang memenangkan penghargaan di kategori Parenting di Influence Asia 2015

Secara pribadi, gue nggak kenal sama si cantik Uni Ria, tapi gue cukup respek dengan karirnya sebagai desainer muslimah. Tapi di bidang parenting? Gebrakan atau ide-ide baru apa yang pernah diberikan oleh Uni Ria untuk para orang tua Indonesia?

Maaaaf banget, ya, tapi bagi gue, sekedar nge-review produk anak dan sharing pengalaman pribadi (tentang breastfeeding, MPASI, tumbuh kembang anak, dll) bukan termasuk langkah-langkah yang inspiratif untuk dunia parenting. It’s just sharing, but not inspiring nor influential. At least, not strong enough to be awarded.

Dengan kata lain, apa yang Uni Ria tampilkan tentang parenting di social media-nya sama sekali nggak salah, tapi nggak cukup inspiratif, menggebrak, atau berbeda sampai perlu dikasih piala. Bener kata sebuah komen di postingan ini, we shouldn't be celebrating mediocre achievements.

Jadi, gue nggak mengkritik Uni Ria. Gue mengkritik Influence Asia-nya.

Yang gawat adalah kalau ada social media personalities yang nggak bisa bedain antara menjadi inspiring dengan, ehem, pamer. Takutnya, followers mereka yang masih pada “lugu” mengira bahwa menjadi inspiring itu berarti pamer barang. Kita-kita yang rakyat jelata aja suka nyaru, ya, antara sharing dengan pamer. Sharing yang humble, tuh, perlu elmu khoesoes, lho.

Siapa, dong, La, seleb social media yang menurut lo benar-benar influential?

Kalo bicara akun Instagram—bukan social media personality—yang paling megang, sih, tetep Humans of New York, ya.

Tapi beneran, deh. Udah lima tahun Brandon Stanton menggarap Humans of New York, tapi sumpah, yaaaa, akun ini makin lama makin menggugah, makin membuka mata, makin connecting people, dan makin bikin orang pengen gebrek meja dan bilang, “Ayo, yuk! Bantu apa kek gitu!” Setuju nggak, sih, kalo gue bilang yang namanya menginspirasi ya begini? Yang bikin HONY tambah refreshing adalah HONY merupakan ide orisinil, dan Brandon nggak pernah “minta” recognition yang mengelu-elukan dirinya. Mukanya aja jarang tampiiil…

Hmmm, siapa lagi, ya, tokoh muda, internet personalities, atau blogger yang menginspirasi? Seth Godin is inspiring. Leo Babauta is inspiring. Alain de Botton is inspiring. Akademisi muda kayak Inaya Rakhmani punya pemikiran-pemikiran yang menginspirasi. Selebriti yang akademik dan nggak gila endorse kayak Sherina menginspirasi. Iman Usman menginspirasi. Orang-orang yang berani mempertahankan idealisme kayak Yayi Kelincitertidur, Max & Helga Burgreens juga menginspirasi. Jane also reminded me of Alanda Kariza. Kalo diulik-ulik, ada banyak, kok.

Selain itu, di luar ranah dunia maya, sebenarnya ada ratusan orang di Indonesia yang benar-benar menginspirasi dan gue yakin bisa jadi influential.

Kalo kita buka halaman paling belakang koran Kompas, sering banget ada profil orang-orang hebat—anak-anak muda kota yang rela jadi sukarelawan di daerah bermasalah, ibu-ibu muda beranak satu yang jualan kue pasar sampe beromzet puluhan juta per bulan, sociopreneur muda, pejuang konservasi alam, dan banyak lainnya. Masih inget Leon?

Tapi sama seperti seblak Cirebon atau keripik singkong Sanjai, mereka nggak punya pengemasan atau branding yang kece. Boro-boro punya Instagram atau Snapchat. Sempet punya Friendster aja mungkin enggak. So they are unknown to the youth.

Alhasil, “panutan” anak-anak muda ya itu lagi-itu lagi. Brand-brand besar yang perlu spokesperson atau endorser pun larinya ke dia lagi-dia lagi. Akhirnya yang mendapat recognition juga dia lagi-dia lagi. Padahal, dengan segenap hati, gue pengen banget orang-orang kayak Leon juga di-recognized. Iya, sih, secara penampilan, Leon kurang menjual (hihihi), tetapi dengan pengemasan dan PR yang bagus, mungkin anak-anak muda Indonesia bisa dibiasakan untuk nggak mengidolai yang kece-kece doang.

***

Kesimpulan (macem skripsi):

Gue nggak anti selebgram. Gue nggak anti budaya Kardashian. Gue nggak anti trash-entertainment. Tapi gue pengen anak-anak muda Indonesia juga kenal sama hal-hal yang bener-bener inspiring. Bukan inspiring-inspiring-an. Biar belens, lah, gitu.

Seperti UKM lokal, gue juga pengen sosok-sosok inspiratif seperti Leon “dikemas” dengan lebih baik—if such thing is possible—sehingga mendapat kesempatan untuk dilirik anak-anak muda.

Proyek rebranding ini bisa jadi CSR-nya PR agency, mungkin?

Mohon maaf sebesar-besarnya kalo ada yang tersinggung, ya. I totally meant no harm :-* Happy holidays! (karena gue sekalian ngiklan, boleh klik link-nya, Kakaaak...)

Gue pernah baca quote dimanaaa, gitu, yang intinya adalah: "ciri-ciri dari parenting yang sukses adalah, anak lo nggak punya keinginan sama sekali untuk menjadi terkenal". Gaes, being famous (termasuk di social media) shouldn't be the main goal. Mother Monster aja bilang gitu, ah.

35 comments:

Anonymous said...

Menyambung kegalauanku akan tak kunjung datangnya album Frank Ocean yang mana daripadanya sempat dijanjikannya akan muncul di bulan Juli 2015, APAKAH DESE LAGI FASE NGAMBEK ALA LADY GAGA? Semoga gak lama-lama ya, Frank, galaunya. Sampe baru-baru ini kika denger Adele juga nungguin loh, Frank. Plis deh!

-bolissa-

Anonymous said...

Maap ketinggalan.

Frank Ocean's cover on Aaliyah's You Are Love.
https://www.youtube.com/watch?v=CVXtn_OS2vM

#lagibaper

-bolissa-

Anonymous said...

Celebrating mediocrities..kzl!

prin_theth said...

Walau gue nggak ngikutin Frank, tapi mak, REAL ARTISTS PASTI PERNAH PUNYA PERIODE NGAMBEQUE! Adele, Gaga, Frank, pasti ada lah... namanya juga seniman, ya. Jiwa artistik terusik sama kapitalisme. Galawwww bak alay.

prin_theth said...

Ah, bener banget! Celebrating mediocrity is the word!! Makasih yaa :-*

prin_theth said...

"And at your best, you are loooved..." Bagaskaraaaa <3

Opi said...

*ngakak di bagian skena-nya Hasief* *langsung bikin usaha terima jasa mendatangkan 1000 penonton gigs yang dijamin pasti goyang*

Pernah ngebahas hal tentang influencer ini sama temen gue, dan iya, rasanya juga bosen banget tiap baca berita tentang beberapa event, dia lagi - dia lagi, kalo ngga, temennya dia lagi - temennya dia lagi yang muncul. Mikirnya, "Nih orang emang kelewatan inspiring, atau, yang bikin acara terlalu sibuk sampe ga sempet buat nyari orang-orang yang beneran punya potensi, sih???"

By the way, sebagai putra daerah Cirebon, mau ngakak lagi deh di bagian (((seblak kering Cirebon))).

novita angelia said...

Lailaaaaaa Sama bangeeett sama yang gue pikirin tentang influence Asia . Bingung -_- tulisan ini sangat mewakili tapi ditulis lebih bagus tentunya :)

Nitya said...
This comment has been removed by the author.
sushiaddicts said...

Gue jarang kasih komentar di blog ini, tulisan lo agak mengena soal media sosial dan duit. Sayangnya memang media sosial dijalankan dengan sponsorship. Gara-gara baca tulisn lo tentang GOMI, akhirnya gue jatuh ke blogger di AS yang sedikit-sedikit iklan, pakai baju, barang semuanya pesan sponsor. Lama-lama banyakan iklannya.
Soal Influencer Award 2015, gue ternganga baca nominees-nya, apa gak salah masukin Alodita dan Ria M di bidang itu, bukan di beauty atau fashion? Akhirnya gue mempertanyakan kredibilitas penyelenggaranya, apakah mereka gak banyak tahu bidang social media jangan-jangan.
Award seperti ini mengingatkan gue kejadian beberapa tahun yang lalu, dimana bos gue dapat award karena influencer di bidang perbankan. Selain mempertanyakan award itu serta penyelenggaranya, bos gue merasa kalau dapat awards yang kesannya abal-abalan malah menjatuhkan reputasi dia, maka akhirnya bos gue menolak. Sayang sekali mereka mau menerima nomination maupun award-nya.

Jane Reggievia said...

Yaampun mbak Lailaaa, ini postingan akhir tahun yg tokcer bgt. Aku ksh award deh ya hihi :P

Soal selebgram atau bloggers yg dibahas di atas, aku udah nggak ngomong apa2 lagi because I have the same thought (but not deep as yours haha). Terus soal Influence Asia sebenarnya aku juga ngerasa absurd. Kalau aku jadi penyelenggara, mungkin aku nunjuk Alanda Kariza sebagai salah satu influencer. She's young, smart, creative dan dia sudah mendirikan Indonesia Youth Conference di saat umurnya terbilang muda- which is very cool for me. Harusnya mereka bisa ngeliat contoh anak2 muda kayak gini, dibanding dengan orang2 yang banyak "followers" tapi nggak memberikan kontribusi yg membahana untuk Indonesia.

Nggak tau aku mau komentar apa deh soal era kekinian ini ): semoga anak2 muda yg inspiratif dan yg sudah membuat perubahan bisa lebih dilihat dan jadi panutan buat masyarakat *amin*

prin_theth said...

Untung nama acaranya Influence Asia ya, bukan Inspiring Asia. Jadi mereka mungkin bisa berkelit bahwa nominees mereka memang "influencing people" (to buy, buy, buy?), tapi bukan berarti "inspiring" :D

Cynthia Prayudi said...

sukaaak bgt postingan ini mbak lei! sesungguhnyaaa ini sesuai banget sama kata hati aku sebagai stalker instagram sejati heuheu! keep sharing mbak :) btw postingan eropa nya gak ada lagi nih? *nangkring nungguin*

Anonymous said...

wah ini mewakili aspirasi gue banget nih.. nama2 diatas, lama2 isi postingan ig nya senada seirama semua. gak bikin terbelalak gitu, kayak HONY, udah berapa tahun, tapi selalu ada yang baru #fansgariskeras

terus gue sempet bertanya soal nama-nama yang disebut diatas, di kehidupan sehari-hari nya itu profesinya apa sik? terus plg banter jawabannya, 'oh dia dulu pacaran sama anu..', 'oh dia seleb instagram..'. terus gue tetep ribet nanya, 'jadi terus kerja sehari2nya apaaa???'. karena menurut gue yang ditampilkan di instagram gak real :))))

btw, idola kita yang melihara macan kok gak masuk di kategori apa2 di influencer award? secara dia influence gue banget sik untuk ghibah :))))

mrs.resna said...

wow..ternyata memang banyak yang setuju dengan tulisan di atas
termasuk aku hehehehe
pas stalking instagram lihat beberapa selebgram yang ikut influence asia kirain cuma ajang kumpul2 aja..ternyata pake award segala toh.

Ntiw said...

Ya ampun, gw bahkan cuma kenal 10% dari seluruh total finalis Influencer Indonesia. Alhamdulillah kehadiran mereka tidak meng-influence kehidupan gw.

Anonymous said...

It's interesting yha how this society is changing. Pencitraan is everything. Bungkus lebih penting daripada isi. As a mother, it's very worrying what kind of a world my kids will inhabit in the future. ( maapkan nimbrung)

Unknown said...

Duh bukannya sirik bukannya apa ya cuma terutama blogger kita suka baca karena dulu review dia membantu kita, sekarang reviewnya nggak honest, terutama ya ada beberapa blog yang abis baca hati menghangat sekarang aku skip males baca karena sering banget tulisannya udah keliatan ini mah paling endorse doang....
Sekarang cuma mau baca reviewan dari orang yang nggak terkenal dan femaledaily hahaha.....

NiaNastiti said...

Aku paling setuju di bagian gimama supaya anak2 muda dapat panutan yang menginspirasi dan bener2 berkontribusi paling nggak buat lingkungan sekitarnya :)

nisa said...

Lagi2, postingan Teh Lei, bold and brave. Selalu pgn komen: Tah iyeuu Maksud Urang tehhhh! Haha. Bener bgt loh,sampe aku unfollow selebtweet gr2 aku pikir, kl aku follow, dan yg lain follow,banyak followers, jd idola, pdhl kurang( kl blh dibilang ngga ada) kiprah nya.#eeeh

Arini said...

leeee gw jg pengen ngulas ttg influence asia ini hahhaa tapi ga sempet2 T.T
setujah akoh pas baca nominee-nya, lah lah lah lah.

buanyak banget orang2 yg ga eksis di dunia maya tapi luar biasa inspiringnya di kehidupan sosial yg nyata,kak leon contohnya. keren banget kan kontribusinya, tapi boro-boro punya socmed buat mengeksiskan dirinya di dunia maya krn dia pasti sibuk berkarya di dunia nyata

Nuri Sadida said...

MATEEEK…ini tulisan inspiring banget sih, La. Selama ini gue nontonin bocah2 di youtube itu emang pure buat hahahihi doang.. Kalo lagi mumet, ya buka youtube. Ya ampun secemen itu gue selama ini, hahaha..#Usia30-an #Mental13-an

Tapi konsumen 4L4Y (kyk gue ini) banyak banget, La.. yang mengonsumsi youtube untuk tujuan hedon semata. Bahkan kalo tokoh2 seinspiratif Leon 'dipasarkan' dengan ciamik di youtube, misalnya.. Bakal mengundang viewer gak, sih?

Artinya, kalo ada perusahaan bikin CSR macam tatarupa, pe-ernya ga cuma bantuin bikin branding yang bagus, tapi juga bisa menarik minat orang-orang yang seleranya hedonis biar minat ke kegiatan inspiratif gitu, deh. Anyway, projek beginian juga bisa dikerjain selain ama PR agency.. Bisa juga jadi ide pengembangan masyarakat dosen atau mahasiswa komunikasi visual, khususnya dosen sih, karena emang pengembangan masyarakat itu bagian dari job descnya.

Anonymous said...

Kak Lei.. mau bikin partai nggak? aku mau jadi anggotanya

The Momblogger said...

tema yang menarik, kalau saya malah jarang follow yang isinya kebanyakan endorse. kalau dari awal bertema tiba2 lebih banyak ttg produk, unfollow.

yg ttg newyork itu inspiring ya.

prin_theth said...

Hahahaha... bentaran ya makkk... antri tu atu :D

prin_theth said...

Haeee Arinceee... yuk nge-dance lagi (komennya selalu konsisten hahaha).

Hehehe, iya. Sebenernya buatku, orang terserah aja sih kalo mau nampang di socmed, asik-asik aja kok. Aku sebenernya menyayangkan brand-brand besar yang kayaknya terlalu mengelu-elukan atau mengendorse mereka-mereka yang kiprah/karyanya nggak seberapa.

prin_theth said...

JANJI YAAAA! :))) *brb ke studio foto buat spanduk kampanye*

prin_theth said...

Mbak'eee...

Makasih komennya yaaa.

Sah-sah aja dooong kalo kita doyan mantengin youtuber atau selebriti internet alay, hahaha. Gue aja doyaaan... se-da Lopez-bersaudara-nya pun akyu doyan, hahaha. Tapi seperti menjaga kesehatan, gue rasa kita harus balance dalam mengkonsumsi hiburan internet. Kita 'kan nggak bisa terus-terusan makan junk food ya. Musti diseimbangin dengan makan sayur juga.

Masalahnya, gue merasa materi hiburan internet atau tokoh selebriti internet Indonesia yang berbobot dan dikemas dengan baik tuh agak jarang.

Soal laku atau enggak, I don't know. But we have to try, don't we? Kasih opsi sebanyak-banyaknya sama masyarakat. Opsi hiburan lucu-lucuan ada, opsi berbobot pun ada. Dan yang terpenting, jangan terlalu komersil atau jualan laaah. Dikit-dikit endorse.

Salah satu channel Youtube berbobot tapi dikemas dengan baik menurut gue adalah School of Life-nya Alain de Botton. Ih, gue suka bangetsss... bikin merenung gitu, ceu. Beberapa channel Youtube Indonesia ada yang udah berusaha membuat sejenis ini juga, sih.

prin_theth said...

anzrit Maris... pertanyaan ngotot 'jadi terus kerja sehari2nya apaaa???' itu emang paling ngeselin sekaligus bikin mati kutu, sih HAHAHA. Gue aja pas masih jadi pengacara (pengangguran banyak acara slash IRT) paling kesel kalo ada yang ngotot nanya gini ama guwah :)))

Richie Rich kayaknya lagi lay low nih, Mawis. Perhatian gue teralihkan sama Dinda Bakrie yang pas Natal, rumahnya (yang di LA) disambangin sama CL 2NE1 dan Seungri Big Bang, trus makan-makan bareng aja gitu bak si Ratna dan si Bambang yang lagi maen ke rumah tetangganya :)))

mimi said...

hi lei,

celebrating mediocre is such a big sin. totally agree.

But on your note about the "influence" in social media, i started to think that THAT'S JUST ABOUT IT WITH SOCIAL MEDIA, influencing through whatever is good for eye and on shallow ideas. Which, eventually, open a big window for marketer to exploit them. Especially for IG, since pictures contain a thousand word. :d

I find that social media is influencing people throu' entertaining the eyes and fantasy. so perhaps that is also what they (people in influence asia) meant by "influence"

Influence people to eat smoothies every morning, to have colorful house, to pose like a zupermodel, to do yoga up side down, to travel to the world most cheesy destinations, and all other shallow and popular ideas.
But it is still an "influence", nonetheless...Oh well.

just my two cents.

Anonymous said...

Hai salam kenal mba Lei.. Finally ada yg nulis soal inii hehehe.. Aku ngeh sm influence asia baru belakangan & jujur mengernyitkan dahi jg sih pas tau acaranya.. Pengen komen tp takut dibilang sirik karna ga bisa berpartisipasi hehe

Keliatannya instead of influence asia, acara ini lebih cocok berjudul socmed best marketeers kali ya.. Secara kriteria penilaiannya aja kerjasama brand, selain visual yg menarik.. I mean, kalau influence & inspiring kan hrsnya penilaian lebih titik berat pd personalities & gmn luasnya dampak positif yg dia berikan pd masyarakat.

Mungkin jg bloggers kita udh terlanjur 'terjebak' dalam situasi dmn mreka hrs bertindak & menampilkan apa yg disukai oleh brands & followers mreka.. Some of them started blogging not to get famous or to influence others, simply want to share.. Lalu tiba2 jd ngetop dgn stigma tertentu. Tambah lg, bloggers trutama yg fashion & beauty aslinya kan ga as shallow as it seems, mrk pny pekerjaan & bisnis yg berjalan baik.. hal2 kyk gini kadang ga kliatan proses kerja kerasnya krn mreka mo menampilkan yg kece2 aja.. Akhirnya yg tersampaikan ke followers lugu itu adlh brg2 endorse, baju hits, dsb.

Tp balik lg kalau judul acaranya socmed marketeers/best endorsers/sweethearts I probably have no objection towards those people.

Btw, leon is my college friend, & yes he's the talk of the town even for us. One of the smartest guy in campus.

Chel said...

wah udah luama banget absen dari blogwalking karena emang terlenaa oleh sosial media yg menciptakan dunia serasa indah.. dan emang mulai bosen dengan semua gaya selebgram yg senada seirama pose maupun tone fotonya XD

cuma mau komen : Humans of New York juaraaaa
gw baru follow sih beberapa bulan ini dan selalu tergugah buat baca semua post nya biarpun captionnya panjang2 banget. hihihi
lebih berasa dapet dunia nyatanya aja.

Ria Rochma said...

Bener juga sih isi post ini. Murid2ku, juga follow dan kiblatnya ke selebgram atau seleb medsos yg itu2 aja. Pas mereka diajak bicara si ini atau si itu yg beneran menginspirasi, mereka cm bilang, "siapa sih bu?"

Annisa said...

mbak, wajar banget kok award itu aneh karena yang bikin agensinya agak2, mereka pernah terbukti memalsukan data influencer mereka, beli followers, memalsukan traffic, dsb. ;)

Andra Alodita said...

Hi Laila, udah lama nggak baca blog ini terus seru banget baca tulisanmu di atas. Berhubung aku jadi salah satu nominasi di Influence Asia 2015, aku kasih komentar dari sudut pandang aku ya.

Jujur aja sih aku pun dan beberapa teman ikutan bingung karena kami masuk nominasi. Apalagi aku masuk ke nominasi yang bisa dibilang gak nyambung banget, kok tiba-tiba masuk ke Parenting? Hehe Ngomongin soal 'inspiring' atau 'influential', setiap orang punya tolak ukur dan sudut pandang berbeda-beda juga. Jadi mungkin buat Laila itu mediocre, buat pembaca/followers yang lain nggak seperti itu. Tapi memang social media itu kadang-kadang terlalu sempurna, yang jelek-jelek nggak pernah diliatin. Tapi kalau nonton tv lokal, isinya berita jelek melulu gimana dong? Hahaha *gak nyambung* yawesss ah

Tulisan ini bagus banget, thanks ya Laila!

Post a Comment