Feeding Frenzy

Ehaai! 

Katanya kalo orang abis beranak, hiatus nge-blognya seabad. Ah, aku nggak lama-lama amat 'kan? Nih udah jumpa lagi, jumpa Maissy kembali. Meski niscaya, setiap postingan akan semangkin singkat, yastralahya.

How's motherhood? Ya gitu deh. Kalo ada yang bilang seindah melihat pelangi kembar (double rainbow!), pasti akan kusorakkin WOOO BOHONG WOOO!!! 

Being a new mom, I wouldn't say it's a complete total nightmare, but it's not pretty, either. Bagian yang paling berat? So pasti NETEKKIN. 

Ini sudah kuprediksi dari dulu sih, karena kalo ditilik dari curhatan ibu-ibu di dunia maya (blog pribadi / forum / websites), prosentase keluh kesah soal netekkin itu jauh melampaui keluh kesah soal yang lain-lain. Termasuk melahirkan. Jadi kita tunda dulu birth story-nya Raya, dan langsung sekip ke curhatan nomor wahid: netekkin.

Kalo netekkin itu adalah sesuatu yang alami, kenapa kok kayaknya berat banget ya? Setiap rontok satu masalah, tumbuh seribu masalah lainnya. How did the cavewomen did it? I really wonder.

Berikut adalah permasalahan-permasalahan ikke, dalam susunan kronologis:

1. Raya nggak begitu sakses IMD, karena hipotermia di ruang operasi. Dulu saya agak skeptis sama IMD, tapi lama-lama percaya bahwa kayaknya ini salah satu faktor Raya akhirnya susah latch-on.

2. Jadi ya begitu. Sejak lahir, Raya susah latch-on. Setiap disodorin tetek, reaksinya kayak disodorin bedil. Histeyris! Mana insting alami-mu nak, mana?

3. Di hari ke-3 setelah kelahirannya, Raya di-diagnosa tongue-tie dan langsung di-insisi tanpa babibu by the famous Dr. Asti. Hatiku sempet mencelos karena prosesnya (menurut saya) terlalu cepat, tanpa dialog, dan tanpa second opinion. Tapi yang sudah terjadi, terjadilah. Semoga beneran membawa kebaikan ya.

4. Sejak di-insisi, neteknya Raya sedikit membaik. Meski saya yakin bukan cuma karena di-insisi, tapi juga karena saya udah nemu stratehi yang hakiki: susuin anak cangok (rakus, bahasa Jambi -red) ini sebelum kelaparan! Sumpel begitu ada suara "ah, eh, ah, eh" dari boksnya! Soalnya kalo udah keburu kelaperan, ngamuk, bubar deh semua.

5. Sepulang dari RS, Raya masih susah latch-on. Masih hobi nyakarin dan nggebugin tetek simboknya sebelum nyusu. Kami pun selalu 'berantem' 15-20 menit dulu sebelum akhirnya anaknya bisa clep, latch-on.

6. Begitu akhirnya bisa latch-on, putingku dibuat berdarah-darah. Padahal posisinya udah bener lho. I know this because I studied the correct latch-on position by heart during pregnancy. Also, a lactation counselor watched me breastfeed Raya at the hospital. Dan kalo ditilik, posisinya emang udah sesuai teori, ah. Apakah anatomi mulut Raya terbuat dari besi baja macam Wolverine? Nggak tau deh...

7. Setelah meratapi nasib di bawah langit, ("Kenapa netekkin itu sakit ya, Gusti?") I found the hard truth: menyusui itu memang nggak nyaman - bahkan borderline sakit - terutama di awal-awal. Dulu saya sombong, kirain nyusuin itu nggak akan sakit samsek. Macam dibelai-belai bulu angsa aja. Kalo ada yang ngeluh sakit, saya mikirnya, "Ih, pasti karena latch-on-nya salah." 

Ternyata nggak juga ya. Kenyotan bayi itu sekuat vacuum cleaner Dyson, lho. Mau bukti nyata? Di suatu malam panjang, disaat Raya rewel luar biasa (padahal udah netek, ganti popok, dinyanyiin 348 lullaby, dst), I used my pinky as a pacifier. Sukses. Bocahnya ternyata emang lagi pengen ngempeng sampe ketiduran. Tebak apa sodara-sodara? Kelingking saya yang diempeng itu sakit dan membiru besok paginya. Little vacuum cleaner Wolverine mouth!

8. Pagi ini, saya menemukan kenyataan baru: saya hyperlactation. Bahasa simpelnya, susu saya terlalu banyak / deras, melebihi kebutuhan si bayi. Soal susu deras, itu udah disadari sih. Dulu kolostrum saya bisa 50ml dari satu payudara lhooo (sombooong), trus sekarang, kalo pagi-pagi bisa meres 120ml susu dari satu tetikadi (sombooong, part two. Awas kualat!).

Apakah susu deras ini adalah hal yang baik? NGGAK. Sang ibu selalu ngerasa nggak nyaman, karena tetikadi bengkak terus-terusan, bahkan beresiko mastitis. Setiap let-down reflex terjadi pun rasanya sakiiiit cenat-cenut. Nggak ada tuh, rasa nikmat pas LDR seperti yang selalu didengungkan AIMI ASI.

Saat netekkin, lebih susah lagi. Anak sering kesedak, batuk-batuk, bahkan muntah. Dan karena aliran ASI terlalu deras, kenyotan si anak copot-copot mulu, bahkan jadi sering nolak nyusu >> RAYA BANGET. 

Anak juga jadi sangat gassy, lebih beresiko kena kolik, dan susah naik berat badan (ironis ya) karena cepet kenyang sebelum dapet hindmilk alias 'lemak ASI' yang menggemukkan. Yang terakhir ini untung nggak kejadian, dan semoga jangan.

Ada sih, step-step untuk menangani hyperlactation ini. Tapi males aja 'kan ya. Pengen nggak sih, urusan netekkin ini langsung berjalan natural, nggak sakit, dan nggak pake repot? Pengeeeen...

Pelajaran dari urusan hyperlactation ini: jangan berdoa supaya ASI kita banyak. Doa yang bijak adalah, "Ya Tuhan, cukupkanlah ASI saya." Kekeringan ASI bikin nangis, kebanyakan juga bikin cry. Yang cukup-cukup aja lah.

9. Kutukan mulut Wolverine masih berlanjut sampai detik ini. Maka setiap kali Raya mulai cewiwis minta netek, saya langsung menatap wajahnya dengan horor, dan mem-puk-puk sang puting dengan iba, "Tabah ya."

Stok sabar saya nggak sebanyak itu, kok. Kalo lagi netekkin malam-malam, sambil setengah merem, setengah nangis kesakitan, rasanya pengen taro Raya di depan pintu kamar nyokap, trus balik bobo aja tanpa peduli. Sering juga pengen nyerah dan langsung exclusively pumping aja. Tuh, botol dan dot udah siap sedia di sterilizer. 

Tapi saya tau, I'm not alone. Kalo baca ceritanya Meta dan Mbak Kirana, sama aja tuh perjuangannya. Dan pastinya, ada ribuan mak-mak lain yang bernasib sama, bahkan mungkin lebih pilu (peluk Iyut!). Alhamdulillah, akhirnya sakseis juga 'kan? Kalopun nggak sakseis, nggak mungkin anak kita akan dibiarin isdet kelaperan. Ada banyak alternatif. I have no objections against formula, milk donor, atau air tajin sekalian if it's really the only way for the baby to survive. Santai ajuah...

But, if you really choose to exclusively breastfeed, bersabarlah. Emang bener kata akun Twitter @tipsmenyusui, "Menyusuilah dengan keras kepala!" SIAP! Sekuat-kuatnya sedotan mulut Dyson-mu, nak, tekad Ibu Insya Allah lebih kuat lagi.

Bisa minta amin?