Sep 2, 2015

Meja Makan 01 - Saidjah & Adinda (part 1)


Setiap kali gue mendengar kata “pop-up”, gue selalu ngebayangin mainan jack-in-the-box. Pop! Ada sesuatu yang pop-out atau mendadak nongol dengan imut.

Sehingga kalo gue denger frase pop-up market, pop-up salon, pop-up café, dan pop-up pop-up lainnya, yang kebayang ya begitu—sebuah lahan kosong, ada tombol, trus kalo tombolnya dipencet, pop! Muncul deh market / salon / café kecil dari kertas, yang bisa dilipat kayak pop-up card.

Tentu saja, pop-up venues bukan seperti itu. Pop-up sebenernya cuma sinonim kekinian dari "temporer".

Terlepas dari makna katanya, kamu-kamu pasti pada sadar bahwa sekarang ini konsep pop-up makin beken. Ya iya lah, ya. Soalnya main salon-salonan, kafe-kafean, jualan-jualanan memang menarik, tapi kalo mau dijadikan usaha tetap, susaaah… Susah duitnya, susah komitmennya. Jadi mending bikin yang temporer-temporer aja.

***

Bulan lalu, gue menghadiri pop-up dinner pertama gue.

Jadi, pada suatu sore di awal Agustus, seorang perempuan menghubungi gue dengan semangat. Awalnya SMSan (YES, SMS. I just lost my phone that time and had to temporarily revert to non-smartphone, old-timey Nokia), lalu kami teleponan. Mbak ini bukanlah seorang asing, tetapi seorang kawan lama, Ayi.

Dengan semangat, Ayi memaparkan bahwa dia mau mengadakan eventpop-up dinner experience”, yang intinya adalah acara makan malam, dan dia berminat mengundang gue.

Event pop-up breakfast / lunch / dinner sebenernya udah sering dilakukan oleh beberapa pihak sebelumnya, tapi sejujurnya, gue agak terganjal dengan istilah “pop-up” untuk acara sejenis ini. Soalnya yang sebenernya mereka lakukan adalah bikin acara makan-makan aja. Nah, makan-makan ‘kan emang bisa dimana aja, nggak harus di satu tempat tertentu setiap saat? Unless those people meant pop-up restaurant? AUK AH, POKOKNYA MAKAN.

Tapi acara Ayi ini bukan acara makan-makan sembarang makan-makan. Ada konsepnya! Wow, apakah itu? Oke, gue jabarkan dari awal dulu ya.

Nama dan Pemeran

Acara ini bernama Meja Makan 01, dan merupakan hasil dari kolaborasi tiga orang, Ayi, Utay, serta Eugenio, yang mempunyai specialty skill masing-masing.

• Ayi adalah seorang “tukang masak” yang mempunyai minat besar terhadap makanan dan gaya hidup sehat. Besnes utamanya adalah sebuah katering makanan sehat yang turut berperan dalam turunnya berat badan gue di masa kegelapan dulu (baca: masa gue masih gembrot bak pesut).

• Tiga fakta soal Utay: adeknya anchor ganteng Tim Marbun (penting), adek kelas gue saat SMA, sekaligus junior gue di ekskul dance dan cheerleading. Cieee, Utay dulu anak cheerleader ciyeee… *dicekek*. Anaknya suka humor, sembari nggak sadar bahwa dia itu lucu. Gmz, ‘kan.

Selulus SMA, Utay mengemban ilmu seni dan grafis di Singapura, lalu sekarang aktif sebagai seniman seni rupa yang berkarya dengan medium cat air.

• Eugenio adalah seorang product designer… and that is all I know. Maaf ya, Eugene! Soalnya dari mereka bertiga, hanya Eugenio yang nggak gue kenal secara pribadi. But I talked to him for about 5 minutes, and my (first) impression of him is good. Kayaknya orangnya baik, passionate, dan sincere. Aamiin.

Ketiga orang ini menjadi kenal karena sama-sama suka nongkrong di sebuah coworking space bernama Coworkinc. Lalu pada suatu hari, mereka memutuskan untuk bikin proyek bareng yang menggabungkan passion serta skill ketiganya.

Lahirlah Meja Makan 01.


Konsep

Sebagai sebuah acara "pop-up dinner", inti dari Meja Makan 01 adalah acara makan malam. Ayi, Utay and Eugenio would arrange a dinner someplace, and then they invite people. Lalu kita semua makan. Sederhana, ya?

Tapi tentu saja, tidak ada yang sederhana di dunia ini.

Meja Makan 01 mengangkat sebuah tema, yaitu Saidjah & Adinda.

Saidjah dan Adinda adalah dua tokoh dalam salah satu bab novel klasik nan legendaris Max Havelaar, karya penulis Belanda E. Douwes Dekker alias Multatuli.

Sejujurnya, gue belom pernah baca Max Havelaar. Kalo nggak salah, tema besarnya adalah kolonialisme Belanda di Indonesia, ya?

Ceritanya, Saidjah dan Adinda adalah sepasang kekasih dari keluarga petani di kampung Badur, Banten. Mereka hidup di era kegelapan saat petani harus hidup sangat miskin dibawah sistem kolonial dan tanam paksa jaman Belanda.

Akibat kemiskinan, keluarga Saidjah menderita dan orangtuanya akhirnya meninggal. Saidjah terpaksa pergi ke Batavia untuk bekerja, tapi dia janji sama Adinda akan pulang setelah tiga tahun untuk menikahinya.

Sayang, saat Saidjah balik ke Banten, ternyata Adinda dan bapaknya sudah pergi ke Lampung, katanya untuk gabung dengan gerakan pemberontakan terhadap Belanda. Menyusul lah Saidjah ke sana.

Akhir dari kisah ini tragis, karena Saidjah dan Adinda akhirnya sama-sama meninggal dengan sadis di tangan Belanda sebelum sempat bersatu kembali.

Berat ya, bokkk. Tapi konsep Saidjah & Adinda ini adalah salah satu hal yang sangat gue sukai dari Meja Makan 01. Strong, ambitious, idealist and very local. Probably very hipster, too.

Alasan kenapa Ayi, Utay dan Eugenio memilih tema Saidjah & Adinda sebenernya nggak gue ketahui.

Tapi kalo boleh ambil kesimpulan sendiri, mungkin karena kisah Saidjah dan Adinda sangat berhubungan dengan petani Indonesia—yang dalam kisah ini sangat tertekan dan menderita dibawah sistem perbudakan—padahal petani adalah ujung tombak food chain seluruh bangsa. 

Mirip-mirip kondisi petani kita sekarang yang nggak diurus pemerintah, no?

Dan tidak ada hal yang lebih ironis daripada makan-makan sambil mikirin nasib sedih para petani yang membawa makanan ini ke piring kita. Makan sambil galau. Menarik. I LIKE!

Waktu dan Tempat


Persiapan

Bagaimana cara Ayi, Utay dan Eugenio menerjemahkan konsep Saidjah & Adinda ke Meja Makan 01?

Ternyata cukup simpel: para tamu akan disajikan 5-course dinner (terdiri dari appetizer, main course, dan dessert) yang masing-masing berciri khas Banten, Jakarta tua (Batavia), dan Lampung, sesuai dengan jalur perjalanan Saidjah dan Adinda. Pinter, ya?

Untuk menyiapkan 5-course dinner ini, pertama-tama Ayi, Utay dan Eugenio harus bolak-balik mikirin jenis makanan apa yang akan mereka hidangkan. Makanannya nggak cuma harus khas Banten, Batavia, dan Lampung, tapi juga sehat dan mayoritas vegetarian, sesuai dengan specialty Ayi.




Setelah itu, Ayi, Utay dan Eugenio melanglang buana sampai ke sawah dan perkebunan Yogyakarta serta Salatiga demi mendapatkan bahan-bahan yang tepat. Sesuai konsep Saidjah & Adinda, bahan-bahan dalam 5-course dinner ini haruslah otentik hasil bumi Indonesia, organik, dan pro-petani. Kurang ambisius apa coba?



Untungnya ke-ambisiusan mereka berbuah manis. Dalam perjalanan berburu ingredients ini, the trio scored a deal with a Yogyakarta-based designer Lulu Luthfi Labibi. Jadi ketika hari H nanti, baju-baju Ayi, Utay dan Eugenio akan disponsori oleh Mas Lulu. Keren! Aku cemburu! Lulu Luthfi Labibi is a super cool local designer, one of the few that I actually liked.


Berhubung trio ini supel lagipula G4UL, mereka juga berkolaborasi dengan banyak pihak lain. Selain Lulu Luthfi Labibi, mereka bekerjasama dengan TepianFarm, Javara Indonesia, Kemala Home Living, Kandura, Manual Jakarta, Ayu Larasati Ceramics,  dan lain sebagainya.


Trus, seperti yang gue udah bilang sebelumnya, masing-masing Ayi, Utay, dan Eugenio mempunyai peran masing-masing dalam mengeksekusi Meja Makan 01.

Perannya apa, sih?

Ayi: masak. OBVIOUSLY, secara dese adalah satu-satunya koki dalam trio ini.

Utay: membuat artworks dengan cat airnya. Artworks Utay akan menceritakan kisah Saidjah & Adinda untuk dipajang di ruang makan Meja Makan 01.

Eugenio: mengatur desain ruangan serta menciptakan keseluruhan ambiance di venue. On D-day, the venue’s ambiance was actually one of the things that I like about Meja Makan 01, so good job, Eugene! 

 ***

Gimana eksekusi dari segala konsep dan persiapan yang idealis ini? Ada yang terjadi di acara Meja Makan 01? HOW'S THE FOOD?!

Stay tune for part 2.

6 comments:

Gadis said...

Aaaakkk... kenapaa postingan ini dipisah jadi 2? penasaran tingkat kabupaten deh jadinya!

prin_theth said...

Hahaha tenang sister... part 2-nya udah diketik kok, tapi gue selesain deadline kerjaan dulu ya sisteeer...

Makhful_Harraz said...

Iyaa penapsaran....segera ya kak lei.. #soKkenal #sokdeket #sokmuda

besinikel said...

Dari pertama baca ada 01-nya, aaaaaah, pas bagian seru mesti dipisah ini aaaahhh, ga sabar!

Szasadiandra said...

pernah denger istilah pop up dinner dari ohhappyday. seru ya, dia malah bikin bner2 di tengah-tengah jalanan chinatown,emejiiiing tahan malunya diliatin orang2

Unknown said...

Baru tahu konsep dinnernya ini. Bisa se-elaborate ini. Jadi penasaran banget sama part02nya :D

Post a Comment