Day 4:
Hari pertama ngerasain breakfast buffet Sofitel Nusa Dua, woohoo! Breakfast-nya berlokasi di sebuah restoran bernama Kwee Zeen (get it? Cuisine?). Lagi-lagi, langit dan bumi banget, deh, sama Komaneka Bisma. Restorannya luas banget, stylish, modern, ada kids corner-nya (YES!), dan pilihan buffet-nya bagaikan tak berujung.
Sisi minusnya, suasana Kwee Zeen, tuh, rusuh banget pas sarapan gini. Bocah-bocah lari kesana-kemari, mas-mas dan mbak-mbak China Mainland saling saut-sautan pake suara level 10, dan bayi-bayi bule pada nangis kejer di highchair-nya masing-masing, Peaceful. Not. Tapi berhubung anak gue juga turut ‘memeriahkan’ suasana sarapan ini, maka gue nggak bisa protes. Telen aja, deh. Glek!
Setelah sarapan, agenda kami cuma satu: berenang sampe kisut. Gue udah sempet cerita belom, sih, bahwa kolam renang Sofitel Nusa Dua ini febeles banget? Kalo udah, gue mau ngulang sekali lagi… KOLAM RENANG SOFITEL NUSA DUA INI FEBELES BANGET! So huge, so wonderful. Suka bingit, kakaaak.
Maka dari jam 9 pagi sampe hampir jam 1 siang, kami sekeluarga berenang non-stop. Kalo bosen berendem di kolam, ucluk-ucluk pindah berenang ke laut, trus balik lagi ke kolam, trus balik lagi ke pantai, gitu aja bolak-balik. Segala aktifitas di pool area ini juga kami jabanin, mulai dari main pasir di kiddie pool, main voli air, sampe ikutan aquarobics alias erobik di kolam bareng segerombolan nenek-nenek dari Italia, dipandu oleh sang mas instruktur. Seru (baca: aib) abis, deh, hihihi.
Aus? Laper? No problemo. Kolam renang Sofitel Nusa Dua ini ‘kan punya pool bar, so we literally can eat and drink without leaving the pool. Gue, Raya dan Teguh sempet pesen smoothies, hot chocolate, dan French fries di pool bar ini.
We totally had a fun pool time.
Menuju jam 1 siang, kami semua udah bener-bener kayak kismis berjalan—item dan kisut—gara-gara kelamaan berenang. Tiga jam, mami! Bu Made pun sudah datang. Maka sudah waktunya kami move on dan makan siang!
Makan siang dimana?
Beberapa taun lalu, adek dan nyokap gue sempet makan di Mamasan, di Jalan Kerobokan, Seminyak, trus pada jatuh cinta pada suapan pertama. So that’s where we’re going for today’s lunch.
Gue sendiri belom pernah nyobain Mamasan. Denger aja belom pernah. Tapi setelah gue Google, ternyata Mamasan ini salah satu restoran terpopuler di seantero Seminyak. Konon, sih, enak banget. Selalu penuh dan (katanya) mustahil bisa masuk kalo nggak pake reservasi. Apalagi Mamasan ini cuma buka di jam-jam tertentu.
Sayangnya, hari itu kami cuma dapet meja dengan kursi terbatas. Jadilah… gue dan Teguh nggak kedapetan tempat di Mamasan. Huhuhu, ratapan anak tiri banget. But hey, we’re in Seminyak, who could complain? Ada seribu pilihan restoran lucu lainnya, bukaaan?
Berkat taktik orangtua pemalas, akhirnya Raya dan Bu Made tetep di Mamasan bareng keluarga gue, sementara gue dan Teguh pindah ke restoran lain. Horeee, parents got to eat lunch in peace, hihihi.
Gue dan Teguh memutuskan untuk makan siang di Motel Mexicola, di Jalan Petitinget, Seminyak.
Sebenernya, Motel Mexicola ini lebih cocok disebut sebagai bar atau drinking place. Tempatnya lebih menonjolkan area bar, trus pilihan makanan ‘berat’nya cuma sedikit, dengan rasa yang biasa-biasa aja, sementara pilihan mocktails, cocktails dan alkoholnya bejibun. Selain itu, kalo siang, tempat ini cenderung sepi. Tapi kalo malem… jangan tanya, deh… langsung berubah jadi party central. Bapesta-pesta kita sampe pagi! Feeling hot, hot, hot!
Alasan utama kami milih makan di Motel Mexicola adalah karena tempatnya lucu, and nobody would argue with that. Liat aja dekorasi pada setiap jengkal tempat ini—rame, rusuh, dan kontras. Tijuana tackiness at its best! Pada dasarnya, selera gue ‘kan norak ya, jadi gue hepi berada di tempat se-norak dan se-kitschy Motel Mexicola. Gue juga suka banget detail-detail di tempat ini, seperti tulisan-tulisan gombal di dinding dalam bahasa Spanyol, aksesoris berbau Katolik, dan referensi kepada Ricky Ricardo atau Frida Kahlo. Ucul amat, sih? GEMEEEEET!
(walaupun temen gue pernah berobservasi, “Sebenernya Motel Mexicola ini warung pantura versi Mexico aja. Lo tinggal ganti dekorasi dindingnya jadi poster-poster penyanyi dangdut dan kalender-kalender bengkel, ganti musik latinnya dengan dangdut house pantura, trus ganti menu makanannya jadi makanan warteg. Sama aja norak bin kerennya.” SETOJO. Bikin dong di Jakarta!)
Thankfully, Teguh loves Mexican food, jadi doi juga hepi ngemil segala taco, burrito, dan enchiladas disini. Gue bilang ‘ngemil’, karena porsinya emang cimit-cimit. Lebih cocok disebut snack pendamping mimik-mimik, sampe kami kudu mesen beberapa porsi *alesan aja, padahal rakus*. Untung rasanya enak.
Kelar makan di Motel Mexicola, gue dan T langsung balik ke hotel. LHA, ANAKMU PIYE?! Jadi, rombongan Mamasan kelar makan duluan, sehingga Raya udah dibawa mereka balik ke hotel.
Pas kami nyampe hotel, ternyata Aydin dan Raya lagi dititipin di kids club-nya Sofitel Nusa Dua—ditemenin Bu Made dan in-house nannies disana—sementara Nadia-Bindra lagi pijet, dan ortu gue lagi… who knows? *balada liburan keluarga ter-nggak kompak*
Ini pertama kalinya gue masuk ke kids club sebuah resort berbintang. Ternyata seru dan convenient banget, yah? Setiap kids club pasti bentuk dan aturannya berbeda-beda, sih, tapi begini kira-kira bentuk kids club Sofitel Nusa Dua.
Hari pertama ngerasain breakfast buffet Sofitel Nusa Dua, woohoo! Breakfast-nya berlokasi di sebuah restoran bernama Kwee Zeen (get it? Cuisine?). Lagi-lagi, langit dan bumi banget, deh, sama Komaneka Bisma. Restorannya luas banget, stylish, modern, ada kids corner-nya (YES!), dan pilihan buffet-nya bagaikan tak berujung.
Sisi minusnya, suasana Kwee Zeen, tuh, rusuh banget pas sarapan gini. Bocah-bocah lari kesana-kemari, mas-mas dan mbak-mbak China Mainland saling saut-sautan pake suara level 10, dan bayi-bayi bule pada nangis kejer di highchair-nya masing-masing, Peaceful. Not. Tapi berhubung anak gue juga turut ‘memeriahkan’ suasana sarapan ini, maka gue nggak bisa protes. Telen aja, deh. Glek!
Suami konsen nyidak henfon istri... as usual...
"Whaaaat?"
"Nothing. Just some Chinese man is intensely staring at you..."
Setelah sarapan, agenda kami cuma satu: berenang sampe kisut. Gue udah sempet cerita belom, sih, bahwa kolam renang Sofitel Nusa Dua ini febeles banget? Kalo udah, gue mau ngulang sekali lagi… KOLAM RENANG SOFITEL NUSA DUA INI FEBELES BANGET! So huge, so wonderful. Suka bingit, kakaaak.
Maka dari jam 9 pagi sampe hampir jam 1 siang, kami sekeluarga berenang non-stop. Kalo bosen berendem di kolam, ucluk-ucluk pindah berenang ke laut, trus balik lagi ke kolam, trus balik lagi ke pantai, gitu aja bolak-balik. Segala aktifitas di pool area ini juga kami jabanin, mulai dari main pasir di kiddie pool, main voli air, sampe ikutan aquarobics alias erobik di kolam bareng segerombolan nenek-nenek dari Italia, dipandu oleh sang mas instruktur. Seru (baca: aib) abis, deh, hihihi.
Mmmmkaaay...
Aus? Laper? No problemo. Kolam renang Sofitel Nusa Dua ini ‘kan punya pool bar, so we literally can eat and drink without leaving the pool. Gue, Raya dan Teguh sempet pesen smoothies, hot chocolate, dan French fries di pool bar ini.
We totally had a fun pool time.
Menuju jam 1 siang, kami semua udah bener-bener kayak kismis berjalan—item dan kisut—gara-gara kelamaan berenang. Tiga jam, mami! Bu Made pun sudah datang. Maka sudah waktunya kami move on dan makan siang!
Makan siang dimana?
Beberapa taun lalu, adek dan nyokap gue sempet makan di Mamasan, di Jalan Kerobokan, Seminyak, trus pada jatuh cinta pada suapan pertama. So that’s where we’re going for today’s lunch.
Gue sendiri belom pernah nyobain Mamasan. Denger aja belom pernah. Tapi setelah gue Google, ternyata Mamasan ini salah satu restoran terpopuler di seantero Seminyak. Konon, sih, enak banget. Selalu penuh dan (katanya) mustahil bisa masuk kalo nggak pake reservasi. Apalagi Mamasan ini cuma buka di jam-jam tertentu.
Sayangnya, hari itu kami cuma dapet meja dengan kursi terbatas. Jadilah… gue dan Teguh nggak kedapetan tempat di Mamasan. Huhuhu, ratapan anak tiri banget. But hey, we’re in Seminyak, who could complain? Ada seribu pilihan restoran lucu lainnya, bukaaan?
Berkat taktik orangtua pemalas, akhirnya Raya dan Bu Made tetep di Mamasan bareng keluarga gue, sementara gue dan Teguh pindah ke restoran lain. Horeee, parents got to eat lunch in peace, hihihi.
Gue dan Teguh memutuskan untuk makan siang di Motel Mexicola, di Jalan Petitinget, Seminyak.
Sebenernya, Motel Mexicola ini lebih cocok disebut sebagai bar atau drinking place. Tempatnya lebih menonjolkan area bar, trus pilihan makanan ‘berat’nya cuma sedikit, dengan rasa yang biasa-biasa aja, sementara pilihan mocktails, cocktails dan alkoholnya bejibun. Selain itu, kalo siang, tempat ini cenderung sepi. Tapi kalo malem… jangan tanya, deh… langsung berubah jadi party central. Bapesta-pesta kita sampe pagi! Feeling hot, hot, hot!
Alasan utama kami milih makan di Motel Mexicola adalah karena tempatnya lucu, and nobody would argue with that. Liat aja dekorasi pada setiap jengkal tempat ini—rame, rusuh, dan kontras. Tijuana tackiness at its best! Pada dasarnya, selera gue ‘kan norak ya, jadi gue hepi berada di tempat se-norak dan se-kitschy Motel Mexicola. Gue juga suka banget detail-detail di tempat ini, seperti tulisan-tulisan gombal di dinding dalam bahasa Spanyol, aksesoris berbau Katolik, dan referensi kepada Ricky Ricardo atau Frida Kahlo. Ucul amat, sih? GEMEEEEET!
(walaupun temen gue pernah berobservasi, “Sebenernya Motel Mexicola ini warung pantura versi Mexico aja. Lo tinggal ganti dekorasi dindingnya jadi poster-poster penyanyi dangdut dan kalender-kalender bengkel, ganti musik latinnya dengan dangdut house pantura, trus ganti menu makanannya jadi makanan warteg. Sama aja norak bin kerennya.” SETOJO. Bikin dong di Jakarta!)
All hail Jimi Mexicola!
Thankfully, Teguh loves Mexican food, jadi doi juga hepi ngemil segala taco, burrito, dan enchiladas disini. Gue bilang ‘ngemil’, karena porsinya emang cimit-cimit. Lebih cocok disebut snack pendamping mimik-mimik, sampe kami kudu mesen beberapa porsi *alesan aja, padahal rakus*. Untung rasanya enak.
Kelar makan di Motel Mexicola, gue dan T langsung balik ke hotel. LHA, ANAKMU PIYE?! Jadi, rombongan Mamasan kelar makan duluan, sehingga Raya udah dibawa mereka balik ke hotel.
Pas kami nyampe hotel, ternyata Aydin dan Raya lagi dititipin di kids club-nya Sofitel Nusa Dua—ditemenin Bu Made dan in-house nannies disana—sementara Nadia-Bindra lagi pijet, dan ortu gue lagi… who knows? *balada liburan keluarga ter-nggak kompak*
Ini pertama kalinya gue masuk ke kids club sebuah resort berbintang. Ternyata seru dan convenient banget, yah? Setiap kids club pasti bentuk dan aturannya berbeda-beda, sih, tapi begini kira-kira bentuk kids club Sofitel Nusa Dua.
Organ tunggal melayani acara nikahan, khitanan, syukuran, dsb.
"Ada yang mau rekues...?"
"DON'T interrupt my solo!"
Kids club Sofitel Nusa Dua ini dikelola oleh Cheeky Monkeys Bali, sebuah taman bermain yang udah established di Bali. Jadi pengelolaannya Insya Allah terpercaya, lah. Anak yang dititipin disini nggak boleh didampingi oleh orang dewasa dari luar, karena mereka akan ‘diasuh’ oleh in-house nannies. Kalo mau ada yang mendampingi boleh aja, sih, tapi akan dikenakan biaya per jam per pendamping. Kalo nggak salah, tiap in-house nanny maksimal megang dua anak.
Kids club ini khusus untuk tamu hotel, dan khratis :)
The kids were having a blast! Ya, jangankan bocah. Gue aja girang liat fasilitas anak-anak sekomplit ini. Maklum, perawan kids club, nih, kak.
Yang hepi, sih, khususnya Aydin, ya. Sementara Raya agak lemes… Lho, lho, lho, kok naga-naganya mulai sumeng? Akhirnya yang sore ini tadinya mau renang (LAGI), jadi batal. Yuk, marimas, kita balik estirohat aja ke kamar.
Nggak lama kemudian, Bu Made pulang.
Malemnya, Raya kembali diciduk ke kamar kakek-neneknya, maka kesempatan ini langsung gue dan T pergunakan untuk… dinner bareng lagi! (jangan ngeres, ah). Karena masih males keluar resort, lagi-lagi kami makan di Sofitel Nusa Dua aja.
Kami dinner di Le Bar yang berlokasi di lobi resort, dengan pemandangan utama fire dance show… Teteuuup ya, mak…
Sayangnya, makan malam kali ini kurang sakses, karena rasanya biasa aja, padahal harganya bikin merinding. Makan-makannya pun kurang konsen akibat posisi restoran yang lumayan tinggi, sehingga kami diterjang angin bahorok sepanjang dinner. Kenceeeeng banget, sampe bawaannya pengen kerokan.
Meratapi makanan yang mahal bin nggak enak...
... like this tasteless risotto.
Anyway, we finished dinner early, balik ke kamar, trus tidur. Selamat malam, Nusa Duaaa… Kiss?
Day 5:
Nggak terasa, tau-tau udah hari terakhir di Bali aja, hik hik hik. Abis sarapan, tadinya mau ngabuburit sampe check-out dengan… berenang lagi. Yassalaaam, bener-bener kepengen jadi kismis berjalan, yah? Well, we totally adore that gorgeous pool, gimana dong? Tapi berhubung Raya beneran sumeng, batal deh…
Akhirnya kami ngabisin pagi dengan beberes dan leyeh-leyeh aja. Menjelang jam 1 siang, baru rame-rame ke resepsionis untuk check-out.
(mong-ngomong, I don’t have a picture, but I totally adore Sofitel Nusa Dua’s reception area. Super nyaman dan homey. They have sofa swings for chairs! Weeee…)
Pas check-out, gue sempet ‘kenalan’ sama bocah Cina Surabaya berumur sekitar 7-8 taun yang juga lagi check-out sama keluarganya. Our conversation was… interesting…
Bocah: Kamu (ya, dia manggil gue ‘kamu’) ke Bali sama siapa?
Gue: Sama keluargaku…
Bocah: Ini siapa? *nunjuk nyokap*
Gue: Mamaku
Bocah: Ini siapa? *nunjuk Nadia*
Gue: Adekku
Bocah: Ini siapa? *nunjuk Raya*
Gue: Anakku
Bocah: Haaaaah, kamu udah punya anaaaak?!
*tersipu malu sambil kasih angpao ke bocah*
Bocah: Tapi aneh, ya, mamanya putih tapi anaknya kok item…
Gue: Ya, kamu liat aja bapaknya *sambil nunjuk Teguh*
Hihihi, maaf, ya, cowok-cowok. Resiko jadi yang paling cantik diantara kita bertiga, nih. Literally.
Bye, bye, gorgeous. We'll miss you!
Kelar check-out, kami mampir dulu ke Bali Collection untuk makan siang. Judulnya doang makan siang, kenyataannya, sih, ngejar-anak-supaya-mau-makan-siang. Liburannya udah mau kelar lho, nak! Masih aje susah makan? Huft… *nyuap jatah Raya ke mulut sendiri... seperti biasa.*
Kelar makan, kami langsung meluncur ke bandara Bandara Ngurah Rai, dan tiba tepat waktu. Nggak lupa peluk-pelukan dulu sama Pak Alex, dan saling janji akan kontak-kontakan lagi, kayak sepasang kekasih mau LDR. Sempet juga SMSan dan nelpon Bu Made, untuk bilang gutbay dan bikin janji-janji yang sama. Posesif, yaaa…
Trus kami check-in, boarding, terbang, dan mendarat di kampung halaman dengan sehat sentosa, nggak pake delay. Alhamdulillah.
Semoga nggak pake lama, kita jumpa lagi ya, Bali!
(and we really did. Dua bulan kemudian, gue beneran ke Bali lagi, hihihi… Alhamdulillah, jodoh.)
6 comments:
whaaaat?? jadi ini abis dari Bali lagi dong mbak lei? kok gak keliatan dari IG-nyaaa? #stalker #amat
berarti ditunggu postingan2 soal Bali kembaliiiii... :))
“Sebenernya Motel Mexicola ini warung pantura versi Mexico aja. Lo tinggal ganti dekorasi dindingnya jadi poster-poster penyanyi dangdut dan kalender-kalender bengkel, ganti musik latinnya dengan dangdut house pantura, trus ganti menu makanannya jadi makanan warteg. Sama aja norak bin kerennya.”
OMG!!! IDE BRILIAN!! Gue mau dong ikutan kalo beneran ada!! *tembak2 duit ke udara*
Gadis: HEBAT NGGAK AKOH? Hahaha... Iyaaa, awal Oktober aku ke Bali lagi sendirian, dalam rangka kerja (20%) dan JJS (80%) hihihi. Seru, sih, tapi aku nggak bikin trip report ya... karena nggak foto-foto dan nyatet-nyatet. Aku bikin postingan rekapan aja nanti :) Kayak laporan keuangan aja ya...
Maris: Keren banget nggak, Mawis?! Pas temen gue ngomong gitu, gue langsung mau keplok tangan. Hai investor, datanglah...
Haah kamu udah punya anaaaaaak?
hahahahaha. epic. reaksi kalian gimana mba waktu itu? :))
ohemji, setelah sekian lama stalking blog kali ini perdana aku kasih kamu komentar *tunjuk mbak Lei*
Ngakak to the max pas bagian akhir, sungguh suatu percakapan yang berbobot.
*balik maning jd silent reader*
Anak cina surabaya ya?.. gak heran lei emang mulutnya cina surabaya emang suka slonong boy hahahaha..
tapi emang kalo KAMU punya anak dia kaget wajar sih.. mukanya anak esema gitu
Post a Comment