Jan 7, 2013

The Little Red Dot

Sebelom jadi long-term tourist disana, I thought I already knew Singapore well. Tapi ternyata salah! Here are what I recently found out about Singapore, semoga berguna bagi yang mau main kesana ya...
  • Kode pos di Singapore menandakan gedung, bukan area. Makanya kalo kita pesen taksi / makanan, mereka suka nanya kode pos untuk tau lokasi persis kita, bukan nama jalan.
  • Speaking of taxi, kalo kita pesen taksi via telpon, mereka akan sampe in less than 10 minutes. Kadang 30 detik udah sampe, I KID YOU NOT. Kalo di Jakarta, kita bisa mandi dulu, boker dulu, dandan dulu setelah nelpon taksi 'kan? Disana nggak bisa. Telpon, langsung capcoes! Saya pernah dimarain sopir taksi gara-gara dese nungguin saya pake jilbab dulu, zzzz.
  • Taksi Singapore bisa njemput kita dimana aja, nggak hanya di rumah atau perkantoran. Mall, zoo, restaurants, almost anywhere. Jadi kalo males ngantri taksi di mall, monggo telpon ajuah. Langsung dateng taksi untuk kita.
  • Indonesian food vs Singaporean food - it's amazing how similar they seem, but how different they actually are. I hate Singaporean food. To be specific, I hate how they look so rich in taste, padahal hambar kabeh. Yes, I'm talking to you, laksa! And mee siam! And everything else!
  • Kedai Nasi Padang kelas foodcourt yang paling enak adalah yang di Food Republic 313 Somerset. Paling nggak enak, di Rasapura Marina Bay Sands.
  • Panggilan untuk bapak-bapak / mas-mas Chinese adalah "uncle", udah tau lah ya. Tapi kalau bapak-bapaknya orang Melayu, call him "Abang". Kalo India? I still haven't figured this one out. Biasanya sih saya "you-you" aja... Youyou kangkang...
  • Kalo ngobrol sama orang Melayu Singapore, pakelah bahasa Melayu / Indonesia. Mereka cenderung sebel kalo kita tetep ngenggres-ngenggres. Dan jangan panggil uncle, yaaa.
  • Ada 3 ras "resmi" (a.k.a. yang diakui pemerintah) di Singapore: Chinese, Indian, dan Malay. Walau kita orang Indonesia, kalo isi formulir identitas disana, ya tetep jatuh ke kategori Malay. Dan orang Singapore juga tetep ngeliat kita sebagai Malay. No big deal. Jadi nggak usah sok-sok nggak terima dianggap "Melayu" instead of "Indonesian", deh. It's just a matter of formality, kok. Kita juga nggak bisa bedain 'kan, orang RRC sama Taiwan? Pakistan sama Bangladesh?
  • Mall-mall di Singapore itu SORGANYA ibu menyusui, aaaaa! Cinta banget sama fakta bahwa setiap mall di Singapore hampir pasti punya nursing room yang layak. Dan taukah Anda, banyak juga mall sana yang menyewakan stroller? Dayummm.
  • On the other hand, saya jarang ngeliat ibu-ibu menyusui di luar nursing room. Tapi kalo cuek, nggak apa-apa sih. Kami pernah makan di restoran yang lagi penuh, sehingga kudu sharing meja sama bapak-bapak dan anak-anaknya. Eke cuek aja nyusuin depan dese, HAHAHA. Muka si om kayaknya bisa dijadiin internet meme deh saking awkwardnya...
  • Singapore is not as 'damai' you may think lho, jadi jangan gampang kagum. Mbak-Mbak Chinese yang buang reak di restoran? Adaaa. Creepy Banglas who follows you and rape you with their stares? Adaaa. Copet? Adaaa. Line cutters alias tukang nyelak antrian? Ada bangeeet. Orang gila? Adaaa. Orang berantem sampe pukul-pukulan di DALAM BIS (padahal antar strangers nih)? Adaaa. Taksi 'gelap' tanpa ID sopir? Adaaa. Tabrak lari? Adaaa. Although those shits are not too common in Singapore, they still happen. Saya aja ngalamin / ngeliat itu semua dalam dua bulan.
  • On the other hand, saya selalu dikasi kursi di bis / MRT kalo lagi gendong Raya. Thank youuu :) *lengan gemeter gendong bocah*
  • Jangan lupis, stroller harus dilipet ya di dalem MRT.
  • The most common stroller I saw in Singapore: Combi dan Bugaboo Bee.
  • Terbukti sudah, meski sama-sama sumuk, udara di Singapore lebih bersih daripada Jakarta. Persis kata Leony. Dulu saya agak skeptis, lho. Tapi kemudian batuk dan reak suami ilang total, asma sepupu saya juga nggak pernah kumat.
  • I discovered that I like riding public buses way, way more than MRTs. Alasan utamanya karena males jalan jauh di underground stations! Bus rides feel more convenient. Tantangannya, harus bisa baca peta dan rute bis.... which I still can't do. For this, your lifesaving apps is gothere. Kalo punya iPad / iPhone / Android, buruan download deh. Super berguna untuk cari tau rute public transport. Thank you @rikaraudah!
  • Singapore is so boring, sampe-sampe kami ngorok kalo nonton berita lokal. Literally, nothing happen in Singapore. Nothing. Isi beritanya palingan bapak-bapak parlemen yang mengajukan undang-undang baru. Ituuuu aja yang ditayangin. Mana berita tahu oplosan? Demonstrasi bakar-bakar ban? Indonesian Lawyer Club?! HAHAHAHA. Positifnya, kita yakin Singapore ini aman tentram. Negatifnya, you can really feel the people's lack of passion.
  • I usually witness this lack of passion during live shows. Walau ada banyak street performer di Orchard Road, tapi jarang ada passerby yang mau ikutan joget-joget atau nyanyi-nyanyi.
  • Taun lalu, saya nonton show Donkey Live di Universal Studios. Show itu konsepnya stand-up comedy, dan harus melibatkan interaksi penonton kalo mau seru. BOOOKKK, itu penontonnya bengong aja lho! Saya yakin mereka ngerti jokes-nya, cuma males sok seru aja. Asli, basi banget, persis penonton Indonesia. Saya sampe nggak enak ati, dan langsung sok heboh nyanyi-nyanyi dan joget-joget sendiri supaya MC-nya nggak sedih. Curiganya bentar lagi show ini ditutup kalo pirsawannya garing melulu.
  • So, Singaporeans are modern Asians, tapi entusiasmenya belom bisa disamain sama orang Amerika yah. Makanya saya seneng sama bule di Singapore, soalnya mereka biasanya bikin suasana lebih meriah. Cuek aja ngakak-ngakak di bis, joget-joget sama anaknya di Orchard, etc, etc. Slobey dikit, choei!
  • Which makes me think: kira-kira Singaporeans se-passionate apa ya dalam membela negaranya? 
  • Satu lagi yang bikin saya heran, kenapa Singaporeans tuh konsumtif amat ya? Sebenernya terserah sih, duit-duit sape. Masalahnya, tinggalnya 'kan di flat-flat kecil? Saya aja senewen banget kalo ngeliat romel atau barang numpuk dikit di rumah. Senewen POL! Kira-kira seberapa space yang diabisin di flat masing-masing ya, buat nampung romelan? 
  • Tenaga kerja wanita Philipines itu PASTI pacarannya sama India dan setipenya. PASTI. We kinda wonder why.
  • Kalo lagi libur, mereka suka kemping trus esek-esek di dalam tenda di East Coast Park. Nggak semua siiih... Lainnya mabur ke Lucky Plaza atau gogoleran di Botanic Gardens.
  • Nggak seperti di Hong Kong, pembantu di Singapore (ternyata) nggak punya hak libur seminggu sekali. Suka-suka majikannya aja, sih. Tapi baru-baru ini mulai dicanangkan program wajib meliburkan bedinde once a week. Baru tauuu...
  • Singlish pronounciation: basically, lose the 'R' and forget about grammar.
    Chair = che
    Carpark = ka'pak
    Support = sappok
    Card = kad
    Ya amplop! = wa law!
    Numpang = tumpang. As in, "Can I tumpang printing this document at your office?"
    Titip beliin (makanan) = tapaw (dikoreksi Mbak Rika, ini artinya 'bungkus makanan', hihi)
    Bungkus makanan = pack. Saya kebiasaan ngomong "I'll have this to go," atau "I'll have this for takeaway." Di Singapore, rata-rata ngomongnya, "Can I pack this?" 
  • IKEA dibaca i-ke-a, bukan aikia. Tampines dibaca tem-pe-nis. Serangoon dibaca se-reng-gun. Joo Chiat dibaca ju-chet.
  • Your guide to local kopitiam (warung kopi)
    Kopi-gau: kopi with strong brew
    Kopi-po: kopi with weak brew
    Kopi-C: kopi susu
    Kopi-C-kosong: kopi susu, nggak pake gula
    Kopi-O: kopi pake gula aja
    Kopi-O-kosong: kopi doang, tanpa gula dan susu
    Kopi-O-kosong-gau: kopi strong brew, tanpa gula dan susu
    Kopi-bing or Kopi-ice: kopi pake susu, gula, dan es
    Kopi-xiu-dai: kopi pake gula dikit
    Kopi-gah-dai: kopi pake susu yang banyak
    Oya, kopi bisa diganti teh (Teh-C, Teh-O, etc) dan susu disini maksudnya susu kental manis ya, biasanya bukan creamer atau susu cair, gitu.
  • Personal favourite snack: NATS laoban dari 7-11. Not all 7-11 carries this. Badewe, kalo kita nyebut 7-11 "Sevel", orang sana "Seven-E". Well, at least T does.
  • Personal favorite hawker center: Maxwell Hawker Center di Chinatown. Anthony Bourdain pernah wiskul kesini hlooo...
  • Personal favorite retail store: Uniqlo (really, H&M can close down and I couldn't care less asalkan Uniqlo tetep buka dan berjaya selalu. I love this retail to bits!).
  • Favorite mall: sama aja deh semua. But if I have to choose, mungkin Paragon karena children stores-nya mantap, dan Vivocity karena  lengkap banget dan jalur MRTnya sejalur dari rumah.
  • Sedikit gambaran living cost di Singapore: makan di restoran standar seperti, let's say Nandos, bisa ngabisin SGD20-30 per orang. Tarif listrik itu sekitar 3x lebih mahal dari Jakarta. Kalo mau beli mobil, kita harus beli 'izin' dulu seharga SGD80,000 per lima sepuluh tahun. Setelah itu? Ya bayar lagi. T sempet ngobrol sama temennya yang berpenghasilan sekitar ekuivalen 100 juta rupiah per bulan, double income, dengan dua anak. Mereka tetep susah nabung akibat mahalnya living cost di Singapore. Seratus yuta, lho. Apa ceboknya juga pake dokat?!
  • Life expectancy di Singapore itu sekitar 82 tahun. Di Indonesia tuh sekitar 65 taunan ya, kalo nggak salah? Merefleksikan kualitas hidup dong, ya.
So! Those are more or less my personal observation as a long-term tourist in the Little Red Dot.  Mungkin ada salah-salah fakta, mohon maap yak, mohon dikoreksi ^__^

Anyway, given the chance, mau nggak tinggal di Singapore? Dulu saya pernah ditanya sama Mbak Rika, "Gimana di Singapore? Nggak betah yaaa..." Awalnya iya, homesick bangeeet. Lama-lama, I realize, ke-nggak-kebetah-an saya sebagian besar terjadi karena kesepian. Maklum ya, biasa rame-ramean sama keluarga dan temen di Jakarta :') Oh, dan tentunya kerena T dioperasi!

Soal temen, ini juga rada menjadi misteri. Soalnya saya punya temen yang udah 2 tahun tinggal di Singapore sampe beranak-pinak. Ditanya apa hal yang paling nggak enak di Singapore, jawabannya tetep: "Pergaulannya. Kangen temen-temen di Jakarta..." Wooow. Anak Jakarta emang saik-saik banget dong yaaa...

Jadi balik ke pertanyaannya, mau nggak tinggal di Singapore? Heck, as long as I can bring my entourage along, I would probably even live in Timbuktu. So why not?

18 comments:

dinniw said...

naaaa ni dia, gue suka banget postingan negara orang di sesi how to act like a local kaya gini. soalnya berasa lbh nancleb jalan2 kalo usaha ngoprek2 peta, ngapalin istilah2 sama kebiasaan disana. Dibanding kalo panggil guide, suruh terjemahin, duduk di rent car, merem tau2 sampe, belanja mol tu mol *alaah..padahal itu mah gue aja cuma mampunya jalan2 koboi*

kalo mee siam emang penampakan kaya makanan2 thai sok rame sok merah padahal ga pedes, ga gurih (baca : kaldu eh micin) tp pas gw cobain yg di changi lumayanan dibanding pas nyoba di mol.
emak2 bgt ya lei, merhatiin baby gear, pas di hongki jg gw suka merhatiin banyak emak2 dorong combi dan ngegembol ergo.

Anonymous said...

hahaha...bener banget! sy pernah tinggal di tem-pe-nis 45 setahun.

maid2 Philippines pada nongkrong di depan lucky plaza kalo sabtu sore. ge-date-nya gak cuma sama india sih, tapi sama cowok2 sub-continent (pakistan, bangladesh).

minum es teh tawar rada ribet ngomongnya. awalya aja sih :). ice tea O kosong. sy suka minum ice tea O kosong soalnya. jadi kangen kopitiam uncle lee. terimakasih atas posting-nya, sangat menghibur.
(Dina)

Meta said...

Suka deh postingan model begini...informatif. Walaupun infonya ngga kepake di kehidupan gw sehari-hari (baca: kapan-kapan deh jalan-jalan ke singapur jugak) tapi kan klo ada kuis atau sayembara tentang perintilan singapur, info begini bisa menambah kans menang!

btw gila ya living costnya, masa gaji 100jt ngga bisa nabung disana.

Rika said...

hahahha...pantas kayak ada yang memanggil2 untuk ceki ceki blog kamu, ternyata nama eike disebut ... ihiks.

Eh aku setuju banget tuh ... uniqlo emang toko andalan banget ya, sayang kamu disini pas winter collection, kalo pas spring summer tuh surgaaaa banget deh. Mana dia kan suak tau-tau turunin harga cuma seminggu, terus balik normal. Jd kadang suka kayak dapat jackpot. Hihihi.

Mengenai Kinokuniya, itu toko paporit suamiku. Buat dia, terserah deh mau seluruh toko di orchard ditutup juga gapapa, asal kino tetap berdiri :))

Btw, sedikittt bawel gapapa yaa ... :) Tapau itu setau-ku artinya take away. Hihihi di KL juga orang2 pada pakai istilah itu untuk take away makanan alias minta dibungkus.

Terus, COE alias ijin punya mobil itu, setauku juga buat 10 tahun ( makin mejretttt dah kalau 5 tahun). Tapi yang ini engga tau sih kalau emang sekarang udah berubah jadi 5 tahun. Hihihi engga begitu mengikuti perkembangan permobilan.

jadi ... jadi ... yukkk T balik kerja sini aja yuk :) **masih menyesal kenapa kita ketemuan cuma sekali**

ini_dhita said...

kok gue dari dulu musuhan sama taxi singapore ya la?
dari jaman gue kerja disana, pernah loh nunggu taxi 2 jam di paragon.

katanya taxi2 sana males antri di taxi stand, lbh nunggu panggilan karena kan ada extra charge nya. tapi gue kalo nelp susahnya ampun2an, line busy mulu.

pokonya aku sebal ama taxi singapore

dan aku pun setuju lebih seneng public bus.

udah pernah blm nyoba naik MRT pas peak hours? selamet deh jadi pepes di dalem. pdhl MRT udah tiap 2 menit sekali. untung dulu eyke kecil bs nyempil2 haha.

tp sering juga males pepet2an jadi naik bus aja. emang muter2 dan lebih lama. tapi at least ga serame MRT

kalo untuk busui, singapore emang surga nya ya. pas udah punya anak emang berasa banget soal ini.

doena said...

iya, buat menuju MRT aja harus jalan panjang dulu. btw knp supir taxi di sana kebanyakan udh kakek2 ya, anak2 mudanya pada kerja apaa

risti said...

langsung di save!!! tengkiyu leijah

Chel said...

seru bacainnya!
btw ada temen gw jadi flight attendant SQ udah 3 tahun disana,
dan bener loh dia jarang bisa main bareng atau hang out sama temen2nya disana.. tetep aja pas balik jakarta heboh ngumpulin temennya semua :))

dan masuk di koran apa gitu, Singaporean adalah warga yg paling tidak bahagia tertinggi..
mungkin tuntutan hidup dan biaya disana yg gila2an ye

itu 100 juta per bulan di jakarta mah udah ongkang2 kaki kite macam putri rajaaa..

Anindita Subawa said...

asik banget bacanya! paling suka link nursing room se-Singapore. gue langsung berharap bisa pergi ke sana dengan masih nyusuin anak (masih ada 1 tahun sebelum disapih :p). gue udah pernah berturis ria ke singapore 2x, tapi memang makin banyak ajeee mall di sana yak.

eh bener, pantai di sana mah gitu2 aja, mendingan mblusuk2 sampai tanjung lesung dapet pantai beneran :D

soal warga singapore yg lack of passion, coba deh nonton film I'm Not Stupid, tentang anak2 Singapore yang mati2an belajar jungkir balik. mungkin semua berasal dari situ, IMHO
makasih dah sharing! :)

Ednasari said...

wow.. wow.. WAAAOOOOW!
nursery roomnya bageus! ada sewa stroller pula!

indahnya indahnya.. beda banget sama di medan! dari semua plaza yang ada di sini.. yang ada nursery roomnya cuma SATU! dan ada 1 ruangan doang! itu juga sebenernya buat ruangan ganti popok.. :__________(

Novi said...

Lei, postingan tentang Singapur ini bikin inget waktu gw tinggal dan kerja di Bintan dan itu bikin gw heran kok orang Indonesia khususnya Jakarta seneng banget sama Singapur sih? Soalnya gw sebel sama orang sana hahaha mungkin karena waktu di Bintan itu gw kerja di golf club sampe bosen deh yg main golf Singaporean semua, mereka pelit kasih tips (masa cuma koin 1 SGD?), makannya berantakan, dll.

Oiya kalo Bintan sih udah mirip (dikit) sama Singapur seperti mata uang SGD dipake banget, pujaseranya sama kyk foodcourt disana, urusan nyebut teh dan kopi juga sama, channel tv yg gw tonton pun tv Singapur yah eh ini sih gak terlalu menyebalkan ya :P

Soal konsumtif, menurutku karena mereka gak pake barang sampe jelek banget gak kayak kita barangnya diakal-akalin biar bisa dipake terus selain itu katanya setiap jangka waktu tertentu katanya mereka harus ganti barang2 di rumahnya *bener gak?*

DwD said...

Huwow, baca postingannya jadi kangen sama Singepo!

Gw juga sukaaaaaaaa sama kedai nasi padang yang di 313 cuma agak mahil ya dibandingin di kedai nasi padang lain. Ice milo dinosaurnya juga juara di 313 ini.

Emang deh tinggal di Singepo itu enaknya rapi dan teratur tapi tetep aj lebih milih tinggal di Jakarta soalnya lebih rame dan ga ngebosenin.

Anonymous said...

Dear Leija,

Udah lama jadi silent readernya, tetapi baru sekarang nih berani komen karena mau bilang : Thank you for the Singapore reviewnya ya :D Walaupun udah 3 kali ke sana, tetep ternyata masih ada tempat yang belum terjelajahi :-)

maya djatirman said...

Lengkap abissss... jadi pengen ke sing dan jadi tourist sok tau singapore setelah baca ini hihihi....

tapi yang jelas selama bawa percy ke sing memang dimudahkan dengan nursing room dimana2 yang bagus bin kece berattt....

=)

Leony said...

La, saya syuka sekali review anda... dan kenapah blom sempet makan di Jumbooo???

Dulu, gue bilang sama suami (saat itu pacar), "I don't wanna live in Singapore, jadi kalau kita mau nikah, kamu harus balik ya." Pertimbangan gue saat itu, lebih kepada, kayaknya gue gak akan bisa membiarkan anak gue menjadi "robot" with almost no passion, yang dari kecil dipetakan hidupnya. Suami cerita, kalo sampe kita salah masuk sekolah, we're doomed (almost) for life. Gileee... kaki gue bisa gemeter terus memastikan anak2 gue bisa masuk good schools.

Pungky said...

Selama baca postingan ini, gak bisa berhenti ngangguk2 setuju. Pengamatannya mantap banget deh, Lei...jadi kangen Singapur. Soal ke'damai'an disana, memang bener sih kalau low crime doesn't mean no crime. Alhamdulillah selama dulu tinggal disana gak pernah ngalamin/ngeliat yang aneh2.

Oia, salam kenal :)

l i a c t k said...

aha...
review dengan sudut pandang yang beda :D

tapi gw setuju sama kata-kata kalo bisa bawa orang2 yang gw butuhkan timbuktu pun jadi cyiiin!

*dan lalu maen gaple aja tiap hari di rumah karena ga ada mall yang kece hehehe

Fina Thorpe-Willett said...

manstap! sukak deh bagian inih. makasi kompilasinya. xx

Post a Comment