Tsukiji Fish Market (Tsukiji), Ueno Park (Ueno), Takeshita Dori (Harajuku) - 28 April 2012
Pertama-tama, boleh minta tepok tangannya dulu, kakak? Karena setelah dua bulan, Tokyo trip report ini akhirnya (hampir) rampung. HOREEE! Tembak meriam confetti!
Plus, I believe this is the longest trip report I’ve done in this blog. I really need to write things shorter, tapi cemana kalo awak terlalu bawel?
Ini hari ke-7, our last full day in Tokyo, sebelum musti pulang besok malam.
Dan di hari Sabtu, 28 April 2012 ini, matahari menyinari Tokyo dengan indah. It was a gorgeous, sunny day, yang kusambut dengan umpatan “SIALAAAAN!” Kenapa baru hari ini sih, disaat gue udah mau pulang? Padahal sebelumnya, hampir seminggu penuh gue keujanan mulu, ciiiis...!
Hari ini kami bela-belain keluar hotel rada pagi, jam 9.30, demi menyambangi Tsukiji Fish Market.
Maybe you’d ask, what’s so special about going to a fish market? Jangankan kita-kita. Pelancong ‘profesional’ pun masih banyak yang nanya begitu di forum Trip Advisor.
Menurut saya siiih, pertanyaannya adalah: do you want to experience a metropolitan city, or do you want to experience Tokyo? Kalo misalnya tujuan kita adalah jalan-jalan di kota metropolitan, foto-foto di sidewalk penuh gedung pencakar langit, belanjeus merk desainer, main di theme park canggih, itu bisa dilakukan dimana aja—Singapura, Hongkong, Sydney, bahkan Jakarta. Percaya deh, semua kota metropolitan tuh potongannya sama aja. Generik.
Tapi kalo mau bawa pulang pengalaman lokal, cobalah terjun ke tempat aktivitas warga setempat, salah satunya Tsukiji Fish Market ini.
Sebenernya nggak ada yang yunik-yunik amat sih di Tsukiji. Apalagi untuk orang Indonesia yang pasar tradisionalnya lebih gahar (halo, Tomohon!). Di Tsujiki nggak ada yang jual ikan duyung, atau ada pedagang yang bisa potong cumi sambil main kembang api, misalnya... Tapi yaaa, inilah yang namanya tempat aktivitas warga setempat asli. Jangan ngarep hiburan. ‘Kan bukan sirkus? ;)
Ini hari ke-7, our last full day in Tokyo, sebelum musti pulang besok malam.
Dan di hari Sabtu, 28 April 2012 ini, matahari menyinari Tokyo dengan indah. It was a gorgeous, sunny day, yang kusambut dengan umpatan “SIALAAAAN!” Kenapa baru hari ini sih, disaat gue udah mau pulang? Padahal sebelumnya, hampir seminggu penuh gue keujanan mulu, ciiiis...!
Hari ini kami bela-belain keluar hotel rada pagi, jam 9.30, demi menyambangi Tsukiji Fish Market.
Maybe you’d ask, what’s so special about going to a fish market? Jangankan kita-kita. Pelancong ‘profesional’ pun masih banyak yang nanya begitu di forum Trip Advisor.
Menurut saya siiih, pertanyaannya adalah: do you want to experience a metropolitan city, or do you want to experience Tokyo? Kalo misalnya tujuan kita adalah jalan-jalan di kota metropolitan, foto-foto di sidewalk penuh gedung pencakar langit, belanjeus merk desainer, main di theme park canggih, itu bisa dilakukan dimana aja—Singapura, Hongkong, Sydney, bahkan Jakarta. Percaya deh, semua kota metropolitan tuh potongannya sama aja. Generik.
Tapi kalo mau bawa pulang pengalaman lokal, cobalah terjun ke tempat aktivitas warga setempat, salah satunya Tsukiji Fish Market ini.
Sebenernya nggak ada yang yunik-yunik amat sih di Tsukiji. Apalagi untuk orang Indonesia yang pasar tradisionalnya lebih gahar (halo, Tomohon!). Di Tsujiki nggak ada yang jual ikan duyung, atau ada pedagang yang bisa potong cumi sambil main kembang api, misalnya... Tapi yaaa, inilah yang namanya tempat aktivitas warga setempat asli. Jangan ngarep hiburan. ‘Kan bukan sirkus? ;)
Bagi warga Tokyo, Tsukiji is the ultimate fish market. Gedeeee dan lengkap banget. Engkoh-engkoh pemilik kedai sushi se-Jepang belanjanya kesini, lho. Makanya, para pegawai Tsukiji suka judes sama turis. Soalnya Tsukiji bukan tempat turis, tapi didatengin pelancong banyak banget. Yang mau transaksi jual-beli jadi kegenggeus ‘kan…
Area Tsukiji Fish Market terbagi menjadi dua bagian: inner market dan outer market. Sederhananya, pasar basah dan pasar kering, deh. Kalo mau niat bangun jam 4 pagi, kita bisa nonton lelang ikan tuna di inner market. Tadinya saya pengeeen banget nonton lelang tuna ini, tapi setelah diulik, ternyata biasa aja ya? Cuma ada segerombolan penjual, reseller dan pawang yang teriak-teriak mengatur jalannya lelang.
Emang ngarepnya apa, Lei? Saya sih ngarepnya ada aksi lempar-lemparan ikan, kayak lelang di pasar ikan Pike Place, Seattle.
Lempar-lemparan ikan di Pike's Place, Seattle
(from Flickr)
Ternyata lelang ikan di Tsukiji enggak gitu. Iya sih. Ikan tuna utuh ‘kan bisa segede anak kambing. Baik yang ngelempar maupun yang nangkep bisa pingsan, dong!
Menurut ngana, kalo lempar-lemparan ikan segede gini, meninggal nggak?
(from Google)
(from Google)
Lagian, kalo mau masuk inner market konon katanya refot, berhubung transaksi perikanan yang penting-penting dilakukan disitu. Jadi, semakin banyak turis masuk ke inner market, pegawai Tsukiji semakin kesel. Alhasil, syarat masuk kesana rada ketats.
Kalo di outer market, hawanya lebih santai... So today, we chose not to be rempong, and just take a look at Tsukiji’s outer market.
***
Anyway, as I've said, jam 9.30 pagi saya dan T udah capcus ke Tsukiji. Sampe di stasiun subway Tsukijishijo, amis ikan langsung menyergap lobang idung! Padahal kitanya masih di underground lho.
Sampai sana, kami jalan-jalan di seputar outer market.
Karena outer market nih 'pasar kering', areanya lebih nyaman daripada inner market, lebih nggak becek dan amis. Yang dijual pun beragam, mulai dari bumbu dapur sampe bumbu kehidupan piso daging.
Inceran utama di outer market adalah: makan sushi / sashimi! Tentunya Teguh doang yah (cih), karena bumil nggak berani makan mentah.
Memang, salah satu hal ‘must do’ di Tsukiji adalah makan sushi / sashimi. Dan cuma bisa dilakukan pas sarapan, karena seluruh area Tsukiji Fish Market tutup sebelum jam 12 siang.
Apa istimewanya makan sushi / sashimi disini? Gilole, pastinya endeus banget! Bayangin aja, makan sushi di pusat penjualan ikan terbesar di Jepang, pagi-pagi pula, disaat ikannya baru digotong dari laut. If that’s not fresh enough for you, I don’t know what is!
Di sepanjang outer market Tsukiji, ada banyak kedai-kedai sushi / sashimi, tapi yang enak cuma ada beberapa. Ciri-ciri kedai enak? Ngantrinya bisa sampe dua jam. Wao…
Saya udah ngapalin sih, nama-nama kedai sushi andalan Tsukiji. Tapi pas sampe lokasi, keblinger juga nyarinya. Akhirnya cap-cip-cup aja, nyari sembarang tempat yang kayaknya rame. Suwami pun kudu ngantri sejam dulu, sebelum akhirnya bisa dapet kursi.
Trus gimana rasanya? Oishiiii! T cuma makan nasi dan potongan-potongan salmon mentah, tanpa shoyu sauce, dan itu udah enak! Katanya rasa ikannya super fresh dan agak manis. Nggak anyep. Bayangin yaaa... betapa dengkinya hatiku denger laporan kayak gitu.
So, Tokyo vistors, try not to miss having sushi / sashimi breakfast at Tsukiji!
So, Tokyo vistors, try not to miss having sushi / sashimi breakfast at Tsukiji!
Kelar muter-muter di Tsukiji, kami lanjut ke daerah Asakusa.
Asakusa ini semacam old town-nya Tokyo. Kota tua, gitu deh, jadi masih banyak pasar-pasar tradisional, kuil, bahkan becak. Tipikal tempat favorit nini-nini dan aki-aki :D
Dengan demikian, Asakusa lebih kerasa nuansa 'otentik'nya. It’s a nice place with a lively old town atmosphere. Akibatnya, banyak banget turis (bule) yang main ke Asakusa. Minusnya, apa-apa jadi mahal ya. Daerah turis, sih.
Atraksi utama di Asakusa adalah Sensoji Temple, kuil tertua di Tokyo. Tapi menurut saya, yang lebih seru adalah jalan menuju kuil tersebut. Panjangnya sekitar 200 meter dan penuuuuh banget sama toko suvenir. Jalankenangan ini bernama Nakamise Street.
Duh, yang namanya pasar suvenir di daerah turis, udah pasti harganya agak-agak bangke yaaaa... Makanya kami juga nggak belanja apa-apa, cuma liat-liat aja. Still fun, though!
Sampai di ujung jalan Nakamise, kami disambut oleh sang kuil. It was so huge and so crowded. Penuhnya bukan cuma karena turis, tapi juga oleh warga yang emang lagi beribadah. Rata-rata kuil di Tokyo emang masih functioning sih, nggak cuma pajangan buat turis.
Yang menyenangkan, di pelataran kuil ini banyak banget kedai penjual makanan. Mungkin karena ini hari Sabtu ya? Sama aja kayak Monas kalo wiken. Pastinya seruuu banget kalo mau icip-icip semua jajanan yang ada—bubble tea lah, takoyaki lah, okonomiyaki lah, mie goreng, nasi goreng, sate cumi, aaaaa…! Kokop semuanya!
Sempet nyicip satu macam jajanan, tapi sungguh lupa apaan. Apaan sih, T? Takoyaki ya?
Dari kuil Asakusa, kami melipir cari makan siang, dan pilihan jatuh ke… KFC. Wakwaw… Salahkan T dan ambisinya untuk nyobain semua KFC di seluruh dunia.
The verdict: Original Recipe-nya enak, tapi secara keseluruhan, berminyak banget. KFC Indonesia, engkau masih juara di hati.
Menuju Asakusa
Asakusa ini semacam old town-nya Tokyo. Kota tua, gitu deh, jadi masih banyak pasar-pasar tradisional, kuil, bahkan becak. Tipikal tempat favorit nini-nini dan aki-aki :D
Dengan demikian, Asakusa lebih kerasa nuansa 'otentik'nya. It’s a nice place with a lively old town atmosphere. Akibatnya, banyak banget turis (bule) yang main ke Asakusa. Minusnya, apa-apa jadi mahal ya. Daerah turis, sih.
Hoya, Asakusa ini deket sama Sky Tree, menara tertinggi di dunia yang baru buka taun lalu. Katanya kalau mau liat-liat pemandangan, lebih seru dari observatory deck-nya Sky Tree daripada Tokyo Tower.
Atraksi utama di Asakusa adalah Sensoji Temple, kuil tertua di Tokyo. Tapi menurut saya, yang lebih seru adalah jalan menuju kuil tersebut. Panjangnya sekitar 200 meter dan penuuuuh banget sama toko suvenir. Jalan
Gerbang masuk Nakamise Street dan kuil Sensoji
Makdyar penuhnya!
Duh, yang namanya pasar suvenir di daerah turis, udah pasti harganya agak-agak bangke yaaaa... Makanya kami juga nggak belanja apa-apa, cuma liat-liat aja. Still fun, though!
Sampai di ujung jalan Nakamise, kami disambut oleh sang kuil. It was so huge and so crowded. Penuhnya bukan cuma karena turis, tapi juga oleh warga yang emang lagi beribadah. Rata-rata kuil di Tokyo emang masih functioning sih, nggak cuma pajangan buat turis.
Yang menyenangkan, di pelataran kuil ini banyak banget kedai penjual makanan. Mungkin karena ini hari Sabtu ya? Sama aja kayak Monas kalo wiken. Pastinya seruuu banget kalo mau icip-icip semua jajanan yang ada—bubble tea lah, takoyaki lah, okonomiyaki lah, mie goreng, nasi goreng, sate cumi, aaaaa…! Kokop semuanya!
Sempet nyicip satu macam jajanan, tapi sungguh lupa apaan. Apaan sih, T? Takoyaki ya?
Dari kuil Asakusa, kami melipir cari makan siang, dan pilihan jatuh ke… KFC. Wakwaw… Salahkan T dan ambisinya untuk nyobain semua KFC di seluruh dunia.
The verdict: Original Recipe-nya enak, tapi secara keseluruhan, berminyak banget. KFC Indonesia, engkau masih juara di hati.
***
Dari Asakusa, kami cabut ke Ueno. Ueno lagi? Iyeee… Tapi kali ini untuk nongkrong di tamannya aja, bukan main ke museumnya.
Lagi-lagi, karena wiken, Ueno Park sungguhlah ramayana alias rame sekali. Dan tentunya banyak street performer pasang aksi, mulai dari orang brikdens sampe ibu-ibu tuna netra nyanyi opera.
Disini bumil mulai megap-megap, kecapekan jalan. Akhirnya kami parkir di depan sebuah lapangan softball, dan bengong bego nonton bocah-bocah SD latian sambil ngestirohatkan kaki.
Lagi-lagi, karena wiken, Ueno Park sungguhlah ramayana alias rame sekali. Dan tentunya banyak street performer pasang aksi, mulai dari orang brikdens sampe ibu-ibu tuna netra nyanyi opera.
Disini bumil mulai megap-megap, kecapekan jalan. Akhirnya kami parkir di depan sebuah lapangan softball, dan bengong bego nonton bocah-bocah SD latian sambil ngestirohatkan kaki.
Dari Ueno, lanjut ke Takeshita Dori di daerah Harajuku yang femes itu. Ummm... Femes for what ya? Sejujurnya saya agak sebel sama tempat ini. Waktu ke Tokyo jaman dulu, saya masih kagum sama Harajuku, khususnya Takeshita Dori. Seru, hip, dan cosplayernya juga banyak yang kewren bin ajaib.
Tapi sekarang, menurut saya tempat ini jadi ngeselin karena terlalu crowded dan terlalu banyak turis. Toko-tokonya nggak seru karena makin mahal, padahal barangnya nggak beda sama ITC Mangga Dua. Cosplayer-nya juga makin sedikit. Kalopun ada, kayaknya mereka cosplayer yang alay, deh! Dandanannya berasa ngasal dan kurang rapih.
Dan yang paling ngeselin, disini banyak penjual toko nigga-nigga yang potongannya agak nyeremin, karena jualannya teriak-teriak dan maksa. Intinya? Mak, nggak usah ke Takeshita Dori di Harajuku. Ke Jalan Jaksa aja di Jakarta... mirip deh!
Trus kalo di luar Takeshita Dori, ada apa di Harajuku? Yah, pertokoan biasa aja sih. Ada toko mainan Kiddy Land yang seru, tapi sisanya, nggak beda sama Shinjuku, Shibuya, dan tempat-tempat serupa. Intinya, I don’t think Harajuku is a must-see place in Tokyo anymore.
Kali ini kami ke Harajuku demi T yang belum pernah kesana. Trus ya udah, sama-sama bermuka selempeng batu bata karena nggak impressed. Akhirnya cuma ngabisin waktu beli oleh-oleh di Daisho (zzzz, disini juga ada), trus makan di Yoshinoya. Lalu muleh ke hotel!
Tommorrow: our very last Tokyo day :(
Tapi sekarang, menurut saya tempat ini jadi ngeselin karena terlalu crowded dan terlalu banyak turis. Toko-tokonya nggak seru karena makin mahal, padahal barangnya nggak beda sama ITC Mangga Dua. Cosplayer-nya juga makin sedikit. Kalopun ada, kayaknya mereka cosplayer yang alay, deh! Dandanannya berasa ngasal dan kurang rapih.
Dan yang paling ngeselin, disini banyak penjual toko nigga-nigga yang potongannya agak nyeremin, karena jualannya teriak-teriak dan maksa. Intinya? Mak, nggak usah ke Takeshita Dori di Harajuku. Ke Jalan Jaksa aja di Jakarta... mirip deh!
Trus kalo di luar Takeshita Dori, ada apa di Harajuku? Yah, pertokoan biasa aja sih. Ada toko mainan Kiddy Land yang seru, tapi sisanya, nggak beda sama Shinjuku, Shibuya, dan tempat-tempat serupa. Intinya, I don’t think Harajuku is a must-see place in Tokyo anymore.
Kali ini kami ke Harajuku demi T yang belum pernah kesana. Trus ya udah, sama-sama bermuka selempeng batu bata karena nggak impressed. Akhirnya cuma ngabisin waktu beli oleh-oleh di Daisho (zzzz, disini juga ada), trus makan di Yoshinoya. Lalu muleh ke hotel!
Tommorrow: our very last Tokyo day :(
9 comments:
Gue pernah ke pasar Tomohon, tp memisahkan diri waktu yg lain ke bagian daging2an. Gak berani ih, apalagi waktu guide dari hotel bilang "Kalo wiken seru mbak, banyak yang jual uler". Ebuseeeeed.
Btw, yalan-yalan ke pasar ikan pas lagi hamidun gitu gak bikin mau muntah ya? Kuat sekali kamyu!
HIDUP KFCCCC!!!
Nah Ceu, elu tuh sengaja dikasih cuaca cerah saat mau ke pasar ikan. Lu bayangin deh, kalo ke pasar ikan, trus cuacanya ujan bechek, atau ke Asakusa, terus serame itu ujan deres, pasti lengket2 gimandang gitu... Tuh, finally semuanya indah kan? (seperti akhir lagu Lihat Kebunku)
banyak foto jajanan, horeeee...
ebuseet ngantrinya dua jam,gak ada jokinya gituh?
itu tukang becaknya ada yang cewe atau abangnya kelewat manis sih, sampe keliatan kayak cewe la?
Kamu cantik lei!
Dari seluruh post ini yg berkesan adalah fotomu ditangga, aww! Yaya will be very handsome!
Ehm, g yang tinggal di Manado sini blom pernah jalan2 ke Pasar Tomohon, ntar diagendakeun deh, sebelum meninggalkan Celebes.
Batal deh pengen ngintip Harajuku, pindah ke Tsukiji ajah...Stuju ama Leony,mungkin memang sengaja dikasih terang pas hari itu supaya ke Tsukijinya ga becyek2 gimana gitu...
ah biar "bawel" aku suka liputan tokyonya...sampai baca blognya berdua sama anak gw ihihhi...
Suka-suki teriyaki sama liputannya. Susitei liwat dong ya kalo di bandingin sama kedai warteg sasimi pasar ikan...
Tinggal pantengin AA aja lah buat beli tiket mursidah, bekel review elo udah manstap *kibas rambut*
Seerika: Ih maak... Ke Tomohon malah adalah salah satu hal dalam Bucket List gue, alias things to do before I die. Waktu itu pernah liat foto-foto Tomohon seorg blogger, ada kelelawar dan kepala-kepala anjing, impressed gela! *kok agak saiko*
Leony: Ah, bijaknya point of view lo Le! Krn hamil kali ya? (lah gue apa) Bener, bener hihi...
Mbak Etty: Hihihi, nggak ada jokinya Mbak. Dan yes, sungguh jeli matanya, itu ada tukang becak yang cewek :D Gagah bukan?
Dhira: AAAH MASA SIIIH *idung kembang-kempis nggak berhenti* Hihihi makasih BundaZua, aamiin doanya untuk Yaya :-*
Katrin: Haruuus diagendakeun dan jangan lupa didokumentasiin yaaa!
Kiky: Hihihi masa ah... Thank youu. Doakan jadi travel writer beneran ya... Sampe Eskimo, gitu
Fabzugah: Susitei liwat abiiis! Makasih yaaa for reading. Coba cek Garuda, lagi heboh juga tuh promo-promonya termasuk ke Jepang, sampe taun depan ;)
Sukaaaaak baca cerita-ceritnya yg trip ke japan. informatif dan asyik buat di baca. Sukaaaaak bangeeet ^^
makasih ya Teteh udah bagi-bagi cerita selama di Jepang, serasa jalan-jalan ke Jepang gratis :p
ditunggu yaaa next story trip in other country :)
izin share link blog nya ya :)
Post a Comment