May 2, 2011

Indochina, final part

Berhubung nyonyah blognya harus berangkat lagi in less than 12-hours (jet-set nih, bu RT?), let's finish this trip report quickly, dengan kisah 3 hari digabung jadi satu. Markibut ya, mari kita ngebut.

Day 4-6, 15-17 Maret 2011
Siem Reap

Flight
We flew from Hanoi to Siem Reap by Vietnam Airlines. Alasannya sih karena cuma VA yang tersedia hari itu. No complaints, except harganya mahal ajuah... Nggak banget sih, cuma karena kami terbiasa sama budget airlines, kepelitan jadi kadung mendarah daging.

Accomodation
We stayed at the uber-awesome The Villa Siem Reap. Kelasnya sih masih budget accomodation, tapi yang ini sungguh lebih kece, mak! Berbeza dengan Hotel 81 dan Rising Dragon. Mungkin karena penginapan ini dikelola oleh bule Australia yang ngerti batinnya pelancong yang pelit tapi juga capek tidur di kamar sumpek. Maka lahirlah The Villa Siem Reap ini. Mursida (cheaper than Hotel 81! I hate you, Singapore), tapi value yang didapet okeokeoke banget. Triple oke!

Bentuknya rumah biasa, tiga tingkat, layoutnya mirip losmen atau kos-kosan, tapi kamarnya luas sekali. Malah satu kamar standar isinya double bed, daaan... single bed. Jadi sekamar bisa muat 3-4 orang, giling ih. Jadi lah si double bed kami pake buat tidur, dan single bed-nya khusus dipake sholat.

Backpacking rule: jangan suruh aku sholat di lantai kamar bed & breakfast! Aku takut sujud depan coro! *berlebihan*

Everything was clean, kasur-kasur dan bantalnya empuk, staff-nya sangat helpful, dan terasa hawa-hawa villa Bali. Tapi yang paling menyenangkan, cable TV kami nangkep siaran SCTV, muahahaha. Nggak perlu SMS-an sama pembantu lagi saban malem, nanyain kelanjutan sinetron! #bohongdeng #masasih

The Temples
OMG. Ahmagad! The temples! How awesome can they be? Very awesome. Total, kami mengunjungi empat kuil (dari ratusan yang ada!), yaitu Angkor Wat, Ta Prohm, Bayon dan Beng Melea. Dan sungguhlah emejing, bagaimana bisa 4 bangunan yang judulnya sama-sama kuil, bisa sangat berbeda dari segi bentuk, fungsi, dan sejarah?


Angkor Wat

Angkor Wat was, of course, our first temple. Berkat guide kami yang super keren, Soluy, kami memasuki areal Angkor bukan dari gerbang utama, melainkan dari hutan belakang. Matik. Dan karena kami ngejar ngeliat sunrise di Angkor, jam 5.30 pagi kami bertiga udah jurit malam di kegelapan hutan dengan senter-nya Soluy sebagai satu-satunya penerangan.

Awalnya kami nggak bisa liat apa-apa. Cuma jalan setapak dan pohon-pohon kurus. Lama-lama, mulai keliatan siluet sebuah bangunan raksasa di hadapan kami, and then behold, the great Angkor Wat.

Kata Lonely Planet, pertama kali ngeliat Angkor Wat, harus dinikmati rasa 'kecil'nya kita karena berhadapan dengan kuil se-tua dan sebesar itu, and I did. Gremet-gremet sekali rasanya. Nggak bisa ngapa-ngapain selain bengong dan tasbih beberapa kali. Kenapa keren gini sih?!

Beberapa saat kemudian, kami udah gabung dengan ratusan turis lainnya di halaman depan Angkor Wat. Semua siap mengabadikan matahari terbit yang akan muncul dari belakang kuil. Aku pun ikut mindik-mindik nenteng kamera poket, di belakang bule-bule yang siaga dengan DSLR lensa tele dan tripodnya. Iriiii, aku iriiii!

 


And here comes the sun!


  


Setelah matahari terbit dan semua orang keplok tangan dengan noraknya (we really did), tur Angkor Wat bersama Soluy pun dimulai.



T with Soluy



Ukiran 'Apsara', atau goddess -- unsur penting untuk setiap kuil Kamboja. Tadinya kalo kami berhasil ngedapetin "Cambodian baby", mau dikasih nama Apsara hihihi.



Terlalu banyak yang diceritakan kalo semua kudu di-share disini. Pembaca yang pintar dan budiman pada liat Wikipedia aja yah? (sungguh pemalas!)

Tapi pada kesimpulannya, saya mau cubit pipi seorang temen yang bilang Angkor Wat, "biasa aja ah, nggak beda sama Borobudur." Mungkin dia ke Angkor Wat dalam mimpi yaaa.... Secara historis, aliran, arsitektur, bahkan batu-nya, Angkor Wat jelas beda banget sama Borobudur. Kuil pendirian Raja Suryawarman II ini punya 'warna' tersendiri dan nggak bisa disamain sama kuil manapun. Mungkin ada irisan persamaannya ya, but you can't say that you've been to Borobudur, and don't need to see Angkor Wat anymore.

The temple also nothing but an amazing historical structure. Sangatlah pantas kalo UNESCO dan puluhan pelindung kebudayaan dari berbagai negara pada rebutan merestorasi kuil ini setiap taun.



My piece of advice: go with a guide or a guidebook! Kalo cuma liat-liat batu doang ya 15 menit emang udah ngantuk. But knowing the temple's stories will give you a different perspective. Walaupun, kalo pake guide, pastinya akan lebih lama ya.

Ta Prohm

Kalo Angkor Wat itu 'rapih' dan 'penuh cerita', maka Ta Prohm itu lebih 'liar' dan fotojenik, karena kuil ini 'berantem' sama akar-akar pohon raksasa yang tumbuh gila-gilaan. Ta Prohm ini didirikan oleh Raja Jayawarman VII sebagai penghormatan untuk keluarganya, terutama ibunya. Meskipun begitu, kisah dan sejarah Ta Prohm nggak terlalu nempel di kepala saya (baca: kurang berkesan), at least dibanding Angkor Wat, karena dia nggak punya bas reliaf yang 'bercerita'. Tapi kalo mau foto gegayaan ala Indiana Jones? Ya disini deh tempatnya.

Our tuk-tuk ride to Ta Prohm:






Bayon

Bayon adalah kuil favorit banyak orang, dan emang pantes sih. Kuil ini adalah kuil resmi kerajaan yang didirikan oleh (lagi-lagi) Raja Jayawarman VII. Bayon ini sangat impresif dengan muka-muka raksasa Raja Jayawarman dimana-mana, Wajah-wajah tersebut berdiri agung di menara-menara kuil, 'mengawasi' seluruh pelosok Siem Reap. Bas relief Bayon, meski nggak se-geda Angkor Wat, juga bagus dan detail sekali. 




Sungguh amat disayang, kami tiba di Bayon sekitar jam 2 siang, disaat saya udah kepanasan dan mata bawaannya mau merem. Jadi kalo mau jujur, saya nggak gitu nikmatin kuil Bayon sih. Tapi bisa dibilang ini kuil yang secara visual paling cantik, bahkan dibanding Angkor Wat yang menangnya di ukuran dan bas reliefnya.

Tips: coba ke Bayon pas sunrise, karena katanya keren buanget ngeliat sinar matahari menerangi wajah-wajah Raja Jayawarman satu-persatu. Tapi justru karena itu, Bayon padat banget saat sunrise. Makanya kami tuker, pas sunrise justru ke Angkor Wat supaya nggak terlalu rame.

Tapi tips paling pamungkas datang dari guide kami yang terkeren sedunia, Soluy: "Mau dateng pagi, siang, malem kek, nggak usah dipikirin. Kuil-kuil ini akan selalu keren kapan aja!" Tos dada dulu, Mbak Soluy!

Beng Mealea


Kuil terakhir kami adalah Beng Melea, yang banyak dibilang seru oleh orang-orang, meski kudu menempuh 2 jam perjalanan dari Siem Reap. Awalnya sangsi sih, karena Beng Mealea ini adalah kuil runtuh, dan 50% udah nggak ada bentuknya.

Pas nyampe pun saya bingung. Motretin tumpukan puing doang nih? Di Jakarta mah banyak, malah puingnya boleh diambil gratis! Tapi ternyata saya salah.

Beng Mealea ini justru seru karena kondisinya yang tanggung. Hancur sekali nggak, tapi utuh juga nggak. Jadi sebenernya ada yang diliat, TAPI, karena sebagian bangunannya udah ancur, kita bener-bener harus mendaki reruntuhan berlumut kalo mau meng-eksplor Beng Mealea ini. Sensasinya beda banget sama Angkor Wat atau Bayon, dimana kami tinggal melenggang kangkung. Kalo mau menelurusi Beng Mealea, harus pake usaha.





Kalo saya sih kayaknya pake keringat dan airmata ya. Secara saya nih gadis kota murni, nggak pernah manjat-manjat, alhasil saya mau nangis disuruh manjat tumpukan bongkahan batu besar 1,5x1,5 meter gini. Penderitaan semakin lengkap setiap harus merangkak melewati jendela kuil yang sempiiit sekali, dan jalan kepiting di tepian kuil, dengan parit dalam dibawahnya. Sibuk deh bertahan hidup! *berlebihan seperti biasa*

Akibatnya saya mengembik tiap 5 menit, "Heeeeelp.... heleeeeppp..." dan si guide kudu manjat mundur ke arah saya untuk kasih tangan. Kesyan! Maaf ya...

Still! It was all very worth it. Walaupun penuh jebakan betmen dan kurang banyak cerita / sejarah serunya, Beng Mealea was very fun :)

Souvenirs
Rekor! Di Siem Reap ini akhirnya saya beli sesuatu, hal yang juarang saya lakukan kalo lagi plesir.

Di Old Market (more or less Kuta-nya Siem Reap), ada banyak sekali quaint little shops yang dimiliki oleh bule-bule yang menetap di Siem Reap. Waktu itu saya lagi hunting guidebook Beijing, alhasil, sukses nyangsang di berbagai secondhand bookshop yang tampak keblusek tapi charming deh.

Karena kebanyakan pemiliknya adalah bule Prancis (Kamboja, seperti Vietnam, adalah bekas kolonial Prancis), banyak dari mereka yang juga jual poster atau video film Prancis vintage. Gemes mes mes!

Pada akhirnya, meski nemu guidebook Beijing, saya lebih milih borong vintage postcards yang bertemakan eksplorasi Prancis ke Kamboja jaman baheula. Bagus-baguuus banget. Hati perempuan mana yang tahan, coba!

Food
Sebelum berangkat, saya sempet mendata tempat-tempat makan enak di Siem Reap, yang ternyata banyak. Sayang, akhirnya kami terlalu capek nyari kafe-kafe recommended tersebut. Jadi makan senemunya aja deh...

Nggak sempet nyobain amok, gulai ikan khas Kamboja :( Kebanyakan yang kami icip ya makanan Asia Tenggara standard sih. Dan karena Kamboja nih tetanggaan sama Thailand, makanannya jadi mirip sama Thai food. Nasi lagi, sereh lagi, tom yum lagi...

Oya, bagi yang minat, ada banyak tempat happy pizza alias pizza ganja disini, hihihi.

Overall
Jadi gimana kesan dan pesan terhadap Siem Reap? Kalo kata orang Sunda, ingkredibel. Emang bener ya, kalo travelling, kita nggak boleh underestimate tempat tujuan kita, sedeket apapun itu. Kamboja kurang mirip apa coba sama Indonesia? Udaranya sama persis, karakter wajah penduduknya plek-plekan nggak ada beda, perkembangan negaranya pun serupa. Yet, visiting Cambodia was a whole new experience for us.

I, especially, love Siem Reap, karena suasananya yang santai, lengang, dan perpaduan sempurna antara modern dan tradisionil.

We also learned so much, despite our short stay. Tentang kerajaan kuno Kamboja, dan teori kenapa mereka bisa membangun ratusan kuil keren begitu. Tentang raja-raja jaman dulu. Tentang politik UNESCO dan negara-negara yang rebutan merestorasi kuil-kuil Kamboja (semua merasa teknik restorasinya yang paling bener!). Tentang masyarakat Kamboja yang ramah-ramah banget. Tentang Yang Mulia Norodom Sihamoni dan monarki Kamboja hari ini.

Dan yang paling penting, saya baru tau bahwa tuk-tuk Kamboja tuh ajigile menyenangkan banget. Kami bolak-balik hotel - bandara naik tuk-tuk, dan rasanya nggak mau turun #nggakpenting. Jadi pengen belajar ngerakit tuk-tuk deh disini!

---

Overall, South-East Asia was magnificent. We hope to tour around Asia again someday, hopefully with our children, to share the wonder and amazement of travelling. Semoga rejekinya masih di jalur ini.

Until next trip!

8 comments:

Leony said...

Eh ternyata bagus yahhhh..... *jadi mauuu*... Rejekinya udah jelas masih di jalur ini, buktinya postingan barunya udah langsung Europe gitu loh!

katrin said...

waaaahh...cakeeep kali...Pengen kesitu jadinya. Eniwei, berasa kek Lara Croft ga waktu di sana?...

Fry said...

Iiihhh seruuuu!!!! Jadi pengen liat kambodia juga deh...

Btw si Beng Mealea kalo adanya di Indon pasti udah langsung laris manis buat jadi spot foto prewed tuh...

Indah said...

Lei, kok postingan tripnya potonya T mulu yaak, poto dirimuu manaahh hehhee

Matthieu said...

You made it to Bang Mealea! Awesome isn't it?
Glad you listen to the good advice of bule perancis ;)

prin_theth said...

All: Baguuus! Asli, disarankan banget deh mampir ke Kamboha jikalau sempet.

Fry: Guide gue kan juga seorang fotografer, dan dia bilang, kuil-kuil Siem Reap emang sarangnya lokasi foto penganten. Tapi kayaknya kalo di Kamboja tuh adatnya bukan pre-wed, tapi after-wed, alias foto panas-panas di kuil pake baju mantenan abis acara kawinannya! Abis itu pingsan bebusa deh mantennya...

Indah: Keliatan 'kan siapa yang nggak bisa motret! Muahahaha. Tapi T sekarang udah OK kok, dan sebenernya trip Beijing banyak banget foto akunya muehehe. Belum diposting ajuah.

Matthieu: Awesome indeed, mon cher! Merci beacoup! I ALWAYS listen the advice of buleleng Prancis, FYI.

Amelia Aq said...

haiii salam kenal..
saya tertarik mau ke siamreap, boleh ga saya minta kontaknya soluy?

tengkyu..
amel

prin_theth said...

Halo Amel, japri aja ya... Emailku ada di profileku, klik aja tab di halaman ini, kiri atas

Post a Comment