Oct 9, 2017

Harta yang Paling Berharga Adalah...


... sebenarnya bukan uang. Harta yang paling berharga, bagi gue, adalah punya pilihan. Namun untuk punya banyak pilihan, kita perlu banyak uang.

I realized that the main perks of being wealthy is essentially not living the lavish, comfortable life; it's being able to have options. Uang memberi kita pilihan. Semakin banyak pilihan hidup kita, semakin merdeka juga hidup kita.

Orang kaya nggak HARUS menyekolahkan anak mereka di Cikal atau Mentari. Sah-sah aja kalau mau disekolahkan di SD negeri pinggir kali. Tapi mereka punya pilihan untuk menyekolahkan anak mereka di sekolah yang dirasa terbaik. Orang berduit juga boleh aja, kok, menyembuhkan penyakit dengan cara-cara tradisional. Tapi dengan uang, mereka jadi punya pilihan untuk menggunakan teknologi kedokteran mutakhir yang berbiaya tinggi. Trus, mengutip seorang teman, "Orang merdeka itu bahagia. Dan salah satu orang yang paling merdeka adalah orang yang bisa bekerja demi passion, bukan cuma demi bertahan hidup."

Uang memberi kita banyak alternatif solusi untuk berbagai tantangan hidup. Hidup nggak mentok kanan-kiri.

Hidup sederhana dan nggak "terlalu duniawiyah" itu baik, tapi "tidak hidup duniawiyah" bukan berarti meng-kere-kere-kan diri, lalu merasa mulia karena hidup sengsara 'kan ya? Uang tetap harus dicari (dengan cara-cara yang sah dan nggak mencelakakan orang lain, tentunya) supaya kita bisa punya banyak pilihan dalam hidup.

Uang juga memberikan kita pilihan, untuk menempatkan tangan "di atas". It's a very important thing to be able to help and empower others, dan untuk melakukan hal tersebut dengan efektif dan impactful, ya musti punya duit dulu. Elon Musk aja cari uang yang banyak dulu di Paypal, baru bisa jadi pejuang lingkungan.

Terakhir, uang mungkin nggak bisa membeli kebahagiaan, tapi kayaknya lebih enak nangis di jok Ferarri sendiri, ya, daripada nangis di pundak abang ojek?



(image: Christoph Neimann for New York Times)

16 comments:

Winkthink said...

Love this!
Seperti kalo naik pesawat, pedoman penyelamatan menyatakan kalau orang tua harus make masker dulu baru bantu anaknya make masker. Kita harus menyelamatkan diri sendiri dulu baru bisa nolong yang lain.

prin_theth said...

Betol :) http://www.letthebeastin.com/2012/10/prinsip-masker-oksigen.html

Jane Reggievia said...

Keinget pesan ortu buat sang adek yang berkarir di dunia kedokteran, yang punya mimpi untuk bisa nolong orang yang nggak mampu tanpa dibayar: harus kerja dulu ngumpulin duit sebanyak-banyaknya, biar keluarga selalu cukup makan dan berpakaian. Baru deh ngobatin orang sebanyak-banyaknya :D

Yusiesisy.com said...

Love bgt 💕

gestigege said...

What an enlightening insight Kak Lei, as usual. Jujur sering bgt mikir, coba gw banyak duit gw bisa ini itu. Tapi itu yang bikin dunia seimbang kali yaaah, orang ga dibikin kaya semua. Jadi ada bbrp org yg dibikin pas2an dan pilihannya sempit, tp itu yg bikin pilihan2 mrk punya kesempatan jadi sangat berharga (sedekah dgn uang jajan yg disihkan, or sesederhana ngajarin anak tetangga bahasa inggris krn kalo bayarin mrk les kan ga sanggup dsb). :*

prin_theth said...

Betol bangeeet. Skill untuk "menciptakan kesempatan/pilihan" itu skill berharga yang baru akan tercipta, kalo kita hidup pas-pasan, atau kepepet hihi.

prin_theth said...

Yaaaasss, begitulah idealnya ya Jane!

Dian Komalajaya said...

Lebih baik nangis di jok ferari daripada nangis di pundak abang ojek, SEBEL!!! AHAHHAHA!!

Tapi bener bgt lah, ntah kenapa bawaannya insecure kalau uang lagi pas2an, hati resah gituuu. Coba kalau udah gajian atau duit aman, masalah segunung aja macam gak ada beban.

Anonymous said...

Gue kesel deh sama quote “money doesn't buy happiness”. Kesel karena kalimatnya diartikan sempit dan klise sama society jadi orang ga punya duit juga bisa bahagia atau orang kaya belum tentu happy hidupnya. Trus jadi justifikasi lo ga perlu kerja mati2an buat ngejar duit dan kepentingan duniawi lainnya. HUUUH, GAK GITU JUGA KELES. They are two different cases.

Gue beberapa kali berkesempatan mengungunjungi daerah2 terpencil di Indonesia dan amazed sama orang2 disana yang bisa hidup bahagia ditengah keterbatasan finansial dan sarana mereka. Buat mereka kayanya uang bukan harta yang paling berharga. Quote “money doesn't buy happiness” emang masuk di case itu. Value uang bagi mereka cuma sebatas “buat makan, buat bayar sekolah”, bisa dibilang uang hanya sebagai alat untuk meneruskan hidup. Value uang bagi mereka jelas berbeda dengan kita (the city person, the upper middle class). Bagi kita value nya nggak berhenti di basic needs aja. Once basic financial needs are met, we are able to pursue the activities and interests that give us personal fulfillment. Without economic security, it is difficult to find psychological security. Also, you will get to live free from stress and worry and the constant calculating of trade offs if you are financially wealthy.

Nia said...

Awalnya nyasar ke page Mbak Lei gara2 nyari referensi buku anak, tapi setelah baca beberapa postingan, aku langsung naksir. Pasti akan balik2 lagi ke sini hihi..salam kenal ya Mbak Lei :)

Winkthink said...

haha..iyaa..aku bacanya di blogmu. Nempel sampe sekarang.

cchocomint said...

Ini aku setuju lho. Sering liat temen yang habis lulus ga musti buru-buru kerja dan bisa bikin gera'an-gera'an atau inisiatif yang keren karena biarpun belum punya income, support finasial dari ortu terus ngalir, mereka jadi punya lebih banyak pilihan. Atau universal basic income di mana orang-orangnya jadi lebih berani ngambil risiko untuk nyoba hal baru atau jadi entrepreneur pun pengangguran lebih semangat karena malu disupport melulu.

Btw, seorang temenku massive proponent dari universal basic income, dia bilang seluruh dunia harus menetapkan. Reaksi gw? Nggak di Indo, nanti yang nganggur banyakan yang ga mau cari kerja *jahara* :))))

prin_theth said...

You just summed up this post in better words! Hahaha, terimakasiii

prin_theth said...

Terimakasiih :) Semoga naksirnya awet, ya :)

Anonymous said...

Gw rasa postingan ini mengandung kesongongan khas upper midle class or the city person or kelas menengah ngehe (mba lei, i know u ngga termasuk golongan yang terakhir ini tentunya). Meminjam istilah adriano qalbi sih 'lo pikir lo keren' punya pikiran kayak gini (heee.. peace) Tapi meskipun pahit ya emang bener sih ngga punya pilihan itu sucks! akhirnya mengakui.

Swastikha said...

What a life. Kayaknya bergantung dari sudut pandang mana melihatnya

Post a Comment