Aug 15, 2017

Game of Thrones S7 - Episode 5: Kebut, Shay!

 Best boyband entrance ever!

“Kenapa, sih, La, season ini jarang nulis tentang Game of Thrones?”

Karenaaa… boro-boro bisa nulis. Napas aja nggak sempet, nek!

Bukan, bukan karena gue sedemikian sibuknya, tetapi karena—sesuai dugaan—setiap episode dalam season 7 ini sangatlah padat, sekel, mantap jiwa bosquuu. Alhasil, terlalu banyak hal yang harus dibahas. Bak wafer Tango, ceritanya ada berapa lapis? Ratusan!

Season 7 dan 8 Game of Thrones memang diyakini—dan terbukti—so fast, so furious. Bagaimanapun juga, konon Game of Thrones adalah seri TV paling epic dalam sepanjang sejarah pertelevisian, dan per hari ini, seri TV ini harus diselesaikan cuma dalam 9 episode lagi, termasuk di season 8. Padahal masih ada banyak simpul cerita yang harus diuraikan.

Gimana para produsernya nggak pada Usain Bolt mode-on? Ngacirin, shay, biar cepet beres!

Maka di season 7 ini, pada sepakat ya, kalau kita memang nggak dikasih napas? Setiap episode-nya begitu padat, action-packed, ada aja yang mati, dan ada aja tabir yang terungkap.

Sehingga hal-hal yang gue bahas berikut—berdasarkan lima episode so far—mungkin cuma bisa menyentuh permukaan gunung es season 7 yang epic ini.

Cersei Lannister:


Duh, si Ceu Ida.

Awalnya, seperti kebanyakan pirsawan lain, gue mengira bahwa the next Joffrey atau the next Ramsay adalah Euron Greyjoy. Tapi ternyata, super-villain dalam season 7 ini adalah Cersei Lannister si gigi ngatup (perhatikan akting Lena Headey. Setiap kali bengisnya keluar, dia akan monolog dengan gigi terkatup untuk mengejewantahkan keyudesannya. Contoh: pas dia monolog depan Ellaria Sand, sebelum ngeracun Tyene Sand).

Katanya, sih, kalau di bukunya, Euron si tengil tampil jauh lebih sadis (then again, semua tokoh Game of Thrones jauh lebih sadis di buku), tapi gue merasa cuma Euron gagah di fisik. Lihat, dong, di episode 3, ketika Euron menjatuhkan jembatan cangkem harimaunya ke kapal Yarra Greyjoy. Bandit banget! Tapi ya udah, kapasitasnya terasa sebagai bandit aja.

Sementara otak yang berstrategi, tuh, lebih ngeri daripada fisik, lho. Dan sejauh ini, otak tersebut dipegang oleh Cersei.

Pertanyaan gue—Cersei hamil beneran apa bo’ongan, sih?! Noted she was talking to Qyburn before Jaime Lannister enters her chamber. Jadi gue mikir, kalaupun dia hamil, siapa tahu hamilnya pake blek mejik, demi mengikat kesetiaan Jaime.

Meski begitu, gue tetap berharap banget, Cersei akan benar mati di tangan Jamie. Bukan Arya, bukan Daenarys, bukan yang lain (kayak slogan Indovision). Tragisnya bakal dapet banget, tuh!

Petyr “Nyender” Baelish:

Sampai episode 4, Petyr Baelish seperti nggak punya rencana, sampai dia kelihatan bingung sendiri. Kerjaannya cuma mondar-mandir, intip-intip, dan nyender tembok sambil senyam-senyum Mr. Ius (baca: misterius).

Mau ngedeketin Sansa, suka dicuekin. Mau ngejilat Bran dengan Valyrian dagger, malah di-“tusuk” dengan kutipan, “Chaos is a ladder.” Apa dese nggak ngompol dikit, tuh, pas Bran ngomong gitu?

Jadi sampai di episode 4 kemarin, gue kira sebentar lagi Litelfinjer bakal bhay, karena tokohnya semakin nggak penting. However, don't forget, this is Game of Thrones. Adakah karakter yang “nggak penting” dalam kekompleksan ceritanya? I DON’T THINK SO, MAI FREN.

Terbukti, di episode 5, the master schemer is back, pemirsa!

Taktiknya pun brilian: melakukan devide et impera kepada Sansa dan Arya.

Bagi yang belum intip-intip berbagai penjelasan di jagad dunia maya, jadi begini: dari kecil, Sansa dan Arya ‘kan nggak terlalu akur, karena kepribadian dan prinsip hidup mereka berbeda banget. Petyr Baelish sadar akan hal ini, dan mau memanfaatkannya untuk mengadu domba mereka.

Kalau kata D.B. Weiss, Littlefinger memang sengaja mancing Arya untuk menemukan scroll itu. FYI, scroll tersebut berisi pesan dari Sansa untuk Robb zaman dulu, ketika dia masih jadi calon istri Joffrey di King’s Landing. Isi pesannya meminta keluarga Stark untuk tunduk sama Joffrey. Surat ini ditulis Sansa di bawah tekanan Cersei. Robb, sih, tahu bahwa Sansa nulis surat itu di bawah tekanan, tapi Arya ‘kan nggak.

Maka setelah Arya baca scroll tersebut, dia pasti makin su’udzon sama Sansa. “Wah, Sansa emang pereus banget sama keluarga kerajaan, termasuk sama Cersei Lannister, musuh abadi gue.” Mikirnya bakal gitu kali, ya. Arya juga pasti makin yakin bahwa Sansa memang punya ambisi jadi penguasa.

Kalau Arya dan Sansa pecah, Littlefinger akan gampang menyetir Sansa. “Chaos is a ladder, indeed,” pasti begitu pikirnya. Tak lupa sambil nyender tembok.

Sansa & Arya Stark:



Di episode 4, gue gemes dan penasaran—kenapa reuni antara Sansa dan Arya terasa dingin? Ekspresinya jauh, lah, sama reuni dengan Jon atau Bran. Apakah karena ekting Maisie dan Sophie jelek? Ternyata hal ini memang disengaja, untuk mengingatkan pemirsa bahwa Sansa dan Arya memang nggak pernah akur.

Trus, kalau nonton video Youtube penjelasan episode 4 dari Alt Shift X, ada narasi yang kocak.

Sewaktu Arya dan Brienne sparring dengan kerennya di episode 4, kita melihat Sansa menyaksikan pertarungan tersebut dengan ekspresi yang kur-ens. Kenapa?

Kalau kata naratornya Alt Shift X, mungkin Sansa cedih karena Arya udah jadi ninja, Bran udah jadi psychic, tapi do’i masih gitu-gitu aja. Kikikik.

Nggak, lah. But Sansa’s expression was questionable, dan pertanyaan tersebut terjawab di episode 5, yaitu karena pada dasarnya, Sansa dan Arya saling skeptis.

Situasi tersebut bahaya banget, apalagi di masa genting begini. Duh, jangan lupa dong San, Ya: bersatu kita teguh, bercerai kita runtuh, lho.

Mari berdoa agar pada akhirnya, the Starks’ wolf pack will still be solid. Pasti ada sedikit konflik antara Sansa dan Arya, tapi moga-moga itu cuma distraksi belaka.

(then again, dua minggu lagi season 7 kelar, hoi! Masih ada waktu buat distraksi-distraksi?)

Bran Stark:


Seperti kebanyakan pemirsa, gue agak terganggu dengan kepribadian Bran yang “hilang”, dan tergantikan dengan kepribadiannya sebagai “Three Eyed Raven” yang kaku dan dingin. Kalau kata aktornya sendiri, Isaac Hampstead Wright, maklumin aja, deh. Isi pala Bran sekarang, tuh, sejarah Seven Kingdoms bertahun-tahun, lho. Siapa yang nggak puyeng kalau tiba-tiba kepalanya jadi berisi seluruh konten Google?

Meskipun begitu, Three Eyed Raven senior nggak bersikap kaku dengan tatapan mata kosong bak Paramitha Rusady sebagai gadis buta di sinetron Janjiku gitu, tuh. Jadi biasa aja, deh, Bran.

Yastralah. Kepribadian Bran nggak penting, kok, di season yang sangat kritis ini. Toh kita mau perang, bukan mau lomba Putri Indonesia. So warg on, Branny!

Daenarys Targaryen:


Adek gue nggak ngikutin Game of Thrones sama sekali. Suatu hari dia iseng ngintip salah satu episodenya, trus nanya ke gue dan T, “Si Ratu Naga ini baik apa jahat?”

Gue dan T berpandang-pandangan, dan bilang, “Yaaa, gimana yaaah…?”

Begitulah perasaan gue dan T terhadap Daenarys Targaryen. Dari dulu gue bilang, kami nggak pernah betul-betul suka sama Daenarys. Menurut gue dan T, she was amazing being a Dothraki khaleesi. Eh, pas dese mulai main ratu-ratuan di Essos, jadi ilfil, deh, sama gaya kepemimpinannya. Apalagi pas dia mulai ambisius jadi penguasa Westeros. Rasanya, kok, agak halu.

Iya, Dany baik, tapi wibawanya seperti nggak ada, dan kemudaan umurnya nggak bisa dipungkiri. Lagian, kalau Daenarys semulia itu, agak aneh, ah, dia ngotot jadi penguasa sebuah benua asing yang nggak ada ikatan batinnya sama do’i. Atau mungkin aura ini sengaja diciptakan, ya? Buktinya, di episode lalu, ada percakapan antara Davos dan Missandei soal loyalitas Missandei. Yakin Dany adalah teman lau yang baik hati, bukan diam-diam penguasa ambisius nan otoriter?

Or perhaps D.B. Weiss and David Benioff just want to mess up with our heads. As always.

Meski begitu, di season 7 ini, perasaan gue terhadap Daenarys melunak. Mungkin karena kostum dese makin keren (cetek). Syari’ pula, mentang-mentang udara udah dingin, hihihi. Mungkin karena hairdo-nya makin bagus, lengkap dengan poni lelenya yang selalu kriwil paripurna (cetek). Mungkin karena gaya kepemimpinannya keliatan makin matang, walaupun dese tetap cinta sama si Ben.

Ben D. Knee.

Perasaan gue terhadap Daenarys melunak di episode 5 ini juga karena kehadiran kisah cinta segitiganya. Jadi maunya sama Jorah Mormont atau Jon Snow, nih, hayooo…? Sungguh keduanya tak henti dipandang Dany dengan tatapan dreamy / syahdu / ayang / napsu / gemez.

Dari perspektif politik negara, tentunya Dany lebih baik sama Jon. Lagian bobot, bibit, bebetnya pantes banget, dan mereka sudah beberapa kali bertukar gombal-gombalan subtle.

Di sisi lain, gue bakal patah hati kalau pintu kesempatan Jorah Mormont jadian ((jadian)) sama khaleesi tertutup lagi, setelah perjuangannya yang begitu panjang. Friendzone is a bitch, man.

Bicara soal Jorah, ada pendapat yang menyayangkan dia bisa sembuh dari penyakit stoneman. Segampang itu, pula. Soalnya kalau Jorah tetap sakit, dia berpotensi jadi petarung yang dahsyat, karena nggak takut mati. Nothing to lose! Gue nggak tega kalau begitu keadaannya, tapi ada benarnya, ya.

Jon Snow


Berhubung masa tayang Game of Thrones udah di penghujung tanduk, hints tentang ke-Targaryen-an Jon udah nggak bisa dialus-alusin lagi. Langsung hajar reveal-nya, Mas Bro!

Dalam episode 5 ini aja, ada dua petunjuk yang kentara banget. Pertama, Jon bisa ngelus Drogon dengan rilek. Ingat, naga di dunia Game of Thrones cuma mau dipegang oleh seorang Targaryen.

Kedua, Gilly sempat membaca catatan seorang Septon yang bilang bahwa pernikahan Rhaegar Targeryen dengan Elia Martel dibatalkan, lalu Rhaegar menikah secara rahasia di Dorne, dengan seorang wanita misterius.

Siapakah wanita itu? Sudah pasti Lyanna Stark, lah yaaau, alias emaknya Jon. Artinya, Jon anak resmi dari Rhaegar Targaryen dan Lyanna Stark.

Kalau nggak bisa nebak hal ini dari awal tanpa intip Internet, I seriously doubt your GoT fandom, hahaha. Duile, sombong banget.

Ini juga berarti penerus tahta Iron Throne yang resmi adalah Jon, bukan Daenarys. Apakah Dany tetap sudi memandang Jon dengan mesra, ketika nanti dia tahu hal ini? Hem, hem, hem.

Tyrion & Jaime


Tyrion dan atasan lurik eles-eles Lulu Lutfi Labibie-nya.

Tyrionku sayang, Tyrionku malang.

Banyak pemirsa—termasuk gue—galau melihat perang batin Tyrion, karena walaupun dia officially berada di pihak Daenarys Targaryen, Tyrion tampak tetap punya keterikatan batin terhadap keluarganya sendiri. Wajar, sih. Tapi perang batin ini akan berefek apa ke depannya?

Di episode 4, gue terharu ketika Tyrion (dalam hati) memperingatkan Jaime untuk berhati-hati. Di episode 5, gue semakin terharu ketika dia terbata-bata curcol tentang perasaannya sebagai “anak tiri” keluarga.

Tentunya, kisah Game of Thrones akan berakhir dengan damai kalau Tyrion dan Jaime bersatu. Sayangnya, Jaime masih dipihak Cersei. Sehingga di season 7 ini, doa sholat gue selalu sama, “Ya Allah, bebaskan Jaime dari jeratan rantai figuratif Cersei… aamiin ya robbal aalamiin.” Yakin banget bahwa Jaime tuh baik hati, tapi cinta (inses)nya benar-benar bikin dia buta.

Hal-hal yang dilarang agama, tuh, memang mending diturutin aja, deh. Bikin nggak barokah, ukhti.

Samwell Tarly

Karena Daenarys membunuh bapak dan abangnya, apakah Sam bakal menaruh dendam terhadap Dany? Kalau iya, dia bakal susah berada di pihaknya Jon, dong? Jreng, jreng.

Westeros’ Magnificent Seven


Sepakat nggak, sih, bahwa night squad Jon, Tormund, Gendry, Brotherhood without Banners, The Hound, dan Jorah ini adalah geng terkeren yang pernah muncul di Game of Thrones?! *jejeritan bencong*

Mereka adalah geng jagoan neon yang pernah gue pernah bilang bakal duluan berhadapan dengan White Walker. Namun ternyata tujuannya bukan untuk perang gerilya seperti yang gue kira, tapi untuk mencokot salah satu Wight beyond the Wall.

Nah, kalau prophecy dalam buku itu benar, berarti geng ini akan mati semua kecuali Jon. Noooo! Masa mokat, sih?! Gendry baru aja nongol lagi!

Speaking of which, dari dulu gue merasa bahwa Gendry adalah tokoh ter-nggak penting dalam jalan cerita Game of Thrones. Malah dulu gue suka ketuker Gendry sama Podrick. Trus sekarang, tiba-tiba dia dimunculin lagi. Kenapa, sih?

Again, don't forget, this is Game of Thrones. Adakah karakter yang “nggak penting” dalam kekompleksan ceritanya? I DON’T THINK SO, MAI FREN (diulang).

Dalam episode 5, sosok Gendry langsung jadi terlihat penting dan berfaedah bagi jalan cerita. Minimal, gue hepi banget ngeliat dia jadi salah satu partnernya Jon, dengan bumbu sentimental persahabatan Baratheon-Stark. Mana sama-sama bastard pula (or so they thought). Pokoknya, cucok meong. Also, a friend of mine reminded me, bahwa senjata andalan Robert Baratheon adalah palu, persis seperti Gendry. Alamakkk.

Teman gue bahkan berteori lebih jauh lagi.

Kita ‘kan tahu ya, bahwa nanti akan ada tiga penunggang naga, yang kemungkinan besar akan berperan sebagai angkatan udara ((angkatan udara)) saat perang dengan White Walkers nanti. Penunggang naga pertama jelas Daenarys Targaryen. Penunggang naga kedua sekarang juga jelas, Jon Snow. Untuk penunggang ketiga, spekulasi lama para fans adalah Tyrion Lannister. Apalagi ada selentingan bahwa Tyrion katanya setengah Targaryen.

Tapi teman gue berteori bahwa penunggang yang ketiga adalah Gendry. Nggak tahu kenapa, pokoknya yakin aja Gendry bakal punya peran penting selain nempa senjata untuk perang.

Anyway, kalau merunut sejarah masing-masing tokohnya, menurut gue reuni yang terjadi antara Jon, Brotherhood without Banners, Tormund, The Hound, Gendry, Jorah dan Davos di episode 5 ini adalah reuni ter-epic dalam sepanjang sejarah Game of Thrones, meski adegannya nggak dramatis. Setuju nggak, sih?

***

Seorang teman gue yang non-umat GoT pernah nanya gue, kenapa dia musti nonton GoT?  Gue jawab—karena GoT adalah cerminan keadaan dunia zaman sekarang.

Sebagai penonton, kita tahu bahwa ancaman genting yang harus betul-betul dihadapi oleh rakyat Seven Kingdoms adalah White Walkers. Alhasil, kita jadi eneg ‘kan ngeliat warganya yang masih sibooook aja sama kepentingan pribadi, macem Cersei, Dany, Littlefinger, bahkan mungkin Sansa.

Mereka nggak salah-salah amat, sih, karena mereka nggak tahu/nggak sadar atas keberadaan marabahaya yang jauh lebih gawat daripada sekedar harta dan tahta. Kalau udah pada ngeliat bahwa ancaman zombie itu nyata, yakin, sih, mereka bakal, “Bhay, ego!” At least, temporarily.

Intinya, konyol banget ‘kan, masih sibuk konspirasi politik sementara ada bahaya yang mengancam jiwa?

Nah, ini, tuh, kondisi dunia kita sekarang banget nggak sih? Katanya, “white walkers” adalah simbol dari kerusakan lingkungan dan global warming. Di dunia nyata ‘kan, isu lingkungan jauh masih dicuekin dibandingkan isu kekuasaan duniawi. Dan mungkin akan terus dicuekkin sampai tau-tau bumi semakin ancur, sumber makanan hilang (sehingga menyebabkan perang), dan penyakit semakin banyak. Selamat tinggal, umat manusia.

Selain itu, gue terlalu banyak menemukan persamaan tokoh Game of Thrones dengan tokoh politik Indonesia, deh. Littlefinger mirip banget sama banyak orang, seperti misalnya Harry Tanoe dan Setya Novanto, hahaha. Dan Daenarys Targaryen rasanya mirip Jokowi—mungkin pada dasarnya berhati mulia, tapi kepemerintahannya plintat-plintut, dan diam-diam ambisi kenceng ugha, yha :D

Dan gue yakin, “chaos is a ladder” adalah motto semua politikus di Indonesia. Tato di badan gih, bapak-bapak?

So yes, Game of Thrones is never just a purely fictional entertainment *nyembah*

Trus, kalau dilihat dari polanya, episode Game of Thrones biasanya diselang-seling, nih. Kalau pada satu minggu episodenya kalem (tapi penuh intrik), maka minggu depannya, episodenya akan heboh. Karena episode 5 ini nggak ada bakbuk-nya, yakin deh, episode 6 bakal ada pertempuran seru, dipersembahkan oleh Jon, geng barunya, dan para zombie es. Oh, bersedialah, hatiku yang rapuh! *siapin ember tampung airmata*

Overall, episode 5: a very solid one. Cuintak.

12 comments:

runiindrani said...

duh i have so many things to say buat postingan yang lama ditunggu-tunggu ini. tapi satu aja deh yang paling penting: senangnyaaa pas tau yang suka ketuker antara gendry dan podrick bukan cuma gue doang...

...ternyata gak penting...

Anonymous said...

Mungkin karena Bran baru beranjak remaja.. jadi ya kepribadiannya lagi labil banyak bete2 gtu de... bedalah sama Three Eye Raven senior, yang pasti udah makan asam garam kehidupan lebih banyak.. mungkin ya.. -Mawar-

dela said...

Hahaha.. gw jg suka ketuker mana Gendry mana Podrick sik..
Gemes banget deh pas Arya nemuin scroll itu. Duh gw kira Arya udah paling oke paling jago si.. tapi masih bisa diperdaya juga. Semua akan selesai dengan baik kalau Arya sama Sansa bisa diskusi baik-baik sik, tapi mana bisa di Game of Thrones ada begituan.. zzzz

I am sooo into Jorah Mormont. Duuuuh, ya masak dia capek2 melewati semua ini cuma buat jadi temen lagi, atau parahnya mati? Sad. Tapi dari awal juga gw rada2 against Jon dan Daenerys siii.. karenaaaa...

Iiish kok lama-lama Daenerys gengges ya? Dari sisen2 kemaren udah keliatan emg dia ngebet banget halu sama westeros.. cuma buat gw di sisen ini dia malah rada unbearable ngeselinnya. Dari mulai masalah bend the knee sampai bakar2 tarly.. nggak tau sik yang mau ditunjukin produsernya apa, tapi ai makin ga suka! JON DESERVES BETTER.

Sekian. Dan btw.. omg.. Tyrion's LULU LUTFIE LABIBIE's top! I thought I was the only one thinking it!

Ayang said...

Duh kakak tajam banget kupasannya setajam silet. Tapi bagian tyrion itu emang bikin ngembeng. Di satu sisi ada keluarga, sisi lainnya ada dany. Njuk kudu piyeee 😂😢😢😢😢

Anonymous said...

definitely not GoT fan tp ibu hamil tetep baca jg postingan ini karena kamyu yg nulis *wink wink* Oooh kirain td mo bilang klo WHITE WALKERS = freemason.... ya ya ya.... *disembur api naga*

Unknown said...

akhirnyaaaa, postingan yang ditunggu umat letthebeastin ❤❤

kesan pertama sisen ini : apaan nih kok jadi kayak Doraemon, kemana2 tau2 nyampe. fast pace banget

aku agree soal Dany. ngga pernah suka2 amat, apalagi di sisen ini isinya bendena bendeni aja (mohon dilafalkan dg logat medok 😂😂). mana doi kok lama2 jadi kayak Mad King, hobi bakar2 orang. plus Ser Jorah tetep di friendzone. padahal udah dibela2in operasi ga pake anestesi gitu. kan kzl #TeamJorah

btw, menurut suamiku ini justru season paling ga greget lho. aksi2 naga ok, quote2 keren ok, tapi intrik dan surprisenya kok kurang gemes.

btw mba Lei, cek reaksi orang yg nobar di Burlington Bar deh, seruuu

Unknown said...

Finally, postingan yang ditunggu sejuta umat keluar juga! #tebarconfetti

Aduuuhhh kusuka sekali review mu inih Kak! Nggak berhenti ngakak baca tiap paragraf nya. Celetukan-celetukan mu itu looooh, brilian!

Daaan saya setujuh banget sama semua yang dibahas di atas. Katanya nih Kak, Cersei hamilnya beneran, tapi bakal keguguran. Karena kan menurut prophecy anak doi kan cuman tiga, dan mati semua.

Trus kalo masalah cinta segitiga, kok aku malah jadi #teamjorah yah? Abisnya kalo Jon jadi sama Daenerys, abis nikah masa mau LDM-an? Kan Jon nya sebagai King in The North harusnya bakal tetep di Winterfell, sedangkan Daenerys kalo berhasil ngalahin Cersei, bakal di Kings Landing. Masa nikah jauh-jauhan? #pertanyaanpenting

And yessss, alhamdulillah yah, ternyata bukan saya aja yang sering ketuker antara Podrick sama Gendry. Dirimu dan yang komen-komen di atas saya juga banyak yang ketuker, hahahaha :)))

We (I) want more GoT post, pleaaaaseee...

Amelia Wardany said...

Ah akhirnya postingan yg ditunggu!

Aselih! Eneg bgt emang lama-lama sama Dany yg dikit-dikit bendena-bendeni itu. Makanya rang orang pada ngatain dia Mad Queen sekarang.

Dan soal penunggung naga, yang satunya bukannya Brandon kah?

wawagunk said...

duh rasanya pengen ketjup blognya nulis tentang GoT lagi, hahahahahahahaha.

and.i.try said...

NAH GITU DONG (fans yang demanding)
1. Di episode kemarin gw baru sadar bahwa Gendry tidak = Podrick.
2. Penasaran kenapa sih Sansa nggak cerita ke Arya tentang semua penderitaan dia? Itu kayaknya lumayan bisa bikin sister bonding lhooo
3. Cersei serem yah... aku tuh berharap Jaime bisa eling gitu lho, jangan terbutakan oleh cinta. Gw yakin "hamil" itu cuma sandiwara supaya dia bisa megang kesetiaan Jamie.
4. Setuju sama salah satu komen di atas, sekarang kaya pakai Pintu Ke Mana Saja, cepet bener nyampe-nyampenya. Dulu si Bran aja dari the Wall kagak nyampe-nyampe Winterfell. Ini masa dr Dragonstone tau-tau udah nyampe Eastwatch. Maksa dehhh

Anyway, sebenernya gw tuh terinspirasi banget sama percakapan antara Dany sama Varys... kayak pengen aku kutip-kutip buat training leadership di kantor hahah

ratri purwani said...

Duh, abis nonton episode kemaren rasanya pengen mbisikin ETA TERANGKANLAAAAH ke Jaime, keknya doi udah ada niatan mau nyebrang kubu tapi apa daya tak shanggup. Dany juga, berhubung deseu makin ke sini makin mirip sesebapak. Bran? Mbuhlah, mungkin bener apa yang dibilang Meera: "You died in that cave". Euron Greyjoy tetiba ngilang aja, padahal nongolnya udah badass bin gelo.
Ngeniwei walau ada nada-nada cinta antara Dany dan Jon, daku tetep menolak move on dari Khal Drogo, hueeee!!
Liat Gendry sama Jon...sepintas berasa dejavu sama hubungan Ned-Robert, apalagi dulu Gendry pernah ketemu sama Arya. Adakah kemungkinan curhat colongan sembari ngangetin diri di api unggun? bahahahak. Sisen ini sungguh bikin geregetaan!

Anonymous said...

aku baru baca bukunya yang pertama, ketinggalan banget yak. Ga berani nonton serialnya rempong kalo keliatan sama anak haha. Masih patah hati atas kematian khal drogo. ketinggalan 7000 tahun akika.

Post a Comment