Feb 17, 2017

Style Watch: Tia Parameita

DSCF4755

Kalau gue nggak berhijab, style berpakaian ngantor gue pasti akan mirip style-nya Tia Parameita, 28 tahun, desainer grafis di Female Daily Network.

Sejak pertama kali ngeliat Tia (dulu kami sekantor), gue yakin she is my spirit animal dalam hal selera berbusana (berbusana banget?)—simpel, klasik, dan nyaman. Some might say it’s boring, we would say it’s timeless. Dan meskipun nuansa kantor Female Daily santai tanpa dress-code formil, Tia selalu tampil apik dan polished seharian.

Emang gayanya kayak gimana? Berikut OOTD ngantor cewek doppleganger-nya Radhini ini (mirip banget nggak, sih?), selama lima hari.

DSCF4663
Atasan GAP, celana Petite Cupcakes, sepatu Aldo, jam tangan Fossil, tas Longchamp

Menurut Tia, deskripsi gaya kamu tuh seperti apa, sih?

Campuran antara androgini dan feminin.

Gimana, tuh, cara Tia menciptakan look androgini dan feminin?

Dari dulu, aku suka pakai kemeja dengan jeans. Pas kuliah, aku malah suka banget beli kemeja cowok, karena aku lebih suka potongan kemeja yang loose, dan karena style dan pattern kemeja cowok biasanya lebih bervariasi.

Sampai sekarang, kalau lagi liat-liat kemeja, aku juga masih suka cek  bagian cowok.

Tapi aku juga suka banget pakai dress, karena gampang dan praktis. Nggak usah susah-susah mikir, bagusnya dipadu padankan sama apa. Langsung sret, pakai, udah kelihatan kece.

Dari dulu, style Tia selalu sama?

Nggak juga. Aku mulai dress-up [dengan gaya begini] pas kuliah kali, ya. Cuma pas kuliah, baju-bajuku warna-warni dan nge-jreng abis. Kuning lah, ungu lah. Model-model bajunya, sih, standar, tapi warnanya aja norak.

Oh, trus pas kuliah, aku hobi pakai celana pendek!
 
DSCF4669
Outerwear Cotton Ink (koleksi tahun sekitar 2012), innerwear Biyan, jeans putih Stradivarius, sepatu Mango, tas Michael Kors

Must have pieces di lemari Tia?
  • Dress pendek
  • Jeans hitam
  • Jeans putih
  • Celana bahan hitam
  • Blazer hitam
  • Blazer netral / nude
Items di atas gampang banget dipadupadankan.

Pernah melakukan fashion mistake nggak?

Ya pakai baju-baju warna ngejreng pas kuliah dulu itu, hahaha. Sekarang menurutku, sih, nggak banget!

Merek baju favorit Tia?

GAP, karena aku suka model baju-baju mereka yang klasik.

Aku paling suka kemeja dan dress-nya GAP, karena motifnya lucu-lucu, warnanya bagus-bagus, dan yang terpenting, kualitasnya bagus sekali. Baju-baju GAP-ku yang udah berumur 3-4 tahun, warnanya masih bagus.

Untuk merek lokal, aku suka Petite Cupcakes dan Cotton Ink.

DSCF4757
Dress Mango, sweater H&M, jam tangan Swatch, sepatu Aldo, tas Stradivarius

Lebih suka belanja online atau belanja langsung?


Sebenarnya langsung, karena jadi bisa nyobain dan langsung ngerasain, ya. Kadang kalau beli baju online, potongan dan warna aslinya ternyata nggak oke.

Aku suka online shopping di Cotton Ink dan Shopatvelvet, karena hasil belanjaanku biasanya “sukses”, alias sesuai harapan.

Ada yang bilang, kualitas baju Shopatvelvet sekarang menurun. Benar nggak, sih? Karena aku bukan pelanggan mereka.

Kayaknya nggak, sih. Cuma bedanya, potongan baju-baju Shopatvelvet sekarang lebih eksperimental. Kainnya melilit-lilit lah, apa lah. Kalau dulu, potongan baju-baju mereka lebih klasik dan simpel.

Oya, baju-baju di lemariku biasanya awet banget, soalnya selera fashion-ku nggak banyak berubah, dan aku selalu beli baju yang modelnya klasik atau timeles. Jadi aku masih pakai baju-bajuku dari 4-5 tahun lalu.

Dan belakangan, kalau mau beli baju, aku pasti mikir lama banget. Aku selalu nanya ke diri sendiri dulu, “Baju ini bakal sering / awet gue pakai nggak? Atau cuma sesaat aja?”

Untuk sepatu, kayaknya Tia suka banget pakai high heels, ya.

Iya, secara aku pendek, jadi high heels membantu banget, hahaha. Aku suka pakai heels untuk ngantor, berhubung pas kerja ‘kan aku duduk melulu. Kalau dipakai jalan-jalan, ya pasti berasa pegelnya.

Nggak pengen ikutan tren pakai sneakers?

Pengen, sih. Sebenarnya aku lagi nyari Adidas Stan Smith, tapi di Jakarta susah banget dapat ukuran yang pas! Ukuran kakiku 36, by the way.

Rambut Tia cepak sejak kapan, sih?

Sejak tahun 2012. Sebelumnya, rambutku bob. Tapi karena tekstur rambutku kasar dan kering, bagusnya memang dipotong pendek. Rambut pendek juga jadi menghemat waktu, ya, berhubung nggak perlu di-blowdry atau di-style macem-macem.

Kalau tekstur rambutku nggak seperti ini, sih, sebenernya aku kepengen tetap berambut bob.

Aku dapat ide gaya rambut pixie gini dari Pinterest. Lucunya, setelah potong rambut, aku jadi dapat banyak hoki—langsung keterima kerja, trus dapat kesempatan dikirim ke Bangkok, dan sebagainya. Pokoknya ini rambut hoki, deh!

DSCF4764
Atasan Nikicio, innerwear Mango, kulot beli di bazaar Gandaria City, sepatu Aldo, tas Stradivarius

Punya style rules?

Ada banget! Warna outift-ku harus satu tone dari atas ke bawah. Misalnya, kalau atasanku warna nude, berarti padanannya musti warna coklat atau warna kuning. Pokoknya warnanya harus mecing, deh.

Potongan bajunya aku seimbangkan juga. Kalau atasannya loose, aku akan berasa aneh kalau bawahannya loose juga.

Oya, aku selalu bikin rencana outfit yang akan aku pakai untuk sebulan ke depan.

Tiap pagi sebelum beraktivitas, biasanya orang-orang ‘kan bingung mau pakai baju apa. Jadinya bisa buang waktu sampai setengah jam sendiri. Trus ujung-ujungnya, baju yang dipilih pun asal-asalan.

Jadi aku selalu bikin tabel perencanaan, sebulan ke depan mau pakai baju apa aja.

Trus, biasanya, dalam seminggu, outfit-ku ada tema warnanya. Misalnya, minggu ini temanya warna hitam, minggu depan temanya warna pastel, dan seterusnya.

Perencanaan ini membantu aku banget. Tiap hari aku jadi ke kantor dengan rapi, dan puas dengan outfit yang aku pakai, karena nggak dipilih dengan terburu-buru. Lagian jadi nggak buang-buang waktu pagi-pagi juga ‘kan?

Wow! Outfit-nya sampai difoto dulu nggak?

Nggak, kok. Ditulis aja deskripsi baju yang akan aku pakai, karena aku hapal baju-bajuku.

Baju yang nggak akan kamu pakai?

Spaghetti strap dress, tanpa luaran. Nggak pede!

Paling sebel kalau ngeliat baju apa?


Baju yang potongannya terlalu asimetris atau “edgy”. Siluet badan pemakainya bisa jadi nggak kelihatan sama sekali.

Ada, sih, orang-orang yang cocok pakai baju begitu, tapi banyak yang jatuhnya jadi aneh.

DSCF6118

DSCF6120
Dress ZARA, sepatu Aldo, jam tangan Fossil, tas Michael Kors

***
Thank you, Tia!

6 comments:

Jane Reggievia said...

Makin ke sini kayaknya selera fesyen aku makin boring juga, deh. Pengen pake model dan warna yang basic-basic aja. Mungkinkah ini pengaruh usia dan status yang sudah jadi emak-emak? Hihi. Suka banget ini sama OOTD ngantornya Mbak Tia. Titip salam buat orangnya ya! Anggun sekali sih :*

prin_theth said...

Hihihi, teoriku sih, karena semakin kita tua, semakin kita tau apa style yang terbaik buat diri kita. Jadi nggak gamang-gamang labil kemakan tren, hehehe. Kayak Diana Rikasari, dia udah pakem bgt dengan gayanya yang warna-warni ya, dan malah mungkin gak mau ikut tren warna monokrom. Thank you Jane!

Tia Parameita said...

Sekali lagi makasih ya, Kak Laila! Ya ampun bermula dari pembaca setia blognya, sekarang malah difeature di blognya! <333 Setelah aku perhatiin, aku kurang natural klo difoto senyum. XD

Tia Parameita said...

Halo, Jane! Makasih ya! Aslinya ga seanggun difoto kok. :p

dinadya said...

Ya ampun ada Tia muncul di siniiii. Sampai kaget pas liat fotonya (belum baja judul postnya): "Lho kok mirip Tia?" :)))

PoppieS said...

Ya ampuuun ada Tiaaa.. hahaha hai Tiaaaa! Kece deh kamu!

Post a Comment