Feb 24, 2017

Bali Travel Guide - Courtesy of Runi, Bolissa, and Yours Truly

Blue Point Beach, Ungasan

Kenapa, ya, kita bisa aja setahun tiga kali liburan ke Bali, tapi nggak bosen-bosen?

Mungkin karena Bali sangat eklektik dan selalu menawarkan hal baru. Nggak heran kalau hampir semua orang pasti nanya “Ke Bali enaknya ke mana/makan apa/nginep di mana, ya?” dulu sebelum pergi liburan ke Bali, walaupun sudah sering ke sana sebelumnya.

Kita bisa, tuh, baca lima travel guide Bali, dan kelima-limanya memberikan rekomendasi tempat yang berbeda, tanpa ada yang sama satupun!

Di post ini, giliran dua teman kuliah gue, Melissa Andini dan Runi Indrani, ngasih berbagai rekomendasi pribadi mereka.

Melissa (32)—atau ‘Bolissa’—lahir, besar, dan masih tinggal di Jakarta. Tapi belakangan, saking seringnya ke Bali untuk urusan kerjaan dan personal, Bolissa merasa kampung halamannya pindah ke sana, hihihi.

I made a family that I chose in Bali. Mereka adalah teman-teman gue yang gue kenal satu per satu dalam perjalanan hidup gue. Long story short, we’ve become family with all the ups and downs, all the sorrows and celebrations,” kata Bolissa soal "keluarga kedua"nya di Bali.


Runi (32) juga lahir dan besar di Jakarta, tapi officially ganti kampung halaman ke Bali, sejak pindah kerja ke sana lima tahun lalu, “Waktu gue [ngelamar kerja di Bali], gue betul-betul nggak kepikiran bakal diterima, apalagi sampai tinggal di Bali. But I got the job, so I moved to Bali. Waktu itu gue mikirnya, ‘Ah, cobain dulu, deh. Paling lama dua tahun.’ Almost five years later, I think this is my home now.

Sebagai managing editor majalah lifestyle berbasis Bali, Runi rutin mengulas berbagai tempat di Bali, mulai dari tempat yang nggak pernah masuk radar turis pada umumnya, sampai tempat super mewah.


Ready for their recommendations?



Tempat favorit untuk sarapan…

Bolissa: Saran gue, kalau nginap di hotel—kecuali hotel mewah bintang lima ke atas—mendingan nggak usah ambil breakfast-nya. Selain rate-nya bisa jadi lebih hemat, kita juga jadi bisa nyicipin tempat-tempat sarapan enak yang bertebaran dimana-mana. Di area Seminyak, misalnya, ada Biku, Sisterfields, dan Watercress.

Untuk sarapan versi kearifan lokal, gue suka tipat cantok (ketupat pecel sayuran ala Bali) atau nasi kuning.

Runi: Gue nggak biasa sarapan, tapi kalau harus milih, gue pilih Revolver Espresso di Seminyak. I know, Revolver is so touristy, tapi gue suka karena mereka bisa buat scrambled egg sesuai selera gue—fluffy, nggak kering, dengan topping yang enak-enak.

Revolver Espresso, Seminyak

Tempat favorit untuk brunch

Bolissa: Kalau gue sarapan, memang biasanya memanjang jadi brunch, hahaha. Jadi tempat-tempat breakfast yang gue sebutin tadi juga sangat endeus untuk di-extend jadi tempat brunch.

Cobain juga Milk and Madu di Berawa, atau Betelnut Cafe di Batu Bolong. In fact, sepanjang Batu Bolong ada banyak tempat lucu semacam Monsieur Spoon (kopinya enak, dan croissant-nya pol!) dan Le Petit Prince (yang fanatik sama buku Le Petit Prince mana suaranyaaa...?).

Ada juga kafe lokal dengan citarasa Puncak di dekat pantai Batu Bolong, namanya Dian Cafe. Jus-jusannya enak, dan pancake-nya ala-ala di Puncak Pass gitu.

DSCF3635
Milk & Madu, Canggu

Runi: Cut Catch Cucina di Sofitel Bali Nusa Dua Beach Resort, karena pilihan menu brunch-nya banyak, dengan kualitas premium. Ada fresh seafood, roast meat selection, pasta, dan dessert yang beragam. Trus, ada unlimited oyster! Gue suka oyster, so unlimited oyster is always a good thing.

Oya, kalau brunch di sini, kita dapat akses ke kolam renangnya, lho.

Gue juga menyarankan nyoba brunch di Kayuputi, di The St. Regis Bali Resort, seenggaknya sekali seumur hidup. Mahalnya, sih, jangan ditanya, but it really takes going to brunch to a whole new opulent level. 

Kayuputi, The St. Regis Bali Resort

Tempat favorit untuk lunch

Bolissa: Banyak banget!

Tergantung lo lagi kepengen makan apa. Kalau lagi kepengen nasi Bali, juaranya adalah Nasi Ayam Kadewatan Ibu Mangku. Dia ada di beberapa tempat, salah satunya Jalan Kadewatan, Ubud, dan di Seminyak, dekat restoran/bar Motel Mexicola.

Nasi Ayam Kadewatan Ibu Mangku

Ada juga Warung Mak Beng di Sanur, yang terkenal banget dengan ikan goreng dan sup ikannya. Pokoknya, ke Sanur belum lengkap kalau belum ke Mak Beng. Tapi jangan kesana pas teng jam makan siang, ya, karena bakal rame banget!

Trus, kalau lo baru pindah ke Bali, atau harus agak lama menetap di Bali, mungkin ada masanya lo merasa homesick, kangen masakan rumah, tapi males masak sendiri tapi pengen tapi males. Ribet, deh. Well, ribet no more! Gue bisa rekomendasikan katering @lunchbox.thegu

Menurut gue, makanannya makanannya enak banget, murah meriah, trus kalau lo udah rutin pesan, si ibu kateringnya bisa hafal selera lo. Misalnya, lo sukanya ayam bagian paha atau dada. Langsung lihat kontaknya Instagramnya aja, ya.

Runi: Moringa di Kuta, karena makanannya enak-enak. Menu favorit gue antara lain mie ayam, gyutan don, dan horenzo salad. Mengingat pemiliknya adalah restaurateur Mandif Warokka yang terkenal dengan restoran-restoran fine dining-nya, tempat ini relatif murah, kok. Tempatnya juga nyaman, dan ada dedicated smoking area yang nggak gerah.

Moringa, Kuta

Tempat favorit untuk dinner


Bolissa: Akhir-akhir ini gue lagi terobsesi sama restoran Jepang Sakanaya. Tempat ini merangkap sebagai toko ikan segar, so they naturally have the freshest fish ever. Menu yang paling gue rekomendasikan adalah sashimi butter fish. The menu lives up to its name, deh. The fish really melts in your mouth like butter! Lord have mercy!

Tapi intinya, semua menu ikan di Sakanaya enak-enak. Masaknya minim bumbu, dan teknik masaknya nggak aneh-aneh. Kuncinya adalah kesegaran ikannya.

Runi: Kaum, yang menyajikan makanan Indonesia. Memang, sih, makanan Indonesia yang paling enak adalah yang dijual di kaki lima pinggir jalan, tapi Kaum oke banget kalau lagi kepengen dinner makanan Indonesia dengan suasana cantik.

Kenapa oke banget? Karena Kaum menciptakan makanan-makanan mereka dengan seotentik mungkin, dengan bahan-bahan yang diambil dari daerah aslinya di Indonesia. Dibandingkan dengan makanan kaki lima, tentunya quality control mereka bagus, sampai perkara beras dan garam pun nggak sembarangan. Jadi rasa makanannya otentik, but a notch more polished.

Kalau bisa ngobrol sama brand director atau chef Kaum, lo bakal dapat pengalaman yang lebih asyik lagi, karena cerita mereka keliling Indonesia untuk nyari bahan-bahan terbaik dan resep-resep paling otentik, tuh, seru banget.

Kaum, Seminyak

Tempat favorit untuk ngopi atau dessert

Bolissa: Kalau ke Ubud, mampir ke Sika Gallery, deh. Di dalam galeri ini ada kafe namanya Ego-Shop, dan diam-diam kopinya super enak.

Dari Sika Gallery, bisa coba melipir ke Kakiang. Ini adalah salah satu tempat wajib mampir tiap gue ke Ubud, karena kue-kuenya TO DIE FOR! Enak banget! Mana murah pula, ya amplop. Bubar diet gue. Must try: mango tart (seasonal), strawberry short cake, éclair, caramel pudding.

Kakiang Bakery & Cafe

Di Sanur, gue suka makan gelato di Massimo. Selain rasa gelatonya beragam banget, harganya pun murah dengan porsi besar. Gue yang termasuk rakus aja bisa puas banget dengan gelato porsi kecil mereka.

Sebenarnya Massimo bukan tempat khusus gelato, sih, melainkan restoran Italia yang bisa gue bilang sangat otentik. Semua pasta dan pizzanya recommended.

Warung favorit…

Bolissa: Selain Warung Mak Beng yang udah gue sebut tadi, gue punya warung andalan untuk kalau lagi kelaperan, tapi mau penghematan. Namanya Warung Kita, lokasinya di Seminyak. Kalau siang jadi bengkel, tapi setelah bengkelnya tutup jam 6 sore, jadi warung, deh! Makanannya Chinese food gitu. Walaupun dia warung pinggir jalan, rasanya oke, lho.

Runi: Warung Liku di Jalan Nakula no. 19. Menu jagoannya adalah nasi campur ayam betutu pakai sambal matah, babi kecap (optional), dan sayur urap kacang panjang. This is basically Bali on a plate—kaya rasa dan warna, dan bumbu betutunya meresap banget sampai ke nasinya.

Harganya murah meriah. Dari dulu sampai sekarang cuma pernah naik harga sekali, dari Rp10,000 ke Rp12,000. Yang porsi jumbo pun harganya cuma Rp20,000.

Bar favorit…

Bolissa: Sebenarnya, asalkan ada di bir dingin, tempat manapun di Bali menyenangkan, kok.

But if I have to choose, my first instinct would say La Favela, karena tempatnya keren, musiknya sesuai selera gue banget, crowd-nya seru, dan suasananya yang laid back bikin nyaman.

Also, do check out Old Man’s. Apalagi kalau lagi ada promo Happy Hour Buy 1 Get 1 Free. Mantap!

Cobain juga Motel Mexicola for great margaritas and some yummy Mexican delicacies.

La Favela, Seminyak

Runi: The Orchard Bar & Restaurant. Tempatnya low-key, nggak banyak gaya, suasananya intim, dan seminggu tiga kali mereka mengadakan live music performance yang keren-keren banget, mulai dari musik folk sampai rock dan blues. It’s a “you come as strangers, and leave as friends” kind of place.

Gue juga suka Hank’s Pizza and Liquor, karena ada pizza, ada liquor, dan karena tempat dan performance-nya cukup rock’n’roll!



Hank's Pizza & Liquor, Seminyak

Lounge favorit…

Bolissa: Kalau buat lounging santai-santai, tempat favorit gue adalah The Straw Hut, yang lokasinya agak ngumpet di Seminyak. Di situ ada pool kalau mau nyebur, dan bean bags buat leyeh-leyeh. Pilihan lagu-lagunya juga unik, kayak waktu itu tiba-tiba ada lagu Warren G, trus disambung sama lagu Aaliyah. 90s hiphop, I like!

The Straw Hut, Seminyak

Runi: Pertama, Baker Street Social. Tempatnya tersembunyi, suasananya intim, great drinks, dan stafnya ramah-ramah. Kedua, Akademi Bar, karena minumannya enak dan suasananya santai, kayak di ruang tamu rumah teman sendiri.

Akademi Bar, Seminyak

Rekomendasi penginapan yang affordable…


Bolissa: Kuncian gue adalah Astana Kunti di Seminyak. Gue suka hotel kecil yang "ngumpet" gini. Kalau ke sana, coba minta kamar di lantai bawah yang nyambung dengan kolam renangnya. Jadi lo bisa buka jendela kamar, trus langsung nyebur.

Rekomendasi gue yang lain adalah DeLu Villas, Uma Karan, dan The Studio. Semuanya berlokasi di Seminyak.


Astana Kunti, Seminyak

Runi: Brown Feather di Kerobokan. Tempatnya semacam bed and breakfast bernuansa rustic, jadi berasa kayak di rumah eyang jaman dulu. Tempatnya affordable, charming, dan lokasinya cukup strategis untuk yang pengen jalan-jalan di Seminyak.


Brown Feather, Kerobokan

Rekomendasi penginapan kelas “luxury”…


Bolissa: Ini nggak mahal banget, ya, tapi worth it lah.

Gue suka The Haven di Seminyak, apalagi unit yang two-bedroom suite. Saking gedenya, kita bisa catwalk nggak kelar-kelar, tuh, dalam kamarnya.

Breakfast-nya enak banget, dan lokasinya strategis. Jalan ke belakang dikit, udah ketemu Pantai Double Six. Jalan ke depan, udah ketemu berbagai toko dan tempat per-ngecengan Seminyak.

The Haven, Seminyak

Runi: Gue suka banget Katamama di Seminyak. Desain dan detilnya—which boast local artisanal crafts—nggak ada yang nyamain di Bali. Mereka juga ngasih pengalaman keseluruhan yang oke banget. Contohnya, di setiap kamar, mereka nggak menyediakan mini bar standar yang basi-basi, melainkan a real, fully stocked and equipped bar.

Katamama, Seminyak

Rekomendasi penginapan yang oke untuk rame-rame…

Runi: Airbnb teman kuliah gue dan Laila di Ubud, namanya Haigha House. Rumahnya keren banget, dapurnya cantik sekali, menyediakan tiga kamar tidur with a view, dan ada kolam renang dengan pemandangan sawah.

Cocok banget buat yang mau mengisi waktu dengan leyeh-leyeh aja, menikmati suasana Ubud.



Haigha House, Ubud

Rekomendasi penginapan yang oke untuk suasana romantis…

Bolissa: Kalau buat roman-roman picisan, semua hotel di area BDTC Nusa Dua paling asoy, sih. Suasananya romantiks, soalnya belakangnya langsung pantai. Bisa jalan-jalan pegangan tangan sambil lihat sunset ‘kaaan… Trus kalau malas keluar, bisa candle light dinner aja berdua-duaan di hotel. Ciyeee.

Runi: Mandapa, sebuah hotel dari grup Ritz-Carlton di Ubud. Hotel ini salah satu tempat honeymoon favorit di Bali, karena suasananya memang mendukung banget untuk berdua-duaan. Selain punya pemandangan yang cantik, setiap detil di Mandapa charming banget, dan makanannya selalu enak—dari afternoon tea sampai fine dining, semuanya oke.

Saran gue, pilih one-bedroom villa yang dekat sungai, dan jangan lupa cobain afternoon tea di The Library. Cantik banget, deh!


Mandapa, Ubud

Secara keseluruhan, how do you feel about Bali?

Bolissa: Bali feels like home. It is, in fact, my first home at heart.

Gue selalu baper setiap harus pulang ke Jakarta dari Bali. At some point, gue suka mewek di pesawat, terutama kalau terbangnya dengan penerbangan malam, soalnya ‘kan nggak kelihatan kalau duduknya madep jendela. Pura-pura tidur, padahal mewek.

Tapi gue selalu menyemangati diri sendiri dengan mikir, “Ayo, pergi cari uang ke Jakarta, supaya bisa ‘pulang kampung’ lagi.”

Salah satu cita-cita gue adalah menetap di Bali, beli rumah di Sanur, dan belajar naik motor.


Runi: Gue pertama kali ke Bali kira-kira pas kelas 3 SD. Waktu itu gue nyamperin nyokap yang sedang dinas agak lama di Bali. And it just clicked. I felt like I had been here before, like this was the place I didn’t realize I missed. It was so familiar, it’s weird. Ada yang beda aja dari suasananya. Bahkan gue merasa langit di Bali berbeda, tapi sekaligus familiar banget! Mungkin ini kedengarannya menye, ya, tapi beneran, lho. Gue sampai jadi terobsesi dengan Bali.

Gue nyaris lupa dengan memori ini, sampai ketika gue pindah ke Bali dan nyokap bilang “Akhirnya kamu kembali lagi, ya, ke Bali. Kayak ‘pulang ke rumah’.” Bahkan menurut nyokap, gue selalu punya ‘ikatan’ dengan pulau ini.





Apakah ada perbedaan cara pandang lo terhadap Bali, sebelum dan sesudah sering ke / tinggal di sana?


Bolissa: Ada banget.

Sebelumnya, cara pandang gue terhadap Bali tentunya cara pandang turis tipikal, ya (walaupun sampai sekarang gue belum pernah wisata ke Tanah Lot). Malah dulu gue ikutan dikepang kecil-kecil di Pantai kuta, pake celana mambris, dan nggak lupa nongkrong di McD Kuta dong, ya. Girl, I was so fly!

But jokes aside
, gue bittersweet, nih, sama Bali yang sekarang. Contohnya, perihal keberadaan taksi online di Bali, yang ditentang berat oleh adat setempat, walaupun secara hukum negara sudah legal.

Seorang supir taksi online pernah cerita sama gue, bahwa dia sampai pernah pukul-pukulan sama pihak keamanan setempat, karena masuk “daerah terlarang untuk taksi online”. Padahal kalau dipikir-pikir, berantem begitu untuk perkara uang berapa, sih? Intinya ‘kan sama-sama cari rejeki. Yang bikin tambah sedih, supir taksi online dan pihak keamanannya sama-sama orang lokal Bali. Kok kalian malah berantem, sih? Q cdih!

Di satu sisi, gue sangat mencintai kuatnya adat istiadat Bali. Tapi di sisi lain, kalau sampai pake berantem-berantem gini, rasanya pengen pada gue aduin ke ibunya masing-masing, biar disuruh baekan!


Runi: Hmm, perasaan gue terhadap Bali, sih, nggak berubah, ya. Mungkin sekarang, setelah gue menetap di Bali, malah tambah sayang.

Dulu, sebelum tinggal di Bali, setiap jalan-jalan ke Bali gue maunya ke tempat-tempat yang lagi hits dan yang direkomendasiin bli-bli guide-nya aja. Terakhir kali gue masih jadi “turis Bali”, gue masih mau, tuh, nonton kecak di Uluwatu, nyari lumba-lumba ke Lovina, dan "harus bangeeet" foto di Rock Bar.

Setelah tinggal di Bali, baru, deh, gue menemukan berbagai hal seru yang nggak masuk ke dalam radar turis umum. Gue pernah nonton pertunjukkan tari kecak di daerah Manggis yang dipentaskan oleh masyarakat lokal desa Manggis, dan pertunjukkan itu jauh lebih bikin merinding daripada pertunjukkan yang di Uluwatu (yang, by the way, sering diselipin becandaan kekiniian yang garing).

In Bali, you’ll find the coolest places in the narrowest and most hidden nooks and corners.

Trus, banyak orang bilang, Bali, tuh, cuma enak buat liburan, tapi nggak enak untuk dijadikan tempat tinggal. Dulu, sebelum tinggal di Bali, itu gue kayaknya sependapat dengan anggapan tersebut. Tapi ternyata, buat gue, Bali oke banget untuk dijadikan tempat tinggal dan tempat kerja. Memang cocok-cocokan, sih, tapi gue pribadi suka dengan kualitas hidup di Bali yang menurut gue lebih baik daripada di Jakarta. Mulai dari udara, cuaca, efisiensi waktu, sampai work-life balance-nya, semua lebih baik.

Ditambah, menurut gue, orang-orang di Bali juga lebih ramah dan terbuka. Mungkin selain karena penduduk lokal sana secara umum memang ramah, juga karena ada banyak pendatang di Bali, so you kind of form a bond, like you need each other. 


***

Next, rekomendasi tempat yang oke untuk bawa anak, versi Laila!

1. Bali Zoo

Beberapa kali gue ditanya, mending bawa anak ke Bali Safari Marine Park atau Bali Zoo? Gue selalu bilang, kalau anaknya umur 0-5 tahun, Bali Zoo. Karena dibandingkan Bali Safari Marine Park, Bali Zoo lebih kecil, compact, padat, dan intimate, jadi pas untuk usia toddler. Nggak bikin overwhelming, lah.

Dibandingkan dengan Bali Safari Marine Park, gue juga lebih suka vegetasi Bali Zoo yang terasa rimbun dan adem. Layout-nya juga lebih cantik, menurut gue.


Sebenarnya, menurut gue, tempat wisata manapun—termasuk beach clubs—sangat tergantung sama crowd-nya. Kalau terlalu ramai—apalagi ramai sama crowd yang norak dan nggak bisa tertib—maka beach club semewah dan sekeren apapun akan terasa menyebalkan.

Kebetulan, gue sekali-kalinya datang ke Finn’s Beach Club sewaktu lagi sepi dan baru banget buka di Canggu (sebelumnya, Finn’s Beach Club berlokasi di Uluwatu), so everything was perfect. Nggak tahu kalau di lain waktu, ya.

Terlepas dari crowd-nya, gue lebih suka Finn’s Beach Club versi Canggu ini dibandingkan saat mereka masih bertempat di Uluwatu, karena tempatnya lebih luas, layout-nya lebih enak dan lebih child-friendly. Memang, kita jadi kehilangan cliff view-nya Uluwatu yang menakjubkan itu, tapi seenggaknya kita juga nggak perlu naik-turun seribu anak tangga, seperti ketika di Finn’s Beach Club masih di Uluwatu.

DSCF3613

DSCF3572


It’s a one-stop entertainment place for families! Serius, deh. Di tempat ini, anak-anak bisa banget menggila seharian. Ada waterpark, trampoline park, bowling alley, sampai kids club yang menurut gue oke banget, bernama Cubby House.

IMG_6013

DSCF3529


Ini adalah stable / arena berkuda terkece yang pernah gue kunjungi di Jakarta dan Bali. Termahal juga, sih! But I guess it’s worth it—fasilitasnya lengkap dan bagus banget, kuda-kudanya top notch, groomer-nya juga baik bin sabar.

Untuk Raya yang suka banget berkuda, this place is heaven!

DSCF3695

DSCF3678


Sejak SMP, gue selalu menyelipkan satu kegiatan “fisik” kalau lagi main ke Bali. Misalnya, arung jeram, trekking, cycling, canoing, de es be, de es te. Anaknya nggak bisa santai dijemur di pantai doang, kak! Resah!

Kebiasaan ini kebawa sampai sekarang. Tapi kalau gue ke Bali sama Raya, tentunya dia nggak bisa melakukan setiap aktivitas fisik yang ada. Ujung-ujungnya, disimpulkan bahwa kegiatan yang paling “aman” buat Raya adalah cycling alias bersepeda.

Jadi, kita ikut grup bersepeda dari area Kintamani (elevasi 1,300 meter), trus bersepeda downhill kira-kira 25 km sampai ke elevasi 800m. Raya dibonceng bapake atau guide-nya pakai kursi boncengan. It’s all very safe, and SO much fun. Raya pertama kali ikut bersepeda gini pas masih 2,5 tahun, dan saat itu, setengah perjalanan dia hepi banget lihat-lihat pemandangan sambil menyapa sapi dan babi. Setengah perjalanan sisanya, do'i sukses ngorok diboncengan!

Seumur hidup, gue 3-4 kali ikut cycling trips sejenis ini di Bali, dan Greenbike Cycling Tour adalah operator favorit gue. Gue cinta banget sama pemiliknya, Pak Dharma, and was lucky enough to be guided by him once.

DSCF3808

DSCF3771

Ada rekomendasi seru lainnya? Komen, ya! :)


(images: dok. Laila Achmad, dok. Runi Indrani, dok. Melissa Andini, Instagram @kakisumpit, bali-indonesia.com, pergidulu.com, norhafiz.com, Moringa Facebook, kaum.com, foodcious.com, balithisweek.com, akademi-bar.com, booking.com, hotels.com, expedia.com, katamama.com, haighahouse.strikingly.com, robbreport.com, asiawebdirect.com, travelwak.com)

14 comments:

Jane Reggievia said...

Astagaa postingannya langsung pengen ngepak koper sekarang juga!

Sejak ortuku pindah ke Bali (dan aku sempat tinggal selama 2 tahun), pandanganku tentang Bali juga beda banget. Dulu tau Bali sebagai honeymoon destination, sekarang ke Bali judulnya 'pulang kampung' hihi.

Tambahan dari aku yaa. Warung Taman Bambu di Seminyak boleh banget dicoba! Masakannya halal trus pilah pilih ala warteg. Aku suka banget lunch di sana karena enakkk banget masakannya. Patut dicoba: ayam goreng bakar dan Kopi Balinya. Endeuss!

Dheyanne Sanjaya said...

Duh jadi kangen Bali :(

Aku pernah sekitar 3 minggu ada training di bakery daerah Kerobokan. Awal dateng bawaannya pengen ngitung hari pulang berapa hari lagi. Eh, pas udah lama di situ, malah kesel banget kalo harus pulang :D

Sebagai mantan anak Kerobokan, aku rekomendasiin Bapak Bakery sebagai bakery endeus, halal, dan harganya murah banget. Kalo ke Kerobokan langsung, memang ga bisa makan di tempat karena itu pabriknya. Tapi bisa mampir2 ke Helo Cafe (Jl Sudirman di Denpasar) punyanya si Bapak Bakery. Croissant-nya enak banget! Flaky & meleleh di mulut gitu #bukanendorse :)))

Oiya, sama ada kambing guling (buat yang nggak makan babi guling haha) yang endola banget di daerah Sanur. Itu ga ada toko atau restonya gitu, tapi via online di instagramnya @kamgul_admuzni. Ada kemasan frozen buat diangetin di villa ehehe #masihbukanendorse :D

runiindrani said...

Aduh gue love banget sama Dheyanne yang komen di atas ini (Haiii, salam kenal :D). Satu karena gue suka pastries and baked goods tapi belom pernah denger soal Bapak Bakery (and dying to find out), and also I've been looking for kambing guliiinggg di Bali trus tiba-tiba baca rekomendasi ini. LAFFFFFF <3

-ndutyke said...

Waowww suki deh akik klo ada inpo2 makanan halal beginih. Makasih ya mbak Dheyanne :*

Naomi said...

Bokap dulu pernah dinas tinggal di Bali jadi gue sering bolak-balik Bali Jakarta. Beberapa minggu pertama heboh ke semua tempat turisnya, sampai akhirnya penasaran sebenarnya kehidupan keseharian orang Bali gimana, sih? Jadi mulai jalan-jalan ke tempat kebanyakan orang Bali berada. Sekarang tiap ke Bali rasanya.... kayak ada memori masa kecil di sana. Menyenangkan, always calming. Selalu pengen balik. :')

Unknown said...

Pas banget deh tulisannya keluar disaat yg dibutuhkan ♡♡ makasiyaaaa rekomendasinya banyak yg "baru" ...

cika said...

kak lei laff banget tulisannya yang ini. makin pengen ke Bali lagi deh.
versi cika, Bali salah satu tempat yang mudah dijangkau baik harga ataupun jaraknya buat diving :)so many beautiful dive sites in Bali.
thanks Kak Lei infonya :)

Alin said...

Jadi kangen bali... Hiks...��
Januari ini banget aku pindah dari bali ke jogja setelah 5th di bali untuk hidup yg lebih ramah kantong ��

Kok gusto gelato ga dimention ya? Apa aku kelewatan baca nya? Hehe.. anw, ini gelato yg menurutku paling enak di bali dan harga cukup affordable dibanding yg lain. Cuma rame nya masyaallah apalagi musim liburan.

Kalo di daerah pertigaan pasar kuta bisa nyobain soto bakso sapi (lupa nama warung nya) enak menurutku dan temen-temen jg banyak yg suka, yg jual org chinese.

Daripada nasi pedas depan joger yg menurutku porsi guede harga mahal rasa hambar (pedes aja gk ada gurih manisnya).. ada nasi pedas bu hanif masih di per3an pasar kuta juga. Buka kalo malam, sebelahan sama babi guling. Pilihan lauk banyak, harga reasonable, enak khas masakan jawa gitu sih, porsi manusiawi hehehe...

Selain itu di jalan kediri kuta ada warung solo dan padang herman yg enak banget.. tapi uda tutup entah pergi kemana yang jual hiks.. maaf mba lei jadi curhat 😓

-Ow- said...

aaakkk....laaaaaaaaaaaaaaf this!

Fianty Tristiany Triswara said...

Ya ampun.
Knapa lagi pingin bgt liburan gini kok ya ditakdirkan baca post ini.
*hiks

Thank you ya tulisannya nambah referensi bgt. Komen-komennya juga! *Laff

Dheyanne Sanjaya said...

Eh engga sengaja liat lagi post yang ini, ternyata ada komen hihi. Hae mba Runi salam kenal jugaaak :D
Iya mba, si Bapak Bakery itu supply kue2 ke beberapa hotel & kafe gitu. Cuma aku lupa apa aja hahaa. Menurutku yang juara sih croissant2nya. Sampe Febby Febiola aja beli langsung ke pabriknya hihi.
Kalo kambing guling itu oke banget sih. Soalnya biasa dipesen buat hotel2 gitu. Nikahan Ringgo Sabai dulu juga pesen deh kambing guling itu seingetku...

Dheyanne Sanjaya said...

Hai mbaaa salam kenal yesss hihi. Iyaa sama2. Sodara aku ada yg tinggal di Bali juga jadi banyak tau yang halal kayak dimsum Manan dimsum di Renon, Selera Nusantara (lupa di daerah mana hehe), restoran2 Padang yang ada logo ARMINA (kayak paguyubannya gitu buat resto Minang di Bali), Visnoe Denpasar, cafe seafood muslim di Kuta, dan lain2 hehe. Happy browsing halal food, mba :D

Melissa Octoviani said...

hi mbak, salam kenal, mampir kesini dari blognya jane... btw...bali zoo better daripada bali safari marine park ya? aku ada rencana bawa toddler 2 tahun ke bali, dan masih bingung mau ke bali zoo atau bali safari marine park hahahaha... thank you postingannya, jadi memberikan pencerahan hehehehe...

AM said...

SELALU ADA ALASAN KEMBALI KE BALI *capslockjebolsangkingsemangat*
I Love you bali, my loveeeeeee ❤️❤️ God Bless you Bali.

Post a Comment