Dec 10, 2016

Girl's Trip to Halloween Horror Nights! Part 2

Note: Kalo blog post sebelumnya penuh dengan foto-foto, sayang sekali, blog post ini bakal sebaliknya.

Selain karena pengunjung memang nggak diperkenankan motret di dalam rumah hantu HHN, juga karena di acara HHN, prioritas gue adalah nyelamatin jiwa dan batin diri sendiri. Foto-foto? Bhae!


Malam – Universal Studios Singapore

Sampe di Resort World at Sentosa, waktu menunjukkan jam 7.45 malam. Karena kelaparan, kita makan dulu di Toastbox, sekalian nungguin Icha (YANG MASIH BELUM ADA KABARNYA. At this point, kita aja nggak tau dia beneran sukses berangkat ke Singapura atau nggak).

DSCF5850

DSCF5856
 Apaan, siiih... mau ke acara hantu-hantuan kok malah pada ca'em-ca'em amat, apaan siiih...?! (Ayu pun lengkap dengan kalung Chanelnya)



Sampai kita selesai makan jam 8.30 malam, Icha belum bisa dihubungi.

Oke, deh, masuk aja dulu ke Universal Studios.

Pas masuk, kita disambut oleh suasana khas HHN, yaitu suasana… rave party.

Gue cerita dikit, ya.

Secara umum, Universal Studios memang sengaja mengangkat nuansa yang lebih “adult” dibandingkan Disney. Mungkin supaya nggak saingan head-to-head amat, ya, secara mereka sama-sama industri theme park terbesar di dunia.

Kalo Disney sangat pakem cuma mau bikin wahana, pertunjukkan, dan event yang family-friendly, Universal berani untuk sebaliknya.

HHN adalah salah satu produk Universal Studios yang kagak family-friendly samsek. Di luar rumah-rumah hantunya, musik yang dipasang di HHN pun musik rave party, boookkk. Jedang-jedung, ditambah berbagai strobe light dan efek-efek asap. Kadang diganti musik rock. Tapi nggak pernah Beyonce. Ku tak suka. Sebal.

Disney would never do this. Mereka akan pasang musik-musik “aman” seperti musik bubblegum pop, score music dari film-film animasinya, atau musik instrumen.

OKE, NGELANTURNYA KEJAUHAN.

Walaupun gue selalu sebel sama musik penyambutan HHN, ternyata hal ini memang sukses memompa semangat pengunjung.

Ami mukanya sampe berseri-seri banget. Dese pun berjalan masuk sambil menatap strobe lighting dengan terpesona, bak laron kesirep lampu jalanan. “Aku kok hepi banget ya, La!”

Ya, tunggu aja sampe masuk rumah hantunya, MUAHAHAHA.

DSCF5857

BODY OF WORK

Rumah hantu yang pertama kita jajal adalah Body of Work. Kok macem judul DVD senam ala-ala Liza Natalia, ya (punya, sis?).

Sinopsis rumah hantu ini kira-kira begini: ada seorang seniman, bernama Damian. Suatu hari, rumahnya kebakaran dan menewaskan semua anggota keluarganya.

Karena Damian nggak terima atas tragedi ini, mayat anggota keluarganya dia simpan (namanya juga seniman. Eksentrik. Gila dikit). Kemudian dia menjadikan rumahnya sebagai museum berisi mayat, anggota tubuh, dan berbagai kenangan tentang keluarganya tersebut.

Jadi bisa kebayang, this scare house is a gore fest. Tema besarnya adalah darah-darahan dan daging-dagingan. Makanya, gue justru pede masuk ke Body of Work, karena gue nggak pernah terlalu takut dengan hal-hal yang berbau gory.

Tapi entah karena adrenalin kita lagi tinggi, karena baru selesai makan, karena kepancing sama elemen-elemen rumah hantunya yang bikin eneg, atau karena di dalam rumah hantu ini ADA KOMIDI PUTARNYA (dan pengunjung harus naik), keluar-keluar kita semua langsung hoeeekkkkk… bak hamil trimester pertama!

Okay, we were not actually puking
, tapi efek mualnya sangat terasa. Dengkul gue gemeter, kaki lemes, dan sempet mempertimbangkan untuk muntahin aja deh, shay, biar lega.

Padahal sebelumnya, gue sempet baca sebuah blog review HHN yang bilang bahwa Body of Works memang membawa efek eneg. Blog tersebut menyarankan agar pengunjung bawa minyak kayu putih atau aromaterapi yang bisa menangkal eneg.

Gue ‘kan mikir “Ah, dasar orang Singapur lebheeey… Nggak ada yang lebih tough dari perutnya orang Indonesia!” Eh, ternyata bener. Siaul.

Seperti rumah hantu walkthrough pada umumnya, jalur dalam ruhan Body of Works dibuat menjadi satu jalur sempit, sehingga pengunjung harus jalan dalam satu baris. Nggak bisa gandengan side-to-side. Bisanya gandengan ala truk gandeng.

Mawar, yang jalan di belakang Mira, sempet histeris sampe ngangkat roknya Mira, sehingga kolornya Mira terekspos ke para "hantu" di sana :D

Tapi Mawar langsung kualat, karena dese… NGOMPOL. Maklum yaaa, ibu anak dua melahirkan normal, nih. Otot kegel nggak semantap dahulu, shay. Heboh campur syok, akhirnya crut! Keluar deh sipip-nya.

Alhasil, pas keluar dari ruhan Body of Works, Mawar langsung, “Miraaaa… minta softeks dong, gue ngompoool!”

*ngakak sampe kayang*

Ruhan Body of Works sendiri sebenarnya bagus dan penuh detil. Misalnya, ada banyak potongan koran yang menceritakan kenapa rumah keluarga Damian bisa kebakaran. Tapi siapa yang bisa peduli sama detil, kalo lagi histeris?

SUICIDE FOREST

Dari Body of Work, kita lanjut ke Suicide Forest. Seperti yang pernah gue ceritain sebelumnya, Suicide Forest bukanlah rumah hantu, melainkan outdoor scare zone. Intinya pengunjung tetap ditakut-takutin juga, sih.

Suicide Forest ini bertemakan hutan tempat bunuh diri. Dalam scare zone ini, ada bermacam adegan bunuh diri, yang diperagakan oleh sejumlah aktor. Ada orang gantung diri, kuntilanak, orang stres bawa pistol, korban tabrakan mobil, dan sebagainya.

DSCF5862

Walaupun bukan sebuah rumah hantu, scare zone bisa jauuuh lebih teror daripada ruhan. Antara lain karena:

- Aktor hantunya bisa NGEJAR para pengunjung. Asyem! Soalnya zonanya ‘kan terbuka ya, nggak enclosed seperti di dalam rumah hantu. Jadi kalo mau kejar-kejaran mesra bak film Bollywood, silahkan aja.

- Ada banyak efek suara yang keras dan mengagetkan

- Di Suicide Forest, ada asap super tebal yang suka tiba-tiba disemprot. Mungkin sekitar 15-20 menit sekali. Pernah pada suatu titik, kita bener-bener nggak bisa ngeliat apa-apa di dalam Suicide Forest ini, karena efek asap lebay tersebut. Jarak visibility-nya kayaknya cuma 5 senti. Berasa disembur orang lagi nge-vape. Bikin panik parah!

- Karena scare zone adalah zona terbuka—yang nggak se-“padat” rumah hantu—kita jadi lebih memperhatikan detil-detil yang sebenernya nggak pengen diperhatikan juga. Kok… ada mayat ngesot di kaki gue… kok ada kuntilanak di atas gue… kok… ada yang ngintip di balik pohon itu…

At the same time, area ini sangat seru buat foto-foto. Meskipun… gimana sih rasanya mau foto-foto, tapi dibelakang kita ada bahaya laten mengintai? Nggak ens!

DSCF5866

DSCF5867

Alhasil, kita letih banget ngider di Suicide Forest ini. Pengen banget keluar, tapi rutenya diputar-putar.

Tapi yang paling ngeselin, di gerbang keluar/masuk Suicide Forest ada sesosok “makhluk” yang stenbe dan bakal NGEJAR setiap pengunjung yang lewat situ. Kzl! Perasaannya kayak mau pulang ke rumah, tapi ada raja preman lagi nongkrong di pengkolan rumah kita.

Pas lagi capek dan galau berat kepengen keluar dari Suicide Forest, gue dapet telp dari Icha. Hore!

Jadi, setelah ketinggalan pesawat, lari-lari di bandara bareng suami, anak balita, dan bayi 8 bulan, akhirnya Icha berhasil menginjakkan kaki di Singapura, dan sudah dalam perjalanan menuju USS dari hotel, menjelang jam 10 malam. Udah pasti belum ganti baju dari pagi, tuh!

Bener aja. Ketika akhirnya kita berhasil keluar dari Suicide Forest dan ketemuan sama Icha, (tepat jam 10 malam), dese masih pake baju kantor. Hihihi. Bajunya pun udah mengalami siklus keringetan gobyos – kering – keringetan lagi – kering lagi. Untung Icha-nya masih kece, nggak tampak bagai pel basah.

Intinya, Alhamdulillah wa syukurillah, formasi girl band ini lengkap sudah.

Alhamdulillah juga, kita semua lelet. Jadi walaupun Icha baru dateng jam 10 malam, kita baru masuk ke satu rumah hantu, sehingga Icha nggak terlalu ketinggalan.

DSCF5872

DSCF5875
Melewati parade March of the Dead

CHANGI HOSPITAL

Awalnya kita sempet gamang, karena dari hasil baca-baca di internet, konon ruhan ini paling serem. Masalahnya, walaupun baru masuk ke satu ruhan dan satu scare zone, stamina kita rasanya udah kendor, mak. Sampe Mawar terang-terangan menyatakan, “Aduh, capek banget, gimana dong. Apa gue udahan, ya… capek banget…”

Supaya eling, kulambaikan lagi tiket dan Express Pass HHN di muka Mawar, supaya inget, harganya tiketnya tuh 782,476,199 rupiah. Mahal, rek! Jangan mau rugi!

Premis rumah hantu Changi Hospital sendiri standar, yaitu tentang… rumah sakit berhantu. Self-explanatory, ya.

Changi Hospital benar-benar ada di Singapura, dan (katanya) benar-benar berhantu. Sejarah dan urban legend-nya panjaaang sekali, maka mungkin rumah hantu ini lebih “berasa” untuk warga Singapura.

Ibaratnya, orang Indonesia mungkin akan lebih berasa “serrrrr…” kalo masuk ke sebuah ruhan bertema Nyi Roro Kidul atau Si Manis Jembatan Ancol.

Drama sudah dimulai ketika kita baru ngantri masuk.

Jadi, ada seorang kakek-kakek Melayu yang nongkrong di pintu masuk ruhan ini. Dia pake kutang, sarung, jalan bongkok, dan nggak ngapa-ngapain. Cuma ngeliatin pengunjung satu persatu, dengan tatapan creepy-nya. Huhuhu.

Berbekal pengalaman ke HHN tahun 2013 lalu, gue paham bahwa semakin kita menunjukkan ketakutan, kita akan semakin dikejar oleh para aktor hantu.

Masalahnya, Ayu tipe orang yang susah untuk menahan emosinya. Maka setiap kali masuk ruhan, dia selalu histeris.

Nggak terkecuali pas mau masuk ruhan ini. Ketika mulai jalan masuk, rombongan kita diikuti oleh si kakek-kakek yang makin lama makin mendekat… trus Ayu jejeritan! Jeritnya yang bener-bener “Aaaaaa!! Aaaaaa!!” Akibatnya, si kakek bener-bener NGEJAR Ayu. Apesnya, gue jalan persis di depan Ayu.

Akhirnya gue ikutan panik dan spontan ngebentak keras, “AYU! DIEM! Makin lo teriak, makin kita semua diikutin! Diem! Jangan teriak-teriak!!!!”

Akhirnya Ayu harus menelan teriakannya, mungkin sekaligus menelan airmatanya.

Ahahaha, maafin aku ya, bebih gurl. Namanya juga panik!

Anyways, Changi Hospital memang serem, dan para aktornya juga ngeselin to the max. Aktingnya bagus, dan mereka benar-benar lompat nyergap kita (walau tetep nggak boleh nyentuh, ya). Tapi Alhamdulillah—surprisingly!—Changi Hospital nggak seserem antisipasi gue.

Mungkin karena semakin lama kita keleleran di HHN, mental kita jadi semakin tertempa, makin hapal sama taktik nakut-nakutin para aktornya, dan jadi nggak terlalu kagetan. Bagus, deh!

Kelar dari Changi Hospital, kita menenangkan diri dulu dengan naik wahana-wahana andalan USS seperti The Mummy, Transformers, dan Puss in Boots. Hepi!

It was a pretty crowded night. Antrian Battlestar Galactica 100-150 menit aja, lhooo... sekian dan trims (needless to say, we skipped it).

DSCF5878
Ini ceritanya abis naik wahana 3D Transformer, ya, bukan ala-ala disko di Stadium jam 3 pagi!

WITCHES OF SALEM

Setelah naik beberapa wahana, kita lanjut masuk rumah hantu Witches of Salem. Untungnya, ruhan ini—menurut kita—lumayan garing. Kurang serem, dan terasa pendek. Mungkin karena faktor tema-nya, ya.

Setiap tahun, HHN memang selalu menampilkan rumah hantu yang bertema Asia, dan rumah hantu yang bertema Western. Masalahnya, ruhan yang bertema Western jadi hit-and-miss, karena mayoritas aktornya tetep berwajah Cina. Agak ilfil ‘kan liat penyihir-penyihir Salem—yang harusnya bule banget—ditampilkan oleh wajah-wajah Asia, hihihi.

MARCH OF THE DEAD

Dari ruhan Witches of Salem, kita foto-foto sebentar di area March of the Dead

Area ini sebenarnya scare zone juga, tapi konsepnya nggak dibuat seram atau menakut-nakuti. Idenya berdasarkan perayaan Dia de los Muertos (Day of the Dead) di Meksiko, and it’s so beautiful. Cocok buat foto-foto, apalagi di sini sama sekali nggak ada aktor dan gimmick serem-sereman. It’s a safe zone, yay!

DSCF5893

DSCF5896

DSCF5898

HAWKER CENTER MASSACRE

Setelah itu, kita mampir dulu ke toko suvenir, trus lanjut ke rumah hantu Hawker Center Massacre.

Nah, di titik sini, sebenernya rombongan udah pada nyerah. Seriously nyerah, karena pada letih jiwa dan raga. Umur nggak bisa bohong banget, ya.

Ami, Mira, dan Mawar angkat tangan dan bilang nggak bisa lanjut lagi. Walaupun tiket dan Express Pass mahal mereka sudah kukibarkan, mereka bener-bener udah nggak sanggup. Rugi, rugi deh.

Akhirnya, yang masuk ke rumah hantu ini cuma gue, Icha, dan Ayu.

Kalo dari sinopsisnya, tadinya gue kira Hawker Center Massacre bakal jadi rumah hantu tergaring di HHN 2016. Ceritanya, ada sebuah hawker center (alias pujasera—pusat jajanan serba ada—yang ada banyak banget di Singapura. Kalo di Jakarta, semacam Pertok Pondok Indah kali, ya).

Di hawker center ini, ada sebuah kedai makanan yang sangat populer. Trus, ada kedai lain yang sirik dengan kepopuleran kedai tersebut. Sehingga akhirnya kedai beken tersebut diracun pake limbah nuklir (or something…)

Eeh, ternyata akibatnya seluruh hawker canter ini malah terkontaminasi, dan para penjualnya berubah menjadi semaca zombie atau apa, lah, gitu.

It’s such a B-movie storyline.

Tapi siapa sangka siapa nyana? Ternyata Hawker Center Massacre menjadi ruhan favorit gue!

Pertama, mungkin karena nuansa ruhan ini lebih ke “fun” daripada skeri. Menurut gue, saking noraknya, malah jadi agak lucu. Kedua, karena rumah hantu ini agak luas dan langit-langitnya tinggi. Lokasinya berada di dalam semacam hanggar dan area dalamnya nggak terlalu dipepet, nggak kayak ruhan lainnya.

Hasilnya, suasananya jadi nggak sumuk dan claustrophobic.

Ketiga, karena tema dan setting-nya relatable untuk gue, dan detilnya bagus. Mirip hawker center beneran, lho. Misalnya, ada warung. Nah, isi warungnya dipenuhi dengan produk-produk otentik, mulai dari mi instan, sandal jepit, sampai kopi sasetan.

Selesai dari Hawker Center Massacre, kita bener-bener udah nggak kuat masuk ruhan manapun lagi. Terlalu capek jiwa raga! Padahal masih ada satu ruhan yang belum kita jajal, lho, yaitu Hu Li's Inn.

Intinya, ebes-ebes ini memutuskan untuk udahan…

… kecuali Icha.

Oke, gue akan cerita dulu tentang kawanku, si gadis halus berjiwa pawang setan ini.

Sejak pertama kali kita masuk rumah hantu bareng—yaitu Changi Hospital—Icha sama sekali nggak takut. Dia selalu jalan paling belakang. Dan ketika yang lain jalan sambil meluk pinggang atau mencengkram pundak teman di depannya, Icha jalan lenggang kangkung tanpa pernah megang siapa-siapa, nggak pernah merem, nggak pernah tutup kuping, dan kalo dikagetin aktor hantu, dia cuma cengengesan!!!

Kebayang, betapa gondoknya perasaan si aktor hantu.

Dan di akhir petualangan kita ini, Icha memutuskan mau masuk ke ruhan terakhir—Hu Li's Inn—sendirian. YA! SENDIRIAN! Berhubung teman-temannya udah pada terlalu lemez untuk masuk.

Ya ampuuun. Jadilah kita semua duduk-duduk keheranan, sementara Icha asyik masyuk ke ruhan tanpa temen-temennya. Trus, sempet-sempetnya colongan selfie di dalem, dan di-Whatssap ke kita.

Trus, karena tadi Icha datang terlambat dan ketinggalan masuk Body of Works bareng-bareng, dia pun masuk ke Body of Works sendirian juga. Iya, ruhan yang bikin Mawar ngompol itu!

Bucha, you are the real MVP.

***

Alhamdulillah, sekitar jam 1 malam, petualangan Halloween Horror Nights kita rampung sudah.

Dengan muka dekil, kaki ambyar, tapi hati gembira, kita pulang dari USS naik Uber, dan langsung tepar sesampai di hotel… kecuali Icha dan Mira yang lanjut makan nasi goreng di resto Arab halal seberang hotel. Gilaw!

Tips:
  • Kalo ada dananya, belilah HHN Express Pass. Antrian Halloween Horror Nights selalu menggila, and it’s nice to be able to skip those long lines. Apalagi kalo Anda-Anda sudah sejompo saya. Tanpa Express Pass, mungkin jadi nggak bisa ngejajal semua rumah hantu yang ada dalam satu malam, entah karena udah terlalu malam, atau udah terlalu capek (ngantri).
  • Kalo nggak mau beli HHN Express Pass, datanglah se-early mungkin (jam 7 malam udah stenbe), dan usahakan datang selain hari Sabtu.
  • Isi perut dulu sebelum masuk. Selain supaya nggak lemes, juga karena harga makanan di dalam USS mahal-mahal.
  • Pake baju dan alas kaki yang nyaman. Walaupun HHN diadakan di malam hari, hawanya tetep akan gerah dan sumuk.
  • Pahami bahwa para aktor hantu di HHN nggak akan pernah nyentuh pengunjung, tapi mereka bisa nyaris-nyentuh (jarak 2-3 senti dari kulit kita), ngejar, berteriak, ngagetin, dan membuat very deep eye contacts dengan kita.
  • Semakin kita histeris, semakin kita jadi sasaran empuk para aktor hantu.
  • My go-to tips: pas di dalam rumah hantu, jangan terus-terusan nunduk. Open your eyes wide, lihat ke kemana-mana, dan cari “hantu” di depan ngumpet di mana (nggak susah, kok, dicarinya). Jadi supaya kita nggak kaget, dan kemungkinan mereka ngagetin kita juga jadi kecil (ingat, mereka lebih suka ngagetin pengunjung yang nggak aware).
 See you next year!

DSCF5899

4 comments:

ratri purwani said...

Memang jiwa ini nggak sanggup ber-gory dan ber-ootd,horror ria (tapi GoT teteup dipantengin), tapi ngbacanya ikut geregetan karena seruuuu. Eiya btw napsir tampilan baru blognya deh, kak Lei. Headernya apalagih!

Jane Reggievia said...

Pertama-tama... tampilan blog-nya cakeps, Mba Lei! Menyambut tahun 2017 yang akan datang yah? :D

Aku pikir part 2 nya macam tahun lalu, yang penuh foto-foto dan penampakan yang bikin aku harus ngescrolling sambil menjauhkan pandangan supaya nggak terkejut. Ternyata yang ini amannn, walaupun bacanya sambil deg-degan juga, apalagi Mbak Icha yang superb sekali masuk ruhan sendirian *ikutan Mba Mawar ngompol*

prin_theth said...

Aaaa terimakaciii :-* Eiya, HHN seru kok! Dibandingkan 2013, aku lebih berani tahun ini #sombong :D

prin_theth said...

Hihihi iya nih, serba baru, termasuk tampilan blog uhuyyy. Thanks ya Jane!

Foto-foto penampakan di blog post HHN 2013 pun juga 'kan sebenernya nyomot dari blog orang lain ya. Kalo aku sendiri sih tiada mungkin berani motret-motret yang serem-serem se-klos-ap itu hahaha

Post a Comment