Jun 11, 2016

Stereotype Schmereotype

I will never trade my nationality for anything, but sometimes, I'm embarassed for Indonesians. Pola pikir orang-orangnya suka bikin malu! 

Pasti udah pada tau kasus ini lah, ya.

Tapi minggu lalu, gue juga baca headline berita yang—bagi gue—nggak kalah mengganggu.

Di ujian seleksi masuk perguruan tinggi Indonesia (buat yang lahir di jaman Sipenmaru, UMPTN, dan SPMB, sekarang namanya SBMPTN ya, kak...), kalo calon mahasiswanya mau masuk jurusan spesifik seperti Seni Tari atau Seni Musik, skill mereka akan di-tes dulu lewat ujian praktik. Jadi nggak cuma harus ujian pengetahuan dasar tertulis.

Dua minggu lalu, pas ujian keterampilan di Semarang, ada penguji nanya pertanyaan ini ke seorang peserta ujian tari cowok.

dari Okezone.com

Maybe it's my hormones, tapi pertanyaan ini bikin gue eneg, deh. Memangnya etis ya, penguji nanya hal seperti ini ke peserta ujian? Apa hubungannya sama kemampuan dan teknis nari dia? Lah, pengujinya sendiri penari-penari cowok juga bukan?

Maksudnya sang penguji mau ngasih pertanyaan yang menguji mental peserta ujian, ya? UJIAN TARI APA OSPEK, PAK?

Pengen nanya balik nggak, sih, "Bapak nggak takut industri seni di Indonesia makin mundur, gara-gara pertanyaan Bapak gini?"

And my last and most important question, kalo anak itu memang gay, apa pengaruhnya sama teknik tari dan penerimaan dia di perguruan tinggi?

Selama ada diversity di umat manusia, stereotipe negatif dan parnoisme emang pasti selalu ada, sih :(

Bicara soal stereotipe, udah nonton ini?

Good job, Hijup :)

13 comments:

Anonymous said...

Terharu ih liat videonya. Makasih kak udah sharing.
Smoga Indonesia lebih punya banyak orang kayak Mbak Diajeng (dan sang suami), Mbak DP (tapi versi yg ga terlalu selfie2, ups stereotip lagiih :( ), dan kak laila yg deep thinker nasionalis tapi tak cinta buta...

prin_theth said...

Sama-samaaa... aamiin, buat harapannya. Makasih ya! :D

Fradita Wanda Sari said...

Duh kak, di sekitar aku banyak bgt orang yg picik2 gitu sedih :(
Ini baru berdebat sama Mama soal kasus Ibu Warteg dan Mamaku tipe yg pro ada razia. Sumpah aku gak ngerti jalan pikirannya :( Teman2 aku jaman kuliah yg jauh lebih muda aja masih banyak yg protes kalo dia lg puasa trus ada yg makan di depan dia, like seriously?? Gak bisa lebih defensif lg apa ya :(

Ps, maaf jadi ngomel2 di sini haha.

Anin said...

Lailaaa...aku kok mewek yah liat videonyaaaa...:(( apakah karena hormon?? apa karena gue cinta banget sama Indonesia?
Gue yakin Indonesia udah punya banyak orang-orang seperti mbak-mbak ini. Mudah-mudahan di era sosial media ini makin banyak yang 'muncul' dan menginspirasi lebih banyak orang lagi.

Unknown said...

Nonton videonya dan berkaca-kaca. Aku Non Muslim, tapi aku setuju sama video ini. Bahwa tidak adil adanya saat membuat batasan-batasan karena pilihan hidup seseorang. Tuhan tidak buta untuk tahu niat baik umatnya. Apalah hak manusia yang kecil ini untuk memberikan penghakiman yang seolah-olah paling benar. huhuhu

farah said...

Mungkin Mbak harus lihat suatu pemberitaan secara berimbang, tidak terprovokasi media sehingga tidak cek ricek dengan Perda setempat. Larangan berjualan pada siang hari merupakan larangan dalam Perda kota Serang. Layaknya larangan beraktivitas di Bali saat merayakan Nyepi. Mungkin sbg warga Jakarta yg tidak mengetahui aturan tsb kita gusar dan marah. Namun, apabila ditanyakan kepada warganya yang taat hukum, tentu paham dan menyadari konsekuensi dari aturan tsb.Mari hargai Perda masing-masing kota dan tidak mudah terprovokasi yang hanya menyebabkan perpecahan bangsa.

prin_theth said...

Hai Farah,

Justru itu akarnya. Kenapa harus ada Perda demikian? Toleransi terhadap org puasa? Gimana dengan toleransi terhadap orang yang NGGAK puasa dan mencari nafkah? Subyektif sekali kan.

Saya pribadi, kalo lagi puasa, trus ngeliat orang jualan makanan, nggak akan marah apalagi tergoda, lah. Moso iman saya lemah banget? Mbak Farah tergoda nggak?

Perda itu buatan manusia. Bukan buatan Tuhan. Kalo aplikasi dan penegakannya sampe dirasa nggak manusiawi, sah aja diprotes. Perda memang diciptakan supaya masyarakat hidup teratur (hmmm masa siiih), tapi jangan konformitas dengan buta ke pemerintah juga lah... Sama-sama telaah terus.

Dan ternyata ratusan warga Indonesia merasakan hal yang sama, sampe di Ibu itu sekarang jadi jutawan ya :')

Thank you Farah

prin_theth said...

Betuul, makasih ya mandara :)

prin_theth said...

Aamiin... menginspirasi kayak lo dan gue gini lah! :D

Anonymous said...

Saya tidak paham dengan filosofi terkait pembentukan Perda tsb, mungkin lembaga legislatif disana lebih paham dengan kebutuhan warga masyarakatnya.
Justru saya concern ke pemberitaan media yang "lebay", tidak proporsional. Indonesia adalah Negara Hukum, setuju?
Setiap kriminal yang melanggar hukum, harus dihukum sesuai porsinya, setuju?

Tapi caranya mungkin yang tidak pas. Perda adalah buatan manusia yang berlaku di daerah tertentu. Apabila Perda dirasakan sudah tidak bisa "adil", masyarakat bisa mengajukan gugatan ke PTUN. Tidak sulit.

Namun, perlu ditelaah juga..mungkinkah yang menyikapi secara sinis pemberitaan dan peristiwa tersebut adalah warga non-Serang?

Semoga kita tidak tergiring opini yang menyesatkan.

Thank you Laila.

prin_theth said...

Hai Farah,

1. Warna Serang setuju?? *gasp*

2. Saya setuju kok, hukum harus ditegakkan, apalagi kalau basisnya kuat dan rasional. Saya setuju waktu Kalijodo dan perumahan kumuh lainnya di Jakarta digusur.

Nah, pemberitaan yang lebay seringkali merupakan hasil dari tindakan yang lebay juga.

Apa iya, aparat harus langsung menyita makanan si ibu begitu? Apakah ini pelanggaran si ibu yang kesekian kali? Atau baru first warning? Wah, first warning aja udah begitu ya.

Mungkin kalau "penegakan hukum" tersebut dilakukan dengan nggak lebay juga, reaksi media dan masyarakat juga nggak akan sekeras ini.

Kalau Farah tidak suka dengan pemberitaan yang "lebay", you can always shut the TV off. Lalu melanjutkan hidup dengan tenang. Tapi gimana dengan si ibu tersebut? Dan pedagang-pedagang kecil lainnya?

Dan isu hukum "dilarang jual makanan selama puasa" ini sudah panas sejak lama sekali, lho. Salah satu "peraturan" yang pro-kontra banget.

Dengan adanya video tersebut, wajar kalau sebagian masyarakat marah, khususnya masyarakat Jakarta, yang lbh "kritis" terhadap pemerintah, dalam artian positif maupun negatif. Masyarakat pun jadi makin nggak simpati dengan hukum tersebut. Bad PR move for Perda.

Terimakasih Farah.

winkthink said...

Halo mbak Lei...blog ini salah satu blog yang nunjukin, kalau saya teh ternyata belum se-adil dan seterbuka yang saya sangka.
Banyaa..kkk banget materi di blog ini yang buka mata saya.
Terus menulis ya mbak..terutama masalah-masalah yang menurut orang jelas banget hitam putihnya...somehow you manage to show me, that's not always the case (saya setuju dengan tanggapan mbak soal Serang di comment).
Bener, suka pegel ketemu orang-orang yang pola pikirnya masih cupet, tapiii..setiap aku ketemu tulisan yang seperti di blog mbak Lei, aku optimis...Indonesia gak bakal begini terus :) Akuh nge-fans beurad sama tulisan dan ide-ide darimu :">

prin_theth said...

Kakak, terimakasiiiiih banyak banget ya atas komen ini. Bener-bener moodbooster. Aku hargai banget pandangan kamu, termasuk buat aku :-* Aku juga optimis lah, bareng-bareng kita bisa menuju ke arah Indonesia yang lbh kece. Hahaha apaan sih ini gombal banget... :D

Thank youuu

Post a Comment