Sep 21, 2015

Travelling Tips with Toddler (1)

IMG_0298

Alhamdulillah, sejauh ini, Raya lumayan sering dapet kesempatan plesir. Nggak sia-sia anaknya punya tanda lahir di kaki! *nambahin tanda lahir di kaki lagi pake spidol permanen*

Jalan-jalannya domestik aja, sih. Paling jauh juga ke Singapura. Tapi lumayan buat nambah-nambahin pengalaman hidup (duilee…), baik untuk Raya maupun orangtuanya.

Nah, gue ‘kan suka post foto jalan-jalannya Raya di media sosial ya, dan kadang ada yang nyaut, “Ceritain di blog dong, Mbak!”

Dulu, gue memang rajin nulis trip report di blog. Sekarang, I wish I can. Walaupun nggak ada yang baca pun, I really wish I can.

Masalahnyaaaa, sudah beberapa bulan terakhir ini gue meninggalkan titel IRTku tercinta (CRY!) dan berganti status menjadi working mom. Alhasil, gue udah nggak ada waktu untuk bikin postingan trip reports yang poanjang dan epic lagi kayak dulu. Nge-blog biasa aja udah susah. Huhuhu, maaf ya pemirsa…

*padahal nggak ada yang keberatan*
*apalagi baca*

Jadi, kisah yalan-yalannya Raya hanya bisa gue share lewat sekelumit postingan berbentuk lain selain full trip report. Contohnya seperti ini, dalam bentuk artikel tips.

Yaaas! Ceritanya kali ini gue mau bagi-bagi tips bepergian sama anak, berdasarkan pengalaman pribadi. Uhuuy... Siapa tau ada yang berguna bagi ebes-ebes sekalian, ya.

IMG_4462

A little advice in reading the following tips:

a. Setiap kali menerima tips—termasuk yang akan gue share ini—nggak boleh ditelen bulet-bulet, lho. Selalu sesuaikan dengan sikon masing-masing. Soalnya, metode dan pandangan parenting tuh sangat subyektif dan personal.

So take these tips—and ANY other tips—with a grain of salt. Maksudnya, sesuaikan sama sikon masing-masing, gitu. Bukan makan tipsnya pake garem, lho, bunda! Bunda laperan deh...

b. Tips-tips berikut ini berdasarkan pengalaman travelling gue bersama Raya saat ia berumur 2 sampai 3 tahun, udah sekolah, dan udah toilet-trained. Anaknya susah makan, dan gampang tidur.

Sebagai tambahan, Raya selalu travelling dengan orangtuanya saja, tanpa mbak, dengan gaya “koper”, bukan “ransel”. “Koper”-nya juga standar-standar aja, yang pasti bukan bergaya koper Rimowa. Bukannya nggak mau. I love kemewahan, but kemewahan doesn’t love me, gimana dong :(

Ar yu redih?

PART 1: PLANNING THE TRIP

#1. Buat itinerary atau agenda yang “longgar”

Prinsipnya, kalo travelling sama anak, mendingan bikin agenda yang terlalu longgar daripada terlalu padat.

Alasannya, ada dua. Pertama, kita harus sisakan banyak waktu untuk kejadian-kejadian di luar dugaan. Kedua, kalo itinerary kita longgar trus ujung-ujungnya bengong nggak tau mau ngapain, selalu gampang nyari something to do with kids, kok. Agenda ngasih makan bebek di danau aja bikin bocah hepi. Ketimbang harus kebirit-birit karena itinerary kita kelewat padat?

#2. Buat itinerary disaat kita lagi capek berat

Saat trip planning, biasanya kita terlalu bersemangat merancang agenda. Meskipun niatnya dilonggar-longgarin (sesuai prinsip tips #1), hasil rancangan itinerary kita ujung-ujungnya tetep padet.

Tipsnya, kalo mau bikin agenda jalan-jalan, bikinlah disaat kita lagi capek berat. Misalnya, ketika lagi ngantuk dan lemes pulang kantor.

Kalo kita merancang itinerary disaat lagi capek, kita jadi nggak napsu ngebayangin jalan-jalan dengan agenda padat. Otomatis, kita jadi cenderung bikin itinerary yang santai.

#3. Pilihan lainnya, nggak usah bikin itinerary, melainkan daftar pilihan things to do

Dulu, setiap mau liburan, gue mustik banget bikin itinerary super detil, sampe-sampe tujuannya nyaru. Ini mau plesir atau nyerang negara orang? Ambisius amat kayak mau perang?

Setelah punya anak, gue lebih sering bikin daftar pilihan things to do. Sesampainya di tempat tujuan, gue tinggal pilih, mau datengin tempat yang mana dan kapan. Sesuai mood disana aja, lah.

#4. Kalo anak masih berumur dibawah 3 taun, jangan terlalu terpaku cari "kids-friendly places"

Menurut gue, sebagai orang dewasa, travelling bareng anak sebelum dia berumur 3 tahun, tuh, nikmat banget. Soalnya, kita masih bisa egois.

Maksudnya, kita belum wajib mengunjungi tempat yang "anak-anak banget"—seperti playground dan theme park—saat liburan, soalnya anak belom (terlalu) butuh. Apalagi kalo anaknya masih dibawah setaun. Beuuh, dibawa nemenin ibunya shopping seharian juga nggak protes. So, go crazy! Visit that museum! Shop all day! Go watch that gay parade! #eh

IMG_8570

Nah, kalo anak udah berumur 2 sampai 3 taun, sebenernya masih bisa dibawa ke tempat-tempat adults, sih, asalkan kitanya interaktif—semangat ngajak mereka ngobrol, point out to interesting stuff, atau main permainan-permainan kecil seperti I Spy With My Little Eye. The world is their playground, kok.

Lagian, gue nggak pernah suka kalo orangtua menjadi “budak” anak. Apa-apa yang penting anak hepi. The parents need to be happy too, you know?

(beda halnya kalo sang orangtua punya minat yang sama dengan anak. Misalnya, gue 'kan suka banget sama theme park, jadi gue dengan senang hati main di theme park seharian sama Raya)

PART 2: PACKING

#5. You can travel light, but you don’t have to!

Dalam setiap artikel bepergian yang pernah gue baca, kayaknya light travelling, tuh, diagungkan sekali, ya? Memang banyak keuntungannya, sih, but guess what? I can’t do light travelling! And I don’t want to!

Menurut gue, sih, terserah aja mau light atau heavy travelling, yang penting sadar sama konsekuensinya masing-masing.

#6. Ini preferensi pribadi, sih, tetapi saat bepergian bareng anak, I don't put on any makeup

Saat travelling, gue nggak pernah dandan, bahkan sekedar pake bedak atau maskara pun. Pernah nyoba, sih, tapi muka dan hati malah jadi gerah. Alis keringetan (lalu luntur). Trus gerak-gerik gue jadi nggak bebas, mak. Takut lipstik kepeper anak lah, jadi nggak bebas lap-lap muka kalo keringetan lah. De es be.

Jaman pra-anak, gue masih bisa berprinsip pretty over comfort. Sekarang? Comfort all de veeey...

#7. Saat travelling, yang wajib ada di dalam tas Raya adalah...

tisu basah,
tisu kering,
2 set baju ganti,
2 celana dalam,
kantong plastik,
handuk kecil,
sanitizer,
botol pipis (botol untuk nampung pipis, jaga-jaga kalo Raya kebelet di jalan dan susah cari toilet),
toilet seat lipat yang portable. Yang terakhir ini, nggak selalu gue bawa.

Dah, begitu aja. Thok.

Gue jarang banget bawa mainan, buku anak dan sebagainya, karena gue kepengen Raya bisa menghibur dirinya sendiri kalo kebosenan. Pengennya punya prinsip, “Look around, kid. The world is your playground!” gitu, lhooo…

IMG_5970

IMO, skill menghibur diri sendiri dan dealing with boredom ini adalah skill yang sangat penting dimiliki oleh toddler, lho. Jangan musti dihibur melulu, ah.

Untungnya, anak gue suka sekali ngobrol! Jadi walaupun nggak bawa mainan, asal guenya kuat ngemeng berjam-jam kayak tukang obat, aman deh *pijetin bibir*

#8. Antisipasikan pet peeve

Pet peeve adalah sesuatu yang mengganggu elo banget.

Contohnya, bagi beberapa orang, pet peeve mereka adalah makanan. Kalo travelling, mereka khawatir nggak cocok sama makanan di tempat tujuan. Solusinya, harus bawa beras, abon, teri, sambel, dan sebagainya.

Nah, pet peeve gue adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan baju!

Pertama, gue nggak bisa banget jalan-jalan pake baju dan jilbab kusut. Hati ini suka jadi ikutan kusut, bun. Hiks.

Solusinya, sebelum booking hotel, gue selalu ngecek, apakah kamar hotel gue menyediakan setrikaan? Kalo nggak, gue bawa sendiri. Koper jadi berat, dong? Iya, tapi inilah resiko gue mengatasi pet peeve gue.

Gue juga paling nggak suka numpuk baju kotor. Bawaannya eneg ngeliat tumpukan baju berkeringet. Jadi, sebelum berangkat, gue selalu riset dulu tentang fasilitas laundry, entah laundry di hotel ataupun laundromat deket hotel. Kalo nyari Airbnb juga sukanya nyari yang nyediain washer/dryer.

Gue paling hepi di Bali, karena disana 'kan banyak laundry kiloan murmer. Pake disetrikain pula. Ahhh, the perks of a third world country, ya, apa-apa dilayanin. Alhasil, tiap dua hari sekali, gue nyuci baju sekeluarga, lho, hihihi.

So, handle your pet peeve before you go!

IMG_3899

#9. Bawa pospak, walaupun Raya udah toilet-trained

Raya udah toilet-trained, jadi dia sehari-hari pake celana dalam biasa, bukan pospak (popok sekali pakai). TAPI, kalau travelling, gue cuma bawa pospak dan nggak bawa celana dalam sama sekali. Kenapa? Karena akan mengurangi beban luggage.

Kalau pospak ‘kan abis pake dibuang, jadi lama-lama mengurangi isi koper. Kalo celana dalam, nggak bisa dibuang. Harus dicuci pula.

Selain itu, Raya belum jago-jago amat nahan kebelet, sementara ibunya payah, nggak rutin cari toilet 1-2 jam sekali. Kalo kebelet banget, kadang do’i ngecrit di celana. Kalo pake pospak, aman aja ‘kan.

Kerugiannya ada dua. Pertama, Raya kadang jadi bingung. “Raya udah gede, kok pake pampers?” Untungnya, dia nggak pipis di pospak, sih. Tetep minta ke toilet.

Kedua, kurang ramah lingkungan ya, ceu...

(to be continued...)

18 comments:

Unknown said...

ahhh mbak leii, kangen banget postingan Liburan nyaa yang lengkap. Aku follow IG nya, sering jalan2 tapi tiap hari nungguin d blog, gak di posting-posting, ternyata skrg udah kembali kerja lagi ya..huhuhu...

Unknown said...

Tips bikin itinerary waktu kecapekan kayaknya harus dicoba. :D

Intan Novriza Kamala Sari said...

Lekas ada "continue"nya dongs kakak, seru nih. Bacanya sambil ngikik-ngikik xD

Anonymous said...

wawww kakaaakkk...kamu kan gak pake make up aja memang sudah keceeh hihihi, sudah paripurna. Eimsss kalo bawa bocah emang kudu ringkes tapi lengkap (packing bisa dari dua minggu sebelum pergi, tapi harus bisa juga packing dlm waktu satu jam). anakku yang pertama 2 taun blm toilet training dan yang kedua baru akan MPASI *sutres tiap packing

Terimakasih btw tipsnya akan kupraktekan terutama bagian : " dealing with boredom ini adalah skill yang sangat penting dimiliki oleh toddler, lho. Jangan musti dihibur melulu, ah."

prin_theth said...

Iyaaa betul sekaliii... aduuuh jadi merasa bersalah huk huk huk :(

prin_theth said...

Iyaaa, cobain deh Mas Dani, lumayan meredam hawa nafsu dan ambisi mepet-mepetin jadwal hihi

prin_theth said...

Siappp :))

prin_theth said...

Ah, gombaaal. Kece-an kamu, aaah *bales-balesan muji ala di Instagram* Gileee, kombo banget ya anak blm toilet trained plus mau MPASI. Anak MPASI adalah periode terhoror untuk travelling sih buatku ihihihi *komen nggak membantu* Semangat ya, bunda!

Tiwul said...

Gue juga jarang bawa mainan, Lei. Tapi (hampir selalu) bawa iPad ato at least smartphone, hahaha! Jd kalo bibir capek ngomong dan kaki udah gemeteran abis ngejar2 toddler, bisa istirahat dikit. Kan tujuan utama vakasyen! Dan anak gue suka males makan kalo lagi liburan, tapi kalo sambil nonton iPad paling ngga mau disuapin (Forget about Bringing Up Bebe! Food is not a battle I want to pick, as long as he eats. Hehehe.)

prin_theth said...

Iyaak banget! Food is also NOT a battle I want to pick haha. Kalo anaknya nggak mau makan, ya udah deh terserah :D

Raya short attention-span, jadi nggak bisa nonton film trus nggak betah berlama-lama main gadget. Hal ini mungkin bisa (sok) dibanggakan ya, but on the other hand, gue jadi nggak punya pacifier buat anak gue when I really need it (misalnya, pas anak rewel padahal harus antri imigrasi di bandara... atau pas makan...), zzzz

Unknown said...

mbak Lei, salam kenal sebelumnya..selalu setia jadi silent reader yang hobi baca entry blog mbak Lei bolak-balik terutama kalo lagi senggang bener dan belum ada entry baru. ehehehe..

selamat untuk kerjaan barunya ya mbak Lei, dan tetap semangat memberi inspirasi untuk ibu2 newbie macam diriku ini..

btw, suka dan setuju banget sama statement The parents need to be happy too, you know?, prinsip masker oksigen mbak Lei juga jadi pegangan utama, ibu hepi anak hepi.


vee~and~me said...

ya ampuunnn... sama! kalo masalah anak gak mau makan aku nyeraahh!!!

Anonymous said...

Ebes = Bapak.
Emes = Ibu, jadi kalo Ibu Ibu = Emes Emes

prin_theth said...

Ciyeee, salah niyeee...
Ebes = ibu.

Unknown said...

bagi2 dong, IG nya?

© Ayu Samsudin said...

Haiiii ibuk! Aku setujuuu sekali dengan kalimat ini nih: "Lagian, gue nggak pernah suka kalo orangtua menjadi “budak” anak. Apa-apa yang penting anak hepi. The parents need to be happy too, you know?"

Yaaa menurut ngana aja sih kali emaknya uring-uringan siapa yang pertama kali kena semprot kalo bukan anak. Ye gak? I feel youuu banget mbaleiii....

Btw, kerja nih sekarang? Nggak bisa curi2 curhat session pas brunch time lagi dooong...ah!

Anyway, sukses ya shaaayyy biar makin banyak duit makin sering yalan-yalan yaaaah.

Salam buat Raya ya La :D :D :D

osi menoadji said...

gw pernah nyobain nih bikin itinerary waktu capek bgt dan hasilnya malah "ah gak usah lah kita pergi liburan, goler2 aja di rumah" ahahaha

Unknown said...

Bulan agustus lalu Lei,kami sekeluarga road trip ke Jogja...tanpa agenda apapun,pkok nyampe ke jogja dulu...bekel maenan,dvd,makanan udah kaya maw perang akhir jaman....semua terhandle dgn baik even the boredom...aku bs atasi..yg bkin aku rasanya maw nangis adalaaaah sampe dsana pada ga maw makan Lei...cm masuk kentang goreng kaefsi doank itupun bbrp biji...3'kali dalam 5 hari..dan susu kotak...aku stres...
Tolong donk bikin tips supaya jd Ibuk Sante While Travelling...pliis

Post a Comment