Sep 5, 2015

Meja Makan 01 - Saidjah & Adinda (part 2)


Setibanya di venue Meja Makan 01—Coworkinc di daerah Kemang—gue disambut oleh hawa syahdu-syahdu santai yang nggak ada di Coworkinc sehari-harinya. Oleh Eugenio, Coworkinc disulap menjadi seperti lounge dengan nuansa lokal. Pencahayaan remang-remang, wangi sedap malam semerbak, musik tempo dulu mengalun dari meja DJ, orang mondar-mandir dengan pakaian bernuansa etnik Indonesia.

IMG_8942

IMG_8951

IMG_8965

IMG_8959

IMG_8967

Eugenio nggak cuma mendesain venue secara visual, tetapi juga secara sense dan smell. Ini mungkin perumpaan yang aneh, ya, but I felt like stepping into an akad nikah venuenpeaceful, sedikit sakral, Indonesia. Jadi pengen akad nikah lagi, deh! #lho

IMG_8952

IMG_8978

IMG_8981

Karya-karya Utay dipajang dimana-mana, tapi utamanya di main wall sebuah ruangan yang disulap menjadi ruangan makan. Bentuk karya-karyanya khas Utay banget, yaitu goresan-goresan kuas cat air, yang “menceritakan” kembali kisah Saidjah & Adinda lewat portrait sketch dan kutipan novelnya sendiri.

IMG_8954

IMG_8957

IMG_8961

Tamu juga disambut oleh Kombucha shots, yang walaupun dihadirkan dengan lemon a la tequila, enakan ditenggak tanpa lemonnya. Deuh, belum apa-apa udah sihat banget ya, sis… *nyari Coca-Cola*

IMG_8963

Kemudian, di meja penyambut, gue disuruh ngambil sebuah nomor secara random lalu mengenakan name tag. Oh, oh, ape nih?

Ternyata nomor yang harus diambil random oleh para tamu ini adalah nomor tempat duduk kami.

Meja Makan 01 ‘kan acara sit-down dinner, tentunya ada pengaturan tempat duduk. Kenapa harus pake ambil nomer dulu? Karena pengaturan tempat duduknya sengaja diacak. Para tamu harus duduk berdampingan dengan strangers, sesuai dengan nomor yang diambil acak tadi, agar kami berbaur dan memperluas pergaulan.

Inilah kenapa kami juga harus pake name tag.

ARE YOU EFFIN’ KIDDING ME.

Jadi yah pemirsa, FYI, gue adalah seorang introvert. Mungkin bukan introvert parah, tapi definitely introvert. Gue 1000x merasa lebih nyaman sendirian, nggak pernah merasa perlu banyak teman, dan sudah pasti nggak nyaman kenalan sama orang baru. Setiap bergabung atau hadir di sebuah komunitas baru, awalnya gue selalu dicap anak sombong bin judes, karena nggak pernah kenalan duluan. Ngobrol sama temen deket aja gue perlu usaha buat berkonsentrasi untuk jangka waktu lama, sebelum akhirnya ngantuk.

Introverts unggul di banyak bidang, tapi bukan di bidang bergaul. Mingling—especially with strangers—sucks the life out of introverts.

Maka begitu gue ditodong dengan konsep mingling with strangers begini, tentu saja gue langsung pengen pulang lagi. Yang bikin tambah anyep adalah karena gue datang sendirian dan bukan merupakan bagian dari “geng startup/Coworkinc” maupun “geng healthy living” (disengaja ataupun tidak, gue perhatikan, dua geng inilah yang mendominasi populasi tamu). Jadi gue nyaris nggak kenal siapa-siapa, kecuali segelintir orang yang sekedar kenal-kenal begitu aja, dan orang-orang yang mukanya hanya familiar di media sosial.

Jadilah, sebelum acara dimulai, sementara tamu-tamu lain pada bercengkrama akrab, gue cuma bisa bermain biola dengan para jangkrik. Krik… krik… krik…

IMG_8944

IMG_8973

IMG_8969

Untungnya, nih, gue bawa kamera, dan kamera kesayanganku ini lumayan menyelamatkan gue dari awkwardness. Maka sementara yang lain pada ngobrol atau mondar-mandir, gue hanya bisa motret. Segala macem objek nggak penting gue potret. Kalo ada tai cicak di lantai juga mungkin gue potret.

Gue pengen, deh, sekali-kali ada acara kekinian yang memikirkan kenyamanan kaum introverts. Formatnya jangan yang musti membaur mulu. Plis jangan paksa kami bersosialisasi, berkolaborasi, dan bersinergi. Let us come in our cardboard boxes!

Oya, gue cerita dikit soal sistem undangan Meja Makan 01, ya.

Jadiii, acara ini sebenernya rada eksklusif. Nyaris nggak terbuka untuk umum. Kapasitas meja makannya hanya untuk 25 orang, sehingga masing-masing Ayi, Utay dan Eugenio harus memilih orang-orang yang “tepat” untuk diundang.

Meskipun gue adalah orang paling nggak-hipster, nggak-startup, nggak-foodie, dan nggak-healthyliving sedunia, kata Ayi gue diundang karena blog gue, which she and Utay found interesting (ciyee…). Warbiyasak. Makasih ya, blog. Tapi lain kali tolong buka pintu kesempatan supaya gue bisa ke Amerika gratis. Kalo nggak, ame-tuti atau ame-yanti juga nggak papa, biar rame.

Tapi seperti yang tadi gue sempet sebut, disengaja ataupun tidak, tampaknya ada dua geng yang mendominasi populasi tamu, yaitu “geng startup/Coworkinc” maupun “geng healthy living” dari umur-umur yang kurleb sebaya. Ya, nggak apa-apa, sih. Tapi kalo konsepnya adalah mingling, coba adonan tamunya diberi unsur-unsur masyarakat yang lebih variatif. Mungkin bisa undang anak STM atau maling.

Nggak enak juga bagi outsider (baca: gue) kalo tamunya ternyata mayoritas dari clique yang sama *CURCOOOL*

Anyways, kegaringan gue lumayan terselamatkan ketika Utay akhirnya nyadar ada seonggok makhluk kasian tanpa teman di pojokan (baca: gue). Maka gue diseret ke seseorang, dan disuruh kenalan, karena kami “sama-sama blogger.”

“Blogger” yang dikenalin ke gue itu ternyata adalah Rahne yang beken, someone I’ve heard about for a million times. Hai, Rahne, thanks for saving me from awkwardness! :D Akhirnya kami ngobrol-ngobrol (yang Alhamdulillah nggak garing), sebelum akhirnya acara di mulai.

Acara dimulai dengan kata-kata sambutan ala-ala peresmian pejabat oleh founder Coworkinc—the super energetic, super visionary Mas Dian—dan tentunya oleh trio Ayi, Utay, Eugenio.

IMG_8987

IMG_8994

IMG_8997

Momen ini sebenernya gue sayangkan.

Saidjah & Adinda adalah konsep yang sangat kuat, tapi di sesi penyambutan resmi ini, Utay (dan Ayi dan Eugene) menjelaskan konsep Saidjah & Adinda dengan terpotong-potong, setengah becanda dan santay-santay anak gawol getho, lhoh. Kurang sistematis. Mungkin maksudnya untuk menenangkan rasa nerfes, ya, sehingga penyampaiannya dibikin santai. Tapi akibatnya, latar belakang Maja Makan 01 yang sangat kuat ini kurang nyampe.

Padahal kisah dan pesan politik Saidjah & Adinda adalah daya tarik utama (if not satu-satunya) Meja Makan 01. Bagi para tamu yang belum sempet googling tentang Max Havelaar sebelum mendarat di Coworkinc, pasti nggak nangkep essence kisah dan hubungannya dengan Meja Makan 01.

Enivei, setelah itu, kami duduk di assigned table masing-masing untuk menunggu makanan dihidangkan.

IMG_9000

IMG_8999

As “lucky” as I was, gue duduk bersebelahan dengan Mas Dian, founder dari Coworkinc. You see, Mas Dian adalah orang yang pintar, sangat bersemangat dan visionary. He is one heck of a personality and definitely the life of the party! However, he’s also an alpha. Ini artinya kehadirannya selalu terasa mendominasi, bicaranya keras, selalu menjadi pusat perhatian, dan—sejujurnya—agak mengintimidasi bagi introvert-introvert layu macam gue.

IMG_9010

Setiap kali berhadapan dengan seorang alpha, gue yang beta ini biasanya cuma bisa a-i-u-e-o dengan suara tikus. Gue berusaha banget membangun sebuah percakapan yang engaging dengan Mas Dian, karena otak gue memang pengen ngobrolin banyak hal, tapi prakteknya… gue cuma bisa bengong. Graaahhh!

Untungnya, yang duduk di sebelah kanan gue adalah seorang perempuan manis yang profesinya sama dengan gue. Jadi sejak awal kenalan, kami sudah punya something in common. We had nice, light, comfortable conversations, and I’m thankful for her presence. Hai, Fryza!

Sayangnya, kesantaian gue langsung sirna, ketika si charming Sean Bunjamin ucluk-ucluk datang dan duduk depan gue. Bagaikan ABG ketemu sama Al Ghazali, gue pun kembali terkaku-kaku. Setiap kali dia nanya sesuatu, respon gue hanyalah “Hgryztsklgh…”

IMG_9013

Terkutuklah kau, wahai sistem duduk random! I wanna go back to my cave!

***

Nggak lama kemudian, makanan mulai keluar.

First up, appetizer. Yang pertama dihidangkan adalah Soto Badur yang bahan-bahannya antara lain jamur panggang, sorghum (sejenis cereal), dan lobak. Soto ini sebenernya terinspirasi dari Soto Bandung—Badur dan Bandung ‘kan sama-sama di Jawa Barat ya, bok—jadi bentuk dan rasa-rasanya juga serupa. Bedanya, Soto Badur ini ada sentuhan Jepangnya dalam bentuk lobak dingin dan kuah kaldu yang juga dingin.

IMG_9005

Sepengalaman gue, appetizer memang nggak pernah terlalu menggebrak, supaya nggak "ngalahin" main course-nya. Tapi kalo boleh jujur, bagi gue Soto Badur ini super underwhelming. Hampir nggak ada rasanya sama sekali. Dan walaupun gue suka soba dingin ala Jepang, I couldn’t appreciate the cold sensation of this dish. Sayang, ya, secara ini hidangan pertama dari sebuah rangkaian dinner yang ditunggu-tunggu. Jadinya nggak ngasih gue kesan pertama yang baik.

Appetizer berikutnya udah berciri khas Betawi, sesuai dengan jalur perjalanan Saidjah ke Batavia, yaitu Rujak Pengantin. Nah, biasanya ‘kan Rujak Pengantin  disajikan dengan saos kacang, tapi karena ini adalah makan-makan sihat, Ayi menyajikannya dengan tofu dan saos cashew.

IMG_9009

Seakan mengobati rasa Soto Badur yang underwhelming tadi, saos cashew Rujak Pengantin ini Alhamdulillah flavorful, sehingga ngangkat Rujak Pengantennya secara keseluruhan.

Kemudian, kami masuk ke main course. Pertama, ada Pecak Betawi yang konon katanya udah langka sehingga susah dicari. Untuk kali ini, Ayi bikin Pecak Betawi versinya sendiri, yang bentuk dan rasanya mirip-mirip fish cake. Dihidangkannya tetap pake kuah kayak Pecak Betawi asli, tapi kuahnya versi sehat, yaitu kuah kaldu bening, bukan saos kacang. Enak! Semuanya enak, dari pecaknya sampe saosnya *tepuk tangan*

Pecak Betawi ini ditata diatas alfalfa sprouts, salah satu ingredients khas Ayi yang seriiing do'i gunakan di masakannya. Yang pernah katering sama Ayi pasti tau.

Laluuu, datanglah main course yang paling geda, yaitu Nasi Tumpeng Komplit. Kata Ayi, nasi tumpeng ini menggambarkan suasana Betawi yang rame, dimana banyak sekali orang dari berbagai daerah datang dan ngumpul. Nasi Tumpeng ini terdiri dari nasi ulam Betawi dengan jagung biru kuning, pepes tahu, udang bakar (YAAASS AKHIRNYA ADA DAGING), anyang pakis (sejenis urap ala Betawi, menggunakan daun pakis), pare isi ayam, sambal kecambah (juga khasnya Ayi), lalapan, dan serundeng tempe.

IMG_9018

Sayangnya—sayang sekali—rasa nasi tumpeng ini nggak semeriah penampakannya. Seperti laksa di Singapura yang penampakannya doang tampak spicy menggelora padahal rasanya hambar, hidangan ini juga begitu. To make matters worse, it's cold.

Terakhir, Ayi menyajikan dessert Es Serbat Kweni yang mewakili akhir perjalanan Saidjah dan Adinda di Lampung.

Dessert ini diciptakan dengan sistem layering alias dilapis-lapis. Di lapisan paling dasar ada bubur jali. Jali ini cereal jadul, udah jarang digunakan di Indonesia, tapi kalo di luar negeri, sih, kayaknya masih sering. FYI, jali = barley. Di lapisan berikutnya ada coconut cream, yang terbuat dari daging kelapa diblender. Lalu ada mango cream, yang terbuat dari manga Kweni khas Lampung. Diakhiri dengan kuah asam Jawa dan sentuhan daun pegagan.

I really liked this dessert. Manisnya pas, seger, dan nggak terlalu berat. Padahal gue makan dessert ini dalam keadaan ancur keaduk-aduk, dan layering-nya udah rusak. Tetep lejat!

 ***

Jadi Laila, bagaimana kesimpulan keseluruhannya?

Tahukah Anda, demi acara ini, gue nyaris nggak makan seharian? Alasannya dua. Pertama, karena Maja Makan 01 ‘kan menghidangkan 5-course dinner. Kalo nggak dikosongin dulu, bisa meletus lah perut ambo.

Kedua, karena gue nggak pernah suka sama rasa makanan sehat, mau diolah seperti apapun. Jadi gue berniat harus hadir di Meja Makan 01 dengan keadaan kelaparan, supaya kalo makanannya kurang cucok di lidah, Insya Allah akan tetep ketelen! :D

Baiklah, kembali ke hidangan-hidangan Meja Makan 01.

Jujur, secara keseluruhan, makanan yang dihidangkan dalam Meja Makan 01 ini hit-and-miss. Ada yang sukses, ada yang kurang. Nggak istimewa. Secara keseluruhan, dibilang nggak enak, nggak, kok. Lumayan. Tapi dibilang enak juga biasa aja.

Gue yakin, sih, ini bukan akibat bahan pengolahannya, tapi faktor “makanan sehat”-nya serta ekspektasi yang tinggi.

I know Ayi always tries hard to make healthy food "fun" and tasty, tapi bagi gue, secara keseluruhan, hidangan Meja Makan 01 tetaplah cenderung bland.

Tapi ya nggak apa-apa!

Gini, menurut gue, segala hal yang baik buat kita nggak ada yang enjoyable. Makan sehat nggak enjoyable. Olahraga nggak enjoyable. Puasa sebulan penuh nggak enjoyable. Seenak-enaknya makanan sehat, enakan bakso abang-abang. Senikmat-nikmatnya lari, lebih nikmat bobo siang.

Tapi, seperti yang gue tulis disini, hal-hal yang baik untuk kita memang tidak diciptakan untuk disukai. Ini menjadi ujian hidup. Kalau kita bisa menjalankan hal-hal yang nggak enjoyable tersebut dengan ikhlas, maka derajat kita menjadi tinggi. Kita jadi manusia yang lebih hebat, and will be rewarded.

Sama halnya dengan makanan sehat. Nggak ada makanan benar-benar sehat yang benar-benar enak. Tapi kalo kita bisa konsisten mengkonsumsi makanan sehat, we will be rewarded with healthier body and mind.

Jadi, meskipun Ayi (dan chef healthy food lainnya) berusaha menjadikan makanan sehat enak dan menyenangkan, they will never be as good as unhealthy food. Tapi ya rapopo! Memang begitulah kodrat makanan sehat.

Selain itu, makanan sehat baru akan ada hasilnya kalau dikonsumsi terus-terusan. Dijadikan kebiasaan. Kalo cuma dikonsumsi sekali-sekali, nggak ada ngaruhnya. Itulah kenapa menurut gue, makanan sehat tidak bisa dijadikan "entertainment" meal. Karena buat apa? Nikmat enggak, bikin sehat enggak, bikin hepi juga enggak. Nonton bola serunya ya ngemil kacang dan gorengan. Kurang seru kalo ngemil salad.

Ada alasan kenapa makanan-makanan Natal dan Lebaran nggak ada yang sehat. Because they are comfort foods. Bikin hati hepi dalam kebersamaan.

Maka gue berkesimpulan bahwa event Meja Makan 01 ini mungkin akan lebih meriah kalau hidangan yang disajikan adalah comfort food yang se-comfort-comfort-nya. Pasta! Nasi Padang! Banana bread pudding! Santan! Indomie? *dijejelin kale*. Perut akan kenyang dengan hakiki, hati pun jadi hangat.

***

Nggak terasa, waktu sudah menunjukkan pukul 10.30 malam, sementara dessert-nya pun belum keluar. Acara ini ngaret berat! Berhubung gue dikasitau bahwa Raya rewel nggak mau tidur gegara nungguin gue, akhirnya gue musti pamit duluan sembari bungkus dessert-nya pulang. Dibungkus pake paper cup nyolong punya Common Grounds *salim sama Common Grounds*

Congratulations once again Ayi, Utay, dan Eugenio. Nggak ada event yang sempurna and you can't please everybody, tapi yang penting kalian udah berani nyoba membuat sesuatu yang original dan inspiring. Dua jempol untuk pengangkatan tema-nya. Lalu, walaupun berat bagi gue si introvert, sebenernya acara “dipaksa mingling”-nya menarik dan mungkin memang diperlukan untuk masyarakat jaman sekarang yang terlalu individualis. And Ayi, don’t give up on your healthy food endeavor ;)

IMG_8990

IMG_8991

IMG_8992 

IMG_9017

Ditunggu Meja Makan 02-nya, yaaa. Cheers!

(first photo by Manual. Go there for better pictures)

25 comments:

Unknown said...

Bagian paling berat (kalo misalkan saya diundang sih :P) pasti bagian minglingnya. Kayaknya sebelum acara dimulai saya pasti udah pulang itu :D

prin_theth said...

Hahahaha, aku tahan-tahanin soalnya laper dan mau makan gratis, Mas Dani :D

Arman said...

Gw kalo mingling di antara org Indo msh gpp tp kalo di antara bule itu lho yg lbh bikin keder. Hahaha

mawar said...

wouw kalo gue sih bakal terintimidasi dgn orang orang berpakaian asimetris itu... edgy garis keras... gw bayangin travel stories mereka macam hitchiking ke sapporo atau kayaking di pulau komodo... malu dong kalo ngaku terakir travelling ke nusa dua krn nemu oucher hotel murah ha ha

besinikel said...

Duh, gue jadi degdeg-an! HAHAHAHA. Akan ku tempel di jidat : Nggak ada event yang sempurna and you can't please everybody.

Leony said...

Soal mingling, gue gak takut minglingnya, tapi gue lebih takut gak bisa makan makanannya yang kelihatannya kok SEHAT BANGET ya... gue serem kalau terlalu sehat, takut ga kemakan, terus gue ga abisin, terus yang punya acara nanti tersungging, nah itu kan lebih repot lagi karena semua makanannya diserve individually :( *padahal diundang aja ngga, tapi bayangin yang ngga-ngga*

Gadis said...

sama banget deh pemikirannya sama ci leony! padahal diundang juga enggak ya... hihihi
btw, penasaran deh kombucha gimana sih rasanya? mending mana sama jus wortel yang rasanya kek rumput? :D

Mega said...

bantu jawab ya hihi. kombucha itu asyemmm. kecut-kecut gitu deh. kalo emang gak terbiasa, bisa beti rasanya sama minuman basi :p kombucha juga macem-macem kan, tapi gue pernah nyobain coffee kombucha, astaga strange bgt di lidah. kalo kombucha dari buah-buahan masih bisa ketelen deh

Priska said...

Cuma penasaran, itu five-course-mealnya ngenyangin nggak?

Aku kalau dikasih healthy food sih mau, asal berasa, ga tahan kalau makan yang bland. Bawaannya malah jadi mual :(

Kalau minglingnya, kayaknya aku langsung kabur deh. Salut sama Mbak Lei yang bisa bertahan selama itu!

Nuri Sadida said...

Salut.banget.. sama reviewnya yang jujur :D

Biasanya baca review atau endorsement dari blogger berasa apa yang ditulis bukan tulisan empunya blogger. Karena tiba2 si blogger itu punya selera atau kepribadian yang lain. But I didn't find "that fenomena" in this post :)

Fara said...

"Terkutuklah kau, wahai sistem duduk random! I wanna go back to my cave!"

Mbak Leija, this is sooo me! *high five*
Salam kenal mbak, maaf cuma jadi pembaca bisu selama ini... I adore your blog :)

Rizka Hezmela said...

laila emang keren, klo review ya tulus apa yang dirasa..tapi itu bener la makan sehat tu harus konsisten ya bok dan itu yang susah hiks..hari ini alfa2 dressing peresan lemon, besok udah toge campur saos kacang pake tahu jadi ketoprak kekeke

gimana klo gw undang acara pesta jeroan la? otak, usus, paru, dll? ya ampuuuun..

Anti said...

Suka iiiiiih. Kamu bisa dapet gelar blogger terjujur, mba! :))

prin_theth said...

Iiih Anti bisa ajaaa, makasih yaaa :D Pengennya sih jadi blogger terkaya-raya gimana dong ya...

prin_theth said...

Hahaha kalo pesta jeroan agak ngeri juga ya mak. Ini dinner apa Fear Factor? Tapi asal sedia kuah gule seember ya bolehlah *anaknya murahan*. Konsisten alias istiqamah emang biangnya susah ya Riz, padahal sih gue udah ada niat melatih selera lidah gue, supaya mbok ya jangan makan minyak jelantah mulu :)))

prin_theth said...

Hahaha, introverts unite!

prin_theth said...

Makasih ya Nuri :) Blogger lain begitu mungkin karena mereka endorsed/sponsored. Jadi ada beban tertentu. Aku juga suka gitu, kok. Postingan ini nggak sponsored, dan bahkan nggak diminta untuk ditulis. Jadi catatan pengalaman pribadi aja sih. Aku sendiri per 2015 nggak terima postingan berbayar. Kecuali kalo nawarinnya ke Disneyland... *prinsip gampang goyah* :D

prin_theth said...

Kenyang banget, lho! Kenyaaang banget. Tapi memang cenderung bland...

prin_theth said...

Hihihi, iya begitulah. Aku pertama kali nyobain kombucha tea taun 2013-an, dan dulu mau muntah. Perasaan nggak enaaaak banget. I'd take carrot juice anytime. Tapi kemaren ini nyobain, oke kok ;)

Allied said...

Ah lei am your SR and i love every piece you wrote, your humour, sarcasm and honesty.. Pls jangan berenti nulis!
Gw sih gak mungkin dateng ke acara beginian (padahal sape juga yg ngundang) Aku takut deket2 manusia edgy dan kekinian langsung pengen ilang ketelan bumi

tia putri said...

"Gue pengen, deh, sekali-kali ada acara kekinian yang memikirkan kenyamanan kaum introverts. Formatnya jangan yang musti membaur mulu." .... ini pun aku banget mba... ckckckckk :)

winkthink said...

Hahaha
aku yah, kl acara begini yang mana isinya orang-orang super kreatif, hipster dan edgy, adanya melongo-longo kagum trus sedih; kok gue gak ngerti si, kok gue gak bisa kreatip, kok orang-orang gampang bener gaol walo baru kenal. Mengutip Susan, our world prizes extroverts.
Aku senyum girang baca review ini...blogger sekeren dirimu adalah introvert yang, syukurlah, menerjemahkan perasaan para introverts dengan tepat kalo ditodong jadi ektrovert dadakan.

Keke Agestu said...

Hastagah, gue juga beberapa kali kalo diundang acara bule sering dipaksa mingle begini, belah kiri siapa kanan siapa, lalu aku siapaaaaaa. Mau ngomong apaaaaa :(((

Tapi itu baju-bajunya pada lucuk ya, lululutfi :D

Tiananda said...

Makkk konsep acaranya keren bangetttt... Tapi kalo kudu mingle gitu aku juga bingung harus berlindung dimana *kalo ga bawa kamera. Masa iya mau jadi anak cupu yang semaleman pura2 sibuk ama HP, aslinya awkward berada di antara anak gaul kekinian :))))

Anonymous said...

Haiiiiiii...
Aduh aku baru sempet dooong berkunjung ke siniiiii :)))

Nice to meet you, and you also save me from awkwardness. Itu dateng dalam kondisi badan lemes karena masih trimester pertama.

Semoga bisa ketemu lagi di lain kesempatan (minus the awkwardness ya) :D

Post a Comment