Apr 18, 2015

Beauty, Health, and Fashion Resolutions


Setiap tahun baru, gue nggak pernah bikin resolusi, tapi secara nggak sengaja, di tahun 2015 ini, gue jadi punya beberapa kebiasaan baru di bidang (dada ‘kali, bidang…) beauty, fashion, dan lifestyle. Nggak diniatin, sih, it just happened. Entah karena kepengaruh bacaan harian gue—Instagram, blog-blog enteng, dan segala hal yang “berbobot” lainnya :p—atau karena emang karena umur aja, jadi alam bawah sadar merasa ada yang perlu diubah.

What are they? Here goes!


Resolution 1: Floss more
.

Beberapa waktu lalu, gue baca artikel ini tentang kesehatan mulut, dan aku terhenyak ((terhenyak!)), karena ternyata ada banyak fakta yang nggak gue tau seputar perawatan multatuli alias mulut. Eye-opening banget, deh.

Tapi dari sekian banyak hal yang dijabarkan dalam artikel tersebut, yang paling bikin kaget adalah ternyata flossing—bersihin gigi pake benang itu, lho—lebih penting daripada nyikat gigi.

Orang Indonesia hidup dalam kultur yang fanatik dengan sikat gigi, tapi nggak flossing. Gue pernah titip beliin dental floss ke temen di Guardian, dan tanggapannya adalah, “Dental floss tuh apaan, sih?” Nah, lho! Untung gue bukan pacarnya. Aku takut kalo harus nyium dia, qaq… Nggak kebayang jigongnya ada seberapa banyak...

Kita malah terbiasa nyikat gigi dengan napsu, sampe kadang melukai mulut. Taun lalu, gue ngeluh ke dokter gigi, karena gigi gue ngilu-ngilu. Kirain ada lubang, ternyata gusi gue terlalu ‘naik’ akibat kebiasaan gue sikat gigi dengan ‘keras’ dan ‘kasar’. Pake sikat yang bulunya sekeras bulu sikat WC pula. Akibatnya, gusi gue kedorong keatas, dan saraf-sarafnya jadi ke-ekpsos… or something like that.

Gue pun beralih ke sikat gigi yang bulunya lebih lembut, dan mulai rutin flossing setiap hari, bukan cuma kalo ada daging atau kangkung nyelip.

Hasilnya luar biasa. Ternyata, setiap hari, makanan tuh PASTI ada aja yang nyelip di sela gigi, meskipun kecil dan nggak berasa. Makanan nyelip ini juga nggak akan keangkat oleh sikat gigi, hanya bisa dengan floss.

Trus, kalaupun lagi nggak ada makanan nyangkut di gigi, flossing membuat mulut gue terasa lebih… lapang? Aneh, ya, tapi begitulah deskripsi yang tepat. Celah gigi gue terasa lebih ‘lega’, mungkin karena jigong-jigong halusnya keangkat.

Bahkan gue beberapa kali eksperimen nggak sikat gigi, cuma flossing lalu kumur pake air, and my mouth feels clean enough and normal, not funky at all.

I’m a total believer in flossing now.
Flossing, kamu sakti!


Tips: flossing lah dengan gerakan huruf C, seperti ‘nyiduk’ sela gigi kita. Jangan lakukan gerakan gosok-gosok atau ‘gergaji’, karena malah akan melukai gusi. Also, floss BEFORE you brush, karena jigong-jigong yang udah dikeluarin oleh flossing itu kemudian perlu dibersihkan dengan sikat. Hoekkk...

Resolution 2: Shop for quality instead of quantity, and dress more 'timeless-ly'.


Gue percaya bahwa semakin banyak barang yang kita punya, hidup kita akan semakin ‘terbebani’. Things you own will eventually own you.

Gue gampang ngerasa sumpek akibat barang, sehingga gue selalu berusaha untuk membatasi barang pribadi gue. Gue decluttering nggak cuma 1-2 kali setahun, tapi setiap saat. Sering kali, gue bangun pagi trus langsung menyapu pandangan ke sekeliling kamar dengan tatapan mata elang, sambil mikir, “Hari ini, barang apa lagi yang bisa gue singkirkan?” Pokoknya dikit-dikit, buang. Dikit-dikit, sumbangin. Dikit-dikit, jual. I also try to shop less and less. 

Salah satu hal yang pengen gue lakukan adalah downsizing isi lemari pakaian. So let’s talk about personal style.

Waktu gue masih muda(an), gue cenderung tertarik kepada cewek-cewek yang gayanya flashy, unik, dan on-trend. Kayaknya keren banget, gitchu. Tapi makin tua, selera gue berubah (jadi makin membosankan), sehingga definisi ‘keren’ gue pun bergeser.

Gue adalah penggemar berat seri Beauty Uniform di blog Cup of Jo. Di seri tersebut, Joanna, sang blogger, ngewawancara temen-temennya tentang beauty dan fashion.

None of these women are flashy
. Gaya dan makeupnya simpel banget, but they all look so comfortable and attractive! Aduh, suki binggow deh. Sampe foto-fotonya gue pelototin satu-satu, sambil berusaha membedah personal style mereka.






Kesimpulannya, ciwi-ciwi yang diwawancara Cup of Jo ini gayanya sederhana-sederhana aja, dan nggak selalu on-trend. Tinggal di negara Barat sering berarti harus hidup di space kecil. Kapasitas lemari pun terbatas, sehingga kita musti bener-bener menyortir baju yang layak simpen. Nggak papa punya baju agak mahal—walaupun sekedar kaos atau jeans—tapi kualitasnya baik dan modelnya abadi.

Gue juga menyadari bahwa kalo attitude kita asik, orang nggak begitu merhatiin pakaian kita. Happy, comfortable, and confident girls are the prettiest! Buktinya, gue jauh lebih tertarik kepada attitude dan senyum ciwi-ciwi di Beauty Uniform Cup of Jo ini dibandingkan pakaian, aksesoris, dan makeup mereka. Nyaman, lho, bisa nikmatin kecantikan perempuan tanpa terbebani dengan pikiran-pikiran, “Aduh, itu sepatunya apa, lipstiknya apa, tasnya apa, beli dimana, ya?” Barang, barang, baraaang melulu.

Maka pada tahun 2015 ini, gue membuat personal style goals baru: 

1. Quality overy quantity. Berusaha ngurangin frekuensi belanja, tapi ketika belanja, barang yang dibeli kudu berupa basic pieces berkualitas baik. Seringkali kita mikir, dih, kaos polos gini doang kok mahal amat? But at this point in my life, IMO mending beli baju mahal tapi berkualitas baik dan bermodel timeless, deh, dibandingkan beli baju-baju trendi aneka warna di pusat grosir online.

Dengan demikian, isi lemari gue bisa berkurang, tapi kualitasnya meningkat.

2. Dress in monochrome. Taun ini, rencananya gue hanya berpakaian dalam warna hitam, putih, atau abu-abu, dengan aksen merah atau biru. Wow, kenapa?

Because monochrome colors are the bomb! Dengan monokrom hitam putih, gue ngerasa lebih gampang keliatan chic dengan effortless. Pikiran pun lebih enteng, karena baju-baju monokrom berpotongan timeless (a.k.a. membosankan) gampang sekali di mix & match. Plus, orang biasanya jadi nggak sadar kalo kita sebenernya pake baju yang itu-itu lagi :D Jadi, lagi-lagi, koleksi baju kita nggak perlu banyak-banyak.

Gue udah menyingkirkan sebagian isi lemari gue, tapi mempertahankan basic pieces yang berwarna  item, putih, atau abu-abu. And I’m loving it. Dressing in mostly monochrome is so effortless, clean, easy, tapi gampang dibikin keren. Ciyeee, keren nih yeee... Selera orang beda-beda, sih, tapi gue merasa gaya gini cocok buat gue yang agak tomboy, simpel, pemales dan nggak punya dedikasi. Diana Rikasari I am not




Udah baca artikel ini dan ini? Tentang seorang art director yang tiap hari ngantor pake kemeja putih - celana hitam selama tiga tahun berturut-turut, karena males mikir, "Hari ini pake baju apa yaaa...". It sounds like something I would totally do. So liberating!

Selain itu, gue pernah baca  tips, "Kalo lo mau nyontek gaya fashion, jangan contek gaya fashion off the runway. Contek gaya desainernya." Karena walaupun baju-baju di runway tuh heboh dan trendi, desainernya biasanya justru berpakaian dengan gaya timeless, klasik, sesuai dengan personal style dan bentuk tubuh masing-masing. Khenius! 


Desainer Jenna Lyons, di backstage fashion show J. Crew. Perhatikan gayanya vs gaya model-modelnya.

Resolution 3: Rawat kulit sebaik mungkin.

Tahun lalu, gue menjalani perawatan kulit dengan dermatologist. Gue sering bilang, yah, bahwa gue nggak suka banget sama kulit gue? Gampang jerawatan, berminyak, berpori-pori besar, dan gradagakan.

Hasil dari perawatan tersebut lumayan, lah. Gradakannya kekikis dikit.

Lepas dari perawatan dokter, gue lanjut merawat kulit dengan produk dan metode skincare yang sebenernya sederhana, tapi peningkatan dibandingkan habit gue sebelumnya.

You see
, selama ini gue nggak pernah merawat kulit dalam jangka panjang. Palingan ke dokter kulit aja beberapa kali, abis itu balik ke cuci muka doang. DOANG! Jarang banget pake toner, serum, pelembab, apalagi sunscreen secara konsisten. Tapi sejak lepas dari dokter kulit beberapa bulan lalu, gue mulai melakukan skincare dengan rutin. Begini urutannya:

  • Bersihin muka pake makeup remover (kalo abis pake makeup)
  • Bersihin muka pake cleansing oil / micellar water (diselang-seling aja, tergantung kondisi kulit)
  • Cuci muka pake sabun muka
  • Pake toner
  • Pake pre-serum
  • Pake serum
  • Pake eye cream

Hasilnya? Bikin gue tepok tangan setiap ngaca. Mb, qmu koq ‘ntik anyet, mb? My skin look so much better! Gue bener-bener nggak nyangka, karena sebelumnya, gue menganggap produk-produk toko / over-the-counter tuh lemah, dan nggak bisa seeefektif obat racikan dokter.

Ternyata kuncinya adalah konsistensi, ya? Yang penting rajin dan sabar melakukan tahapan skincare siang-malam. Jadi, plis banget jangan ngeluh, “Ah, produk ini nggak ngaruh di gue!” padahal produknya baru dipake sebulan. Honey, my skin got better just after three months. Shabar, shaaay… Yang rajiiin... Hasilnya sebanding, deh.

Lama-lama, interest gue ke makeup menurun, dan jadi lebih tertarik kepada skincare. Ada banyak alasan, lho, kenapa kita sebaiknya lebih fokus investasi di perawatan kulit daripada makeup atau fashion items, seperti yang dijelaskan oleh Mbak Amal di artikel ini.

I still love makeup
, tapi sejak kondisi kulit gue membaik, gue jadi lebih suka keluar rumah dengan dandanan minimalis, atau nggak dandan samsek. Pamerkan kulitmu, Leija, pamerkan!!! Seperti mottoku dari dulu, I would trade all of my makeup for a better skin. 

Alhasil, sekarang gue hobi ngaduk-ngaduk internet, constantly on the hunt for the best skincare products, khususnya produk Korea. Wai Kowriya? Sebenernya dulu gue mandang skincare Korea sebelah mata buanget, lho. Banyak gimmick-nya, tapi pasti lemah dan nggak kuat ngadepin kulit badak gue. Tapi makin kesini, gue semakin banyak mendengar testimoni kehebatan skincare Korea. Gue juga kagum dengan ketekunan perempuan Kowriya merawat wajah. Tahapan perawatannya bisa 9-12 step, booo… Pantesan kulitnya bak hati bayi baru lahir. Putih, bersih, suci!


Katanya, sih, perbedaan terbesar antara kultur skincare Korea dengan Barat adalah mindset-nya. Contohnya, kultur skincare Korea tuh preventif. Jadi sejak KECIL (ya, sejak kecil!), ciwi-ciwi sana udah mulai merawat kulit dengan intensif, dengan tujuan menjaga kondisi kulitnya yang masih bagus. Sementara di negara Barat, orang-orangnya lebih reaktif, baru heboh merawat kulit setelah muncul masalah.

Contoh lain, orang Barat cenderung menciptakan makeup yang menutupi masalah-masalah kulit, sementara orang Korea cenderung mengatasi masalah kulitnya dulu, baru pake makeup.

Perbedaan mindset ini juga jadi mempengaruhi formula produknya. 

Setelah diresapi, mindset skincare Korea tuh bagus, deh. Aku suka. Filosofis, tekun dan nggak pengen buru-buru menikmati hasil.

Tapi mau pake produk Korea maupun Zimbabwe, yang penting harus konsisten merawat kulit dengan sabar. Bukan cuma kulit wajah, tapi juga badan. Insya Allah hasilnya sepadan ya, kaaak…

Resolution 4: Own a timeless bag. Or not?! (kok gamang?)


Gue pernah baca artikel “Sekian Hal Yang Harus Anda Miliki Sebelum Umur 30”. Hal-hal tersebut termasuk signature scent, tailor-made blazer, black dress andalan, high heels berkualitas, dan tentu saja, sebuah tas klasik.

Kita sama-sama tau, "klasik" ini adalah bahasa kode yang berarti mahal dan high-end brand. Ayo, ibu-ibu, kita sama-sama ucapkan nama-nama keramat... Chanel! YSL! Fendi! LV! Hermes Birkin!

Gue percaya dengan konsep “ada harga, ada rupa”, dan barang berkualitas bagus akan abadi (meski nggak jadi kunci surga). Dan seperti artikel diatas, gue juga percaya bahwa ada beberapa barang berkualitas yang sebaiknya kita miliki saat kita udah dewasa dan mapan. It makes you feel established and grown-up aja, gitu.

Meski demikian, gue nggak punya tas timeless satupun. Tas gue masih seputar tas-tas merk ABG yang dikit-dikit brodol. Seandainya detik ini juga gue diundang ke sebuah hajatan di Istana Negara atau ke Academy Awards, gue nggak punya sepatu ataupun tas layak sama sekali. I would seriously show up in Payless heels and Stradivarius bag.

I feel insecure
, tapi masalahnya, hati gue belum rela ngeluarin uang segitu banyak untuk sebuah tas. Gue nggak pernah pernah rela ngeluarin uang segitu banyak untuk kebutuhan tertier apapun, kecuali travelling. Kamera aja beli secondhand.

Plus, sejujur-jujurnya, gue nggak suka sama kebanyakan model tas high-end brand, the worse being Chanel and Hermes Birkin/Kelly. Sumpah, sama sekali nggak masuk ke gaya gue. Kalopun gue menemukan tas high-end brand yang sreg di hati (*uhuk* Maiyet *uhuk* Mansur Gavriel *uhuk*), gue selalu yakin, pasti ada model yang mirip dari brand yang lebih murah, seperti Kate Spade, Marc Jacobs... atau Kaynn? #plisendorseaku #pelit #Misae #Manskin


No, I cannot rock a Chanel bag like Michelle Koesnadi. Michelle, keren banget, sih!

Gue berkali-kali curhat ke T, “I am thirty, and my best bag is from Longchamp, and it’s not even the premium model. Do I need a Chanel? Tapi kenapa harus? Kenapa hidupku didikte sama media? Kalo nggak punya, emang kenapa? Apa bikin tas dari kulit lembu sendiri aja?!”

Dan biasanya dijawab dengan, “BELI! Trus udah, jangan berisik lagi!” Trus gue yang, “Tapi kenapa harus punya? Kalo aku nggak suka, kenapa harus beli? A fashion item is never a financial investment! Aku nggak mau kena jebakan dunia fashion! I have my own mind! Tapi... aku nggak punya tas rapih dan I am thirty-year-old city woman… Perlu kayaknya, ya?”

Lalu pertentangan batin split-personality ini terus berlanjut selama berhari-hari, zzzz.

Per hari ini, kaki gue belum tergerak untuk melangkah ke counter Chanel, tapi seenggaknya gue mulai browsing, forever bag apa yang sekiranya cocok untuk gue. Someday. In the future. Waaaay in the future…. Hhhh.

(photos taken from Cup of Jo, Garance Dore, Korean Street Style, Andra Alodita, The Hairpin, Refinery29, Glisters & Blisters)

26 comments:

Gadis said...

Kayaknya PS 1 cucok sama mba lei... Tapi asa kurang formal yah?

the grumpy blogger said...

haha... mantep di pikiran beli tas mahal tapi begitu sampai toko ciut yaa... :))

Unknown said...

Tfs mbak... iya yah slama ini fokusnya ke make up corrective buat nutupin si pori2 besar bukan malah merawat dgn sabar...
btw, meski g pake chanel mbak lei ttp keren kok #eaaa

ayu said...

Udahlah La, kits melenggang dengan tas Stradivarius dua ratus rebu aja udah paling bener. :))))

Iya. Tas kita samaan. :')))))

Anonymous said...

I am a true believer in electric toothbrush. Gigi gue ini bermasalah banget, mulai dari root canal sampe implan udah gue jalanin. Suatu hari pas lagi scaling dokternya bilang: "kamu pake sikat gigi biasa ya? ganti deh ke yg listrik. Beli yg paling murah gpp, ada kok yang harganya 20 euro"

2 bulan kemudian gue dateng lagi dan doi bilang "kamu pake sikat listrik ya? saya bisa liat bedanya" Wooow, akuw terpana. Dan pertama kali gue pake electric toothbrush kaya ada revolusi besar2an di mulut gue. Gigi terasa bersih, sebersih-bersihnya. Serius! Harus rasakan sendiri kalo mau tau apa yg gue maksud! Oleh2 gue kalo sekarang mudik ke Indo tentu saja: electric toothbrush! Di indo gue cuma nemu di tokodental.com. Di toko2 offline belum ada.

O iya, untuk flossing, dokter gue nyaranin pake interdental brush ketimbang benang. Gak tau kenapa tapi emang jauh lebih gampang dan lebih enak sih. Sayangnya juga lebih mahal :(

Unknown said...

Hi Kak Leija, I have been your silent reader for a while. I have always been loving your writing style and the ideas that you pick, it's very light and casual topic but then it's incredibly knowledgeable. Keep the good work Kak!

Aku setuju banget about skincare over makeups, makeup kan hanya temporary ya tidak nyata. Kalau kata mbak syahrini hanya fatamorgana hehehe. Currently I'm also in my journey to find my best skincare regime. I wish you goodluck Kak!!!

One more thing, I totally agree with you about monochrome and timeless outfit. Simplicity at it's finest!! I think Mansur Gavriel will suits you best!! You don't need chanel to look sophisticated kok Kak! We can create our own 'dignity' in fashion!

Best,
Andrea Arief

Lia Harahap said...

Jadi pengen buka lemari trus milah-milah baju juga, Mbak. Thanks buat tulisannya :)

yunita said...

resolusi no.3 itu susyaaaaahhh. kudu niat pake banget. pdhl wajib banget nih. aku udah beli perabotannya. tp utk mulainya ituh.....

Anonymous said...

I agree with u mb lei. Isi lemariku jg jd membosankan in a good way. Utk quality goods ud lm hibahin tas abal2. Di lemari sisa lv neverfull, hermes herbag, black tote fossil, black tote longchamp & bbrp tas warisan nyokap for sentimentil reason. Klo utk sepatu blm rela keluarin uang bnyk. Naksir manolo sih cm kaki msh busikan ntar aja deh. Haha..

Etty said...

La, ini postingan mind opening banget dah. Rasanya gw pengen langsung lari ke kamar mandi, bersuci sesuci-sucinya, wudhu lalu sholat taubat.
Dosa gw sama kuliat banyak bangeeeettt la, ngelebihin dosa ke bapak mertua.

nyun.yuni said...

Canggih ya korea ini, sukses mempromosikan beauty ritual mereka secara global dengan produk lokalnya sendiri.

IMO, yg bikin makin keren itu karena untuk produk yang ngga premium2 amat counter jualannya ada dimana2, di subway station, di supermarket, kadang di ruko2 juga ada, dan murahnya ngga santai deh..ckck. Mungkin karena produknya gampang diakses, harganya banyak yg terjangkau, dan kemasannya lucu2..(apa2 kok lucu ya disana, biskuit aja bungkusnya gemesin, dan tetep murah) adalah salah satu faktor yg bikin orang sana ngga males urusan jaga muka/badan.
Dan kayanya salah satu rahasianya itu kimchi deh, biar rasa dan baunya ga lazim, tapi sehat sih, dan gue sotoy yakin kalo itu ada efeknya buat ke kulit juga, hihi.

besinikel said...

Hahahahaha, kaos gituan kok ratusan ribu? Lalu gw beli aja gitu di ols cuma 50rb, dua minggu kemudian... melar :)))))))

prin_theth said...

Gadis: Aaaah aku emang sukanya yang model-model agak santai sejenis PS (Plaza Senayan hihi) gituu... Walaupun PS blm sreg total sih

CP: Apalagi dompet gue. Ciuttt sampe kisut :)))

Rhey: Masamaaa... Aku sih kerennya pake Channel (double N) deh kayaknya. RCTI apa SCTV? :D

Ayu: Hahahaha, endeus kaaan tas-tas selempang enteng murah ala Stradi gitu... Cuma talinya udah brodol ajuah sekarang zzzz

Rika: MASAAAA?! Padahal orangtua gue staunch believers of electric toothbrush, lho. Dari gue kecil, nyokap gue udah pake sikat gigi elektrik, soalnya gigi nyokap juga sering bermasalah Rik. Waktu kecil gue juga dijejelin sikat gigi elektrik, tapi trus males. Aduh, pengaruh banget ya? Jadi pengen coba bangettt. Selama ini gue masih terlalu pelit. Mikirnya mending beli Clarisonic aja ah (trus kagak beli juga)... Racuuun kamuuu...

Andrea: Thank you sayang! Such kind words, makasih yaaa. Glad you have the same thinking. Tapi Mansur Gavriel waiting list amaat! Hihihi.

Lia: Macama :)

Yunita: Lama-lama jadi theurapetic lhoo. Enak dan adem gitu oles-oles skincare, apalagi kalo udah keliatan hasilnya. Semangat!

Nessissa: hihihi good for you ya. Herbagnya kalo mau dihibahin boleh lhoo... *ditimpuk Neverfull* *tangkep juga*

Etty: Bapak mertua!!! Kzl ah Etty! :))

Nyun: Iyaaa, budaya skincare tuh kayaknya ngeresep banget bagi orang Korea. Aku lagi banyak naksir sama skincare premiumnya nih, kayaknya nampol-nampol banget! Ya efeknya, ya harganya zzzz...

Sisi negatifnya, standar kecantikan ciwi jadi Korea terlalu ketat sih, sampe ngasih social pressure yang gede banget buat cewek-cewek sana. Katanya anak-anak perempuan Korea nggak pernah kenal konsep inner beauty, lho, kasyann... Aku banyak baca artikel juga soal ini.

Besinikel: .... dua bulan kemudian, jadi kain peeeel T___T

idmarire said...

Dirimu mending galau gara2 chanel, nah gua beli kate spade aja lebih galau daripada elu.
Duelah gua dong terbayang-bayang muka susan bachtiar dibeli aja itu sk II, padahal kan dia cakep karena gen juga ya, kenapa gua baru sadar itu pas bayar kartu kredit....*tenggak essence oil ampe kinclong*

Unknown said...

Mansur emang lebay kak waiting list nya, cepet banget sold outnya. I think goyard bakalan looks good on you!!

JJ said...

Aaah... Akupun lg lirik2 mansur.. Namun... Mansur amat siii namanyaaa. Bhaaaayyy *dompet selamet

Sesama kulit bermasalah dari abg, I totally understand skin care regime over make up. Udah dapet banget pula yg cucok. Walau dompet is det kalau mereka habis di waktu bersamaan. Tapi hasilnya...Masih bisa lah foto bareng temen2 sekantor yg muda2 tanpa merasa toku (mungkin ga sadar diri aja ya...)

Yang masih PR itu mmg baju ya.. Dan kalau gue sama makan lebih sehat

qonita said...

artikelnya bagus
enaknya skincare korea itu suka ngasih bonus dan rata-rata ada sale tiap bulannya...
ah soal inner beauty rada bener jg kok mungkin karena negaranya homogen bener...kayak fashion tuh meski orang korea fashionable abis, tapi ya itu kalo barangnya lagi ngetren se korea rata-rata pakenya barang itu :P
dan orang korea itu gila merknya jg gede, kayak kalo kita pake skincare yg mahalan, padahal itu produk hasil hibahan jg, dan pas temen korea itu liat komennya bisa lebay hehe

dela said...

Akuuuu baru beli tas abal2 teteeeeh.. *tutupmuka-ambilwudhu-laritobat*

risti said...

diana rikasari i am not either hahaha. gue pikir gue doang yang lama lama membosankan dengan baju item putih abu abu, diseling kadang kadang lipen merah, kalung biru, kerudung orens. tapi memang lebih ringkes sih jadinya ya bokkk

prin_theth said...

Renta: Hahaha, jangan gituuu... Walaupun kulit kita nggak akan sekece Susan Bachtiar, tapi skincare kalo dipakenya bener, bisa bikin kulit muka "mendingan" kok. Apalagi SKII wiiihhh... Tapi kalo yg mau diubah adalah feis, yaaa gimana yaaa :))

Andrea: Hihihi aduuh maap ya sayang, tapi aku paling nggak suka Goyard :D Aku lagi suka slingbag dan yang bergaya-gaya agak tomboy gitu, deh. Givenchy Pandora lumayan, tapi pasaran bgt ya sekarang? Aku suka McQueen, A. Wang sama merk-merk kurang terkenal, kayak Kara, merk New York gitu. Sukiii!

Tuh, aku mah browsing rajin, belinya kagak :))

Kamu gimana kamu? *kok jadi nggosip disini*

Iyut: Asli, Mansur S. bangetttt... Puas ya yut kalo kulit mulus(an)! Ihiiiy.

Qonita: Aduuuh bener banget. Homogen dan cinta sama hal-hal superfisial ya, at least dalam hal kecantikan. Agak kasian sih, pressurenya gede banget. Emang kulturnya aja sih kayaknya...

Dela: hahaha ya nggak apa-apa! Aku aja paling sering pake tas abal-abalkuuu. Tas palsu aja punya, asliii, sisa-sisa masa kegelapan *rendeman di air suci*

Risti: Ringkes tapi nggak lecek amat ya mak :)

Unknown said...

wuihh aku suka bahasannyaa mbak Lei...
1. Quality over quantity.. inihh benerr banget..! Belajar dari suami yg kalo barang jeli banget dan harus di toko yang lebih berkualitas.. ternyata emang ada benernyaa yahh *bakar hasil berburu baju onlen shop murce yg ternyata cuman bagus di model*

2. Skin Care .. dari pertengahan 2014 udah mulai rajin pake krim sesuai step2nya dan di 2015 udah mulai beli brand yg agak premium.. dan sukaakk hasilnyaa... <3 <3 walopun belom (dan gak akan) se-cling Song Hae Gyo or Susan Bachtiar sihh tapi tapi aku akan terus berusaha ;P

♥Tissa♥ said...

aduh leija seneng banget baca postingan ini..no 3 dan 4 lagi aku banget..haha sedih sih liat duit (suami) terhambur demi beli produk premium tp racun para artis IG dan blogger lebih kuat (untung laki nge dukung-kaya nya sih biar bini nya diem). apalagi semenjak resign..kerjaan onlen shopping mulu (ngasilin duit engga, ngabisin iya huhu)..

no 2 pengen juga tapi godaan baju murah di b**ryben*a, Z*l*ra dll masih magnet banget haha..

Ntiw said...

Mungkin sis (?) Leija harus punya anak ciwi dulu supaya makin menginspirasi membeli timeless bag untuk diwariskan kepada anaknya? hihihi...
Btw akupun suka bingung sama orang punya banyak banget baju dan asesoris. Tiap ngeliat mereka pasti ngebatin, ih lemari bajunya pasti gedaaaayyyyy banget deh. Sementara gue kalau mau beli apa-apa selalu mikir, nanti ni barang mau ditaro dimana ya? Cupu ya... Emang...

cchocomint said...

Mau postingan daily beauty regime-nya dong mbalei, supaya pemirsah bisa mencontek dan kece berjamaah...hihihihhi

Unknown said...

Setuju banget mbak lei, ciwiciwi yang style dan dandanannya effortless plus ditambah attitude yang kece gak tau kenapa lebih terlihat glowing.

prin_theth said...

Farah: Suamiku kebalikan abis. Orangnya nggak percaya janji muluk kualitas, dan dulu bener-bener cuma mau belanja di FO. Dulu kita bisa ke Bandung setaun 3x, trus borong, demi stok baju dese, hahaha. Jadi belanjanya cuma setaun 3x, di FO pula. Orangnya pelit parah, zzzz... Baru belakangan ini bisa dibujuk belanja di H&M dan Zara :))) Ya udah gapapa ya, more money for ze wife!

Eeeh, alhamdulillah kalo kamu udah dapet skincare yang cocok!

Tissa: Harus diakui, online shop yang sifatnya 'department store' (sagala merk aya) emang racun sih yaaa...

Ntiw: Ih, aku suka bingung sama fashionista yang tinggal di kota yang lahan apartemennya terkenal sempit, kayak Singapore atau Tokyo. How can you afford the space to be a fashionista in those cities? Bener banget, barang-barangnya mau ditaro dimana? Curiganya barang-barangnya beli-jual-beli-jual sih, terbukti ada beberapa orang yang begitu, hihihi.

Bening: Nantikan yaah :)

Eliza: Ya 'kan yaaa...

Post a Comment