Aug 21, 2013

Buku-Buku Raya, part 1


Waktu hamil, gue 'kan suka ditanyain ya, "Mau kado apa?" Trus dengan mantap gue jawab, "Buku anak!" sembari melayangkan list judul-judulnya.
I appreciate children's literature very, very much. Menurut gue, membuat buku anak itu nggak gampang, deh. Jalan ceritanya harus pas, panjangnya harus tepat, dan - yang terpenting - ilustrasinya harus charming. Jaman gue kuliah, ada mata kuliah wajib "Sastra Anak" yang SKS-nya 3, lho. Atau 4?

Gue berkaca dari pengalaman diri sendiri juga, sih. Anak kecil tuh - menurut gue - adalah pribadi yang rumit dan sensitif (apa itu gue doang, ya, waktu kecil? Kayaknya gitu sih, La -__-). Kalo kita ngasih buku yang salah, bisa memberikan pesan yang salah juga untuk si bocah. Bahkan, kalo kita ngasih buku dengan ilustrasi yang jelek, bisa jadi traumatis. What's not scary for you, may be scary for your kid. Liat aja ilustrasi Miki Mos abal-abal yang idungnya mencong dan matanya jereng, apa nggak traumatis? Zzzz.

Sebaliknya, gue percaya kalo kita ngasih buku yang tepat, it will be a lifelong treasure dan jadi kenangan manis untuk si kecil selamanya. Ceile...

Dan emang jangan pernah anggap remeh sastra anak, sih. Folktales - semacem Cinderella, Putri Tidur, dll - kalo 'dibedah' (diteliti maknanya, dicari sejarahnya), hasilnya ngeri-ngeri, lho.

Anyway.

Selama setaun terakhir, koleksi buku Raya pelan-pelan tumbuh. Nggak semuanya gue beli sendiri, ada yang pemberian orang. Dan di postingan ini, gue pengen cerita mengenai beberapa buku koleksinya Raya yang paling berkesan. Ada yang berkesan bagusnya, ada yang berkesan jeleknya.

Yuk, mari!

Buku Bergambar

Definisi buku bergambar adalah, buku yang isinya cuma gambar. Ralat! Bukan 'gambar' melainkan 'foto'. Doang thok only. Pokoknya si buku cuma terdiri dari sampul yang bertuliskan judul nggak kreatif ("Animals", "Colors", dll), foto-foto benda, trus udah aja.

Buku bergambar tuh rada bikin hati kesel, ya. Soalnya, isinya cuma foto-foto benda (yang biasanya dikategorikan. Hewan! Kenadaraan! Red Objects! Objects Starting with the Letter Y!), tapi harganya puluhan ribu. Apalagi kalo yang terbitan luar negeri. Bisa-bisa nyentuh ratusan ribu.

Harus gue ingatkan lagi, gambar-gambarnya tuh dalam bentuk foto, ya, bukan ilustrasi penuh 'karakter' macem karyanya Quentin Blake. Jadi effort-nya minimalis banget.

Apalagi gue ini 'kan ceritanya suka fotografi. Harusnya gue bisa, dong, jepret-jepret kanan kiri, cetak, jilid, dan menjadikan jilidan tersebut "buku bergambar"nya Raya. Tapi seperti biasa, gue males. Dan harga males ini, ya, seharga buku bergambar seharga puluhan ribu tersebut. YSL! Yastralah!

Alhasil, Raya tetep aja gue beliin buku bergambar jenis gini. Boleh lah, sebagai alat bantu pengenalan nama-nama benda. Apalagi buku model begini halamannya terbuat dari karton tebel yang abuse-proof. Cocok untuk bayi yang suka ngemut, dan balita yang doyan ngerobek-robek.

Buku bergambar favorit gue adalah Counting Colors ini. Karena dalam satu halaman, ada banyak sekali gambar benda yang dikategorikan sesuai warnanya. 


Misalnya, di halaman Green, ada 1001 benda - mulai dari kadal, daun, kodok, apel, mainan, dll - yang semuanya berwarna hijau. Nah, karena bendanya benyak banget, bisa main ala ala Where's Wally. "Mana kodoknyaaaaa, Rayaaa? Coba cari kodoknya! Frog! Frog!"


Trus anaknya juling nyariin kodok yang nyempil, sementara maknya balik main henfon, deh...

Tapi buku bergambar favorit Raya adalah Animals ini. Simply karena dese suka hewan-hewanan. Kayaknya bakat jadi peternak, deh. Atau pawang sirkus. 



Kalo lagi "bacain" buku ini, gue pasti sakit tenggorokan karena kudu menirukan suara hewan-hewannya satu persatu. Kalo cuma suara anjing, kucing, ayam, masih gampang lah.... Tapi taukah Anda betapa susahnya menirukan suara kuda? Atau gajah? And how the heck does a lizard sound? Or shark? "Heeelp, heeelp..." gitu kali ya. Bak film Jaws :)))

Leo the Lion 

Buku ini salah satu kado waktu Raya baru lahir. Bentuknya mini, dengan halaman karton tebel standar buku anak-anak, seperti buku bergambar yang dibahas diatas.

Leo the Lion ini masuk ke kategori buku basa-basi. Halamannya cuma empat (kalo nggak salah), dan jalan ceritanya keliwat standar. Ceritanya, si Singa tokoh utama sedang bersedih, karena nggak ada hewan hutan yang mau temenan sama dia. Setelah ditelisik, ternyata para hewan hutan pada takut sama aumannya. Jadilah si Singa nggak ngaum lagi. Tamat. Hoaaeeem...

Sebenernya secara keseluruhan, buku Leo the Lion ini cukup decent, ya. Yang bikin gue ilfil abis-abisan adalah ini: judulnya 'kan LEO the Lion, ya. Eh tapi, baru di halaman pertama, tulisannya, gini, "One day, LENNY the Lion...."

HLAH, KOK GANTI NAMA JADI LENNY? Trus di halaman berikutnya, balik jadi Leo lagi! QC mana QC?!

Toby the Truck

Juga merupakan pemberian orang. Bentuk buku ini persis seperti buku Leo the Lion. Mini, halamannya tebel tapi sedikit, dan jalan ceritanya keliwat simpel. Namun Alhamdulillah, nggak ada kejadian ganti nama jadi Tono the Truck.

Meski demikian, entah kenapa, gue lebih kesel sama jalan ceritanya Toby the Truck ini. Ceritanya, Toby the Truck lagi kerja, trus merasa agak capek. Lewatlah seorang temennya, Bill the Bulldozer. Nah, si Bill ini menawarkan diri untuk membantu Toby. Lalu Toby pun berterimakasih. The End. Dan itu bukan sinopsis, lho. Kalimat-kalimat dalam 4-halaman buku tersebut literally begitu doang. Gile, pemales amat...


Walaupun nggak ada typo ala Leo vs Lenny, tapi gue menempatkan posisi buku Toby the Truck dibawah Leo the Lion, saking nggak serunya jalan cerita buku ini. Zero for creativity!

(walaupun, setelah gue tilik, kayaknya kisah Toby ini adalah bagian dari satu set buku. Mungkin kalo setnya dikumpulin, kisah hidup Toby akan terasa lebih seru. Mungkin).

Kayaknya gue emang nggak ada chemistry sama tokoh-tokoh transportasi dalam khazanah kisah anak, deh, karena gue BENCI BANGET sama yang namanya...

Thomas the Tank Engine

Sejak belum hamil, gue udah sebeeeel banget sama si Mas To ini. Cih! Padahal dia nggak ada salah apa-apa sama gue, ya? Pokoknya gue nggak suka banget sama tokoh, kisah, dan gengnya Thomas the Tank Engine. Menurut gue nih yaaa, ilustrasinya nggak bagus, suaranya ngeselin, pribadi tokohnya nggak charming (set dah), dan kisah-kisahnya nggak kreatif. Palingan gitu-gitu aja. 

Dan karena semakin kesini franchise Thomas nih makin dikomersialisasikan, gue makin sentimen.

Alhasil, gue sebel pas emak gue beliin Raya salah satu buku Thomas the Tank Engine. Tapi karena gratisan dan bukunya "seru" (ada tombol suara-suaranya), nggak jadi gue buang, deh. Padahal gue bacainnya penuh kegondokan. Mana gue nggak kenal tokoh-tokohnya satu pun. Sodor itu apaaa?! Siapaaa?! Percy itu siapaaaa? Auk ah.


Per hari ini, buku Thomas-nya Raya nggak pernah gue buka-buka lagi. Apesnya, nyokap gue malah makin hobi beliin Raya barang-barang Thomas. Sekarang Raya punya pianika Thomas, piyama Thomas, dan bib Thomas. Oh, Mas To... mimpi burukku!

Setelah gue renungi (halah), kayaknya gue cenderung nggak suka dengan tokoh-tokoh anak yang terlalu dikomersialisasikan, seperti Thomas the Tank Engine, Barney, Dora the Explorer, dan sejenisnya, karena biasanya, jatohnya jadi murahan. Buku-buku franchise demikian keknya jadi lebih mentingin kuantitas ya, daripada kualitas?

Makanya, gue lebih suka buku-buku individual - lepas dari franchise - yang cantik dan klasik seperti...

The Very Hungry Caterpillar

The Very Hungry Caterpillar juga merupakan kado saat Raya baru lahir. Buku ini adalah satu-satunya kado buku yang sesuai dengan wishlist gue, hihihihi.

Anyway, The Very Hungry Caterpillar adalah sebuah buku anak klasik yang dikarang dan diilustrasi oleh Eric Carle pada tahun 60an. Saking suksesnya, buku ini dicetak ulang terus menerus selama 40 taun.


The Very Hungry Caterpillar punya gue ini adalah yang versi pop-up, lho, and it was very beautiful (makasih ya, Rimce!), walaupun tangan gue jadi berotot karena bukunya jadi agak berat.

The Very Hungry Caterpillar mengisahkan tentang seekor ulat yang terus menerus kelaparan selama 7 hari 7 malam. Buku ini menceritakan, selama 7 hari, si ulet gembul makan apaan aja. Saking rakusnya, malah sampe sempet sakit perut. But at the end of the week, his binge was actually necessary, karena seekor ulat memang harus banyak makan untuk menjadi kepompong bak persahabatan, dan pada akhirnya menjadi... kupu-kupu!




Mungkin pesan moralnya, makan banyak tuh nggak apa-apa kooook. Hore! *pesen KFC bucket*

Kalo menurut gue sih, faktor kesuksesan buku ini adalah ilustrasinya yang sangat berkarakter dan ceritanya yang simpel, meski tetep ada alur yang jelas (konflik - klimaks - solusi). Dan, secara implisit, buku ini juga mengajarkan anak jenis-jenis makanan, berhitung, dan nama-nama hari. Paket komplit!

The Very Hungry Caterpillar adalah buku pertama yang gue bacakan ke Raya saat dia masih orok. Dulu, matanya sampe melotot saking terpesonanya sama ini buku. Sekarang, memasuki toddlerhood, Raya masih sayang sama "buku bayi"nya ini, dan masih seneng dibacain berulang-ulang, sampe gue apal mentok.

Suatu hari, gue lagi di kamar mandi, sementara Raya dan Teguh lagi di kamar sebelah, lagi baca The Very Hungry Caterpillar. Ketika si Papa baru nyebut kalimat pertama, "In the light of the moon..."

gue langsung sambar dari kamar mandi, "... A LITTLE EGG LAY ON A LEAF!" 

Sungguh lengket di sanubari.

Tapi karena sekarang Raya udah toddler, udah bisa ngerobek buku kalo gemes, maka gue harus hati-hati. Baek-baek pop-up buku ini dipretelin satu-persatu. Yah, emang udah ada yang kesobek sih, tapi untungnya belum semua, hihihi.

 Awaaaas, awaaaas...

Goodnight, Moon

Goodnight, Moon juga merupakan salah satu buku dalam wishlist gue, tapi nggak ada yang beliin. Jadi akhirnya beli sendiri, deh. Yaaaaaaa :( *pelit amat?* 

Goodnight, Moon is another example of children's literally classic. Bok, pertama kali diterbitkan taun 1947 aja dulu, dan bertahan sampe sekarang!

Buku ini dikarang oleh Margaret Wise Brown, dan diilustrasikan oleh Clement Hurd.


Selama berdekade-dekade, Goodnight, Moon adalah salah satu bedtime story wajib-nya anak-anak bule sebelum tidur. Jalan ceritanya lebih seperti puisi, daripada narasi cerita. Kalimatnya pendek-pendek, berima, dan - harus gue akui - very poetic. Pas pertama kali ngebacain buku ini ke Raya, gue sampe merinding-merinding kecil. Mungkin karena gue terbiasa membacakan buku anak yang narasinya straightforwad, nggak poetic penuh kiasan seperti Goodnight, Moon ini.

Goodnight, Moon bercerita mengenai seorang anak kelinci yang sedang bersiap-siap tidur. Sebelum tidur, kita diajak mengucapkan 'goodnight' ke setiap benda yang ada di kamarnya. Goodnight red balloon, goodnight two little kittens, goodnight brush, goodnight comb, goodnight moon, goodnight stars, goodnight air... dan sebagainya.


Awalnya, ilustrasi kamar si anak kelinci dibuat dengan pencahayaan normal. Namun, ketika halaman demi halaman berlalu, pencahayaan kamarnya semakin redup, sampai di akhir halaman, lampu kamarnya sudah padam semua. Selamat tidur!

Kalo boleh jujur, awalnya gue nggak suka sama Goodnight, Moon. Menurut gue overrated berat. Nggak ada yang unik ataupun quirky dari cerita dan ilustrasinya. Nggak jelek sih, tapi bukan selera gue aja. I just didn't get it.

... sampai akhirnya gue melihat 'keindahan' buku ini dari mata Raya.

Pertama, seperti yang udah gue bilang, the narration is really poetic. Simak berikut.

In the great, green room
there was a telephone
And a red balloon
And a picture of--

The cow jumping over the moon
and there were three little bears, sitting on chairs

and two little kittens and a pair of mittens
and a little toy house and a young mouse

and a comb and a brush and bowl full of mush
and a quiet old lady who was whispering "hush"

Goodnight room
goodnight moon

goodnight cow jumping over the moon
goodnight light, and the red balloon

goodnight bears, goodnight chairs
goodnight kittens, goodnight mittens

goodnight clocks and goodnight socks

goodnight little house and goodnight mouse

goodnight comb and goodnight brush

goodnight nobody 

goodnight mush
and goodnight to the old lady whispering "hush"

goodnight stars, goodnight air

goodnight noises everywhere.


 "Goodnight nobody, goodnight mush..."
Sampe sekarang gue masih mikir, siapa yang kira-kira Raya anggap 'nobody'

Yang kedua, ilustrasinya (yang sederhana) cocok untuk daya imajinasi anak kecil. Padahal dulu, gue nggak demen, lho, sama ilustrasinya. Super 'jadul' dengan warna-warna yang cenderung norak. Bukan selera gue. 

Tapi Raya kok cinta banget, ya? Setelah gue perhatikan, ilustrasinya emang OK, sih. Menurut gue, kekuatannya berada pada kesederhanaannya, sehingga mudah diterima anak. 

Setting cerita Goodnight, Moon cuma di kamar si anak kelinci, lho. Nggak pindah kemana-mana. Namun di dalam kamar tersebut ada banyak sekali benda yang bisa diamati oleh bocah. Ada red balloon (benda favorit Raya), ada two little kittens (also Raya's favorite), a picture of cow jumping over the moon, dan banyak lainnya. Selama 'membaca', Raya seneng banget nunjuk-nunjuk semua benda di kamar anak kelenci ini.


Akhir kata, buku ini bertahan selama enam dekade ya, bok. Pasti ada alasannya, lah, apapun itu :)

Raya sendiri sukaaaaa banget sama Goodnight, Moon. CINTA BERAT! Tiap dia ngeliat gue nenteng buku ini, dia bakal KETAWA sambil tepok-tepok tangan ala anak monyet. Trus, saat dibacakan, matanya berbinar-binar, dan mulutnya akan ngomong, "Uh! Uh!" kayak simpanse, sembari nunjuk setiap objek yang dibacakan. Dan setelah selesai, HARUS diulang dua kali lagi, sebelumnya akhirnya si bocah mau tidur. Pegel -__-

Intermezzo: Saking lamanya Goodnight, Moon bertahan di reading list anak-anak, sudah banyak sekali tercipta parodinya. Contohnya... Goodnight, iPad :)





Goodnight pop stars, Goodnight MacBook Air
Goodnight gadgets everywhere... :)))


To be continued!

21 comments:

PoppieS said...

Laaaaa... Masukin satu lagi, Guess How Much I Love You...

Aduh itu gue bacainnya sampe berlinangan air mata deh.. Hihihihi..

Trus Beatrix Potter, Laa... gambarnya ampun banget kan..

-ndutyke said...

muhahaha goodnight mekbuk air!

fanie said...

aku juga sukaaa banget beliin buku buat anakku (2y4m). sejauh ini sih favoritnya, buku2nya Clara Ng. hampir semuanya dia suka. mngkin karena ceritanya seru, gambar dan warnaya menarik. nah yg goodnigt moon ini aku nggak ngerti kalo ini buku yg melegenda. dulu nemu buku ini di pusat buku bekas, cuma Rp. 5000. dan anakku sukaaa banget. ga salah sih kalo bertahan 6 dekade. padahal menurut ibuknya yg ngebacain ini tiap hari, meemmmbosaaankan..hehe.
eh btw,anakku dari byi juga suka sih gambar binatang2. tapi bukan dari buku, dari poster 1000-an yg bisanya dijual di lampu merah itu loh. bener2 pengiritan emaknya :D

ratna said...

Mbaaak, aku juga lagi nyari kado nii. Klo yang nyari benda2 tersembunyi gitu, untuk berapa tahun yak..klo bocah 3 tahun udah ketuaan blom yak. Aku jadi minat aah ngumpulin buku2 kaya gini juga..hehe

Peds said...

La, Raya kok mau anteng dibacain buku gimana caranya? Sesama kaum ulet nangka, mau dong Kanti diajarin anteng baca buku tanpa ngacak2 halamannya...

risti said...

kontinyu plisss...
the caterpillar mencuri hatiku jugaaa, omaijottt lucu amattt.
tapi lupa terus mau beli ya, karna dulu anak anak masih kicil. aku malas beliin nya, ntar robek lagihhh. thanks for the reminder. ditunggu kontinyunyahhh *pembaca demanding*

Memmy said...

Haha, kalo gue hobi nyekokin Lani dengan seri buku Pinkalicious. Dia lumayan suka, tapi berhubung dia lagi cinta mati sama Barney, tetep kalah deh sama Barney. Btw, sekarang mata kuliah Kajian Sastra Anak dibuka lagi lho Lai. Kayanya 3 SKS deh.

Rifi said...

Aku suka "From head to toe" nya Eric Carle. bahkan ada lagunya di youtube

Kadek Indira said...

Halo, mbak Lei, nebeng komen ya... Selama ini jadi hidden reader belaka, trus skrg gatel pengen ikutan nimbrung :)

Iya berasa gimana gitu klo liat buku cerita anak tapi ilustrasinya kurang kece. Walopun don't judge a book by it's cover, tapi first impression kan penting donk ya, hehe... Tapi kayanya ilustrasinya Goodnight Ipad lebih kece nggak si dari yg aslinya? Walopun sama2 klasik, imho

Sama nih aku juga gemar buku2 anak2, satu yg jd favoritku itu Bugs in a Blanket dari Phaidon. Ttg pesta ultahnya salah satu kutu gitu. Ilustrasinya itu bukan berupa gambar ato lukisan, tp dibikin dari sulaman wol sama flanel yang discan-difoto. Pesennya sih soal bahwa beda2 itu gak papa, sama ngajarin ttg bentuk, warna, dsj. Mgkin bisa utk referensi utk Raya klo udah rada gedean :)

tiwul said...

kalo favorit gue:
1) go dog, go!
2) the little engine that could
3) love you forever
yang terakhir itu adalah buku yang dibacain joey (from friends, tha is..) di ultahnya emma yang pertama dan bikin semua orang nangis...dan emang ya bo, buku ini sukses membuat gue terharu biru..

prin_theth said...

All: Makasih rekomendasinya! Nanti di cek atu-atu :D

Risti: Hahaha iya segera ya mbak'e. Masih banyak buku anak-anak yang bikin hatiku cenat-cenut, termasuk karya-karya epic-nya Shel Silverstein! *nangis*

Peds: Ahahaha, nggak tau Ped... Kalo kata guru Shichida-nya Raya, photographic memory-nya Raya bagus, jadi kayaknya anaknya emang gampang terpesona sama grafis dan images. Ohya, mungkin juga karena pas ngebacain, intonasi gue bak Kak Seto on steroids. Pake 1001 macem suara dan semangat 45! :D

Tiwul: Gue nggak ngikutin Friends sih (APA?!) so I missed that episode, tapi tau kok bukunya. Thanks ya :) Kemaren ini temen-temen gue abis rame-rame borong Love You Forever dari Ebay, karena emang mengharukan yaaa T__T Di Aksara / Kino ada nggak sih?

lomita said...

leiii...telat gak sih kalo baru mau ngenalin buku ke Kinan (15months)?

aku udah lama banget cari-cari buku yang pas, tapi belum nemu..postingan mu ini sungguh menginspirasi :D tertarik sama buku Goodnight, Moon sama caterpillar lucu banget buku pop up nyaaa....

tiwul said...

ga tau lei di aksara ada ato ngga..diriku tinggal di amrik..kalo mo nitip boleh ntar pas gue liburan ke indo...

prin_theth said...

Lomita: There's never too late for books, Lomiii...!

Tiwul: Oooh OK! Hehehe. Nanti kalo kepikiran mau beli suatu buku spesifik, siapa tau bisa nitip dirimu yaaa :)

miund said...

OMAGAH OMAGAH SINI TOS DULU!!

Gue juga paling ga suka sama tokoh-tokoh anak yang dikomersialin. I HATE Thomas whatever itu, Dora… and don't get me started on Barbie. Buku2 Shera masih berkisar dr. Seuss (karena emaknya doyan tulisannya sik nyahahahah) sama buku2 yang ilustrasinya rada… nyeleneh. And yes, I too am a sucker for pop-up books :)) segala buku yang indah dan intricate pasti menarik hatiku padahal anaknya sepertinya boro2 ngerti :p

Kapan2 play-book-date yuk La, sepertinya seru ya kalo anak2nya udah pada ngerti hihihi!

ste said...

Horeee ada yang sebel sama Thomas juga. I think the characters look creepy too! Buku pertama Kei itu The Very Hungry Caterpillar's sound book. Ternyata buku TVHC ini versinya banyak banget. Kebetulan punya Kei emang buat bayi kayaknya. Soalnya gede, board book, kalimatnya lebih dikit dan ada tombol buat bunyinya. Been reading that since she was 3 w.o, sekarang umur 3 bulan masih suka banget. Apalagi pas halaman terakhir yg ada butterflynya. Pengen deh ngoleksi semua bukunya Eric Carle. :D

This post inspires me to share some of Kei's books that were really well-written. :D

prin_theth said...

Miund: Marimaaakkk! Eh iya, waktu itu kan beliin Shera Dr Seuss yaaa... Lucu banget itu rhymingnya!

Ste: Aih, kedengaran luncang amat yg versi sound book! Jelas lebih baby friendly pula ya daripada yg versi pop up :D

Tulis dong Steee, biar gue bisa nyontek :) Sebenernya di Aksara dan Kino betaburan banget sih buku-buku anak yang well-written, pleus menang awards segala, tapi mehong yah T___T

ste said...

Lei, ini post tentang buku-bukunya Kei.

http://sneakysnakestory.wordpress.com/2013/10/22/keis-first-books/

Di Kino emang mahal banget. :'( Kadang kalau beruntung di Periplus bisa nemu yang sama tapi lebih murah. Biasa sih gue belinya di bookdepo pas lagi diskon-diskon haha. Walau nyampenya bisa 2-4 minggu.

Makasih ya inspirasi postingannya. :D

Anonymous said...

Post ini udah berumur setaun tapi masih jadi referensi buat beliin buku si bocah..
Btw laila, nanya boleh yaa, selama ini aku masih ragu2 buat ngasi buku2 dengan Bahasa Inggris buat si bocah karena sampai saat ini (18m) dia belum bisa ngomong, soalnya kan ada yang bilang kalo ada interaksi ke >1 bahasa bisa bikin speech delay, tapi bimbang soalnya udah pengen ngasi buku2 ini.. Raya gimana ya? Boleh di-share pengaruh baca buku2 ini ke perkembangan bicaranya Raya nggak? Makasih yaaaa sebelumnyaa..

prin_theth said...

Halo Alidz!

Aku nggak tau ini ada hubungannya sama baca-baca buku apa enggak, tapi sekarang Raya (25m) super duper bawel. Setiap anak 'kan punya kelebihan masing-masing yaaa, nah kelebihan Raya tuh di ngemeng hihihi... kemampuan bahasanya (bhs Indonesia) luar biasa. Pronounciationnya jelas, kosakatanya juga luas.

Tapi aku rasa ini tergantung masing-masing anak deh. Ponakanku (18m) juga dijejelin buku, tapi kemampuan bahasanya jauh dibawah Raya.

Aku nggak pernah takut memperkenalkan buku bahasa Inggris ke Raya, karena aku konsisten - bahasa Inggris dipake kalo emang lagi baca buku bahasa Inggris. Percakapan sehari-hari pake bahasa Indonesia, nggak pernah campur bahasa Inggris (bahkan sesimpel "No!"). Atau sekali-kali, aku bacain buku bhs Inggrisnya lgsg diterjemahin ke bhs Indonesia. Nggak pernah ada masalah :)

Kalo punya Instagram, Alidz boleh follow @thereadingspot, olshop buku anak-anak impor punya temenku. Selera kurasinya terpercaya, dan pilihan bukunya rata-rata award winning. seru deh :)

Ninta said...

Lailaaa,

ini belom ada lanjutannya kah?:D Thanks for the info though langsung follow IGnya deh.
Gue juga sm Kinay (19mos) masih pake full b indo, dia kebetulan ikut kelas toddler yang full b indo juga di sekolahnya. Nah selama ini kalo bacain buku jadi gue translatein ke indo sihh. Tapi baca dr sini, berarti bisa yaa baca buku tetep in english, sisanya pake b indo gitu ya?
Dia ngomongya juga aga telat sih first wordsnya baru muncul di 15mos, kalo sekarang sih udah oke banyak vocabnya tapi ya masih belom ngecipris gitu ngomongnya.

Ditunggu lanjutan postingannyaaa hihihi

Post a Comment